Dua anak kecil terlihat di antara ilalang dengan bunga bunga kecil yang tak seindah mawar di sekitar tempat luas itu.
"Matar, dunia ini sebenarnya berwarna apa? Indah tidak?" Seorang anak laki laki yang lebih pendek bertanya kepada si tinggi yang sejak tadi tak bersuara.
Tangan si anak lelaki tinggi itu bergerak menelusuri wajah si pendek. Tanpa kata apapun.
"Matar jawab! Aku sering bertanya pada nenek, kata nenek dunia sangat indah! Warnanya ada banyak... Apa betul?" Anak pendek itu masih terus bertanya.
Perlahan si tinggi bernama Matar itu menarik tangan kanan si pendek dan mulai meletakan nya di depan bibir si tinggi.
'Tidak indah ... Dunia tidak indah, Erat.'
Tanpa suara, bibir Matar bergerak dan Erat, si pendek berusaha membaca gerak bibir itu.
"Apa? Ucapkan sekali lagi Matar," pinta Erat sambil jari jari kecilnya meraba di dekat bibir Marat.
Marat kembali mengucap tanpa satupun suara yang keluar dari celah bibirnya.
'Erat, dunia tidak indah. Dunia hanya membosankan.'
Erat menangkap apa yang Matar ucapkan, pemuda itu menggelengkan kepalanya. Tak setuju dengan Matar.
"Kenapa membosankan? Nenek bilang dunia itu benar benar indah dan pasti menyenangkan."
Saat Erat tak setuju, buru buru Matar mengarahkan kembali tangan Erat untuk meraba bibirnya.
'Banyak orang jahat di dunia. Banyak kejahatan, banyak monster...'
Erat tak menggeleng ataupun mengangguk kali ini.
Apal yang baru saja diucapkan oleh Matar tak sepenuhnya salah. Erat tahu betul apa itu orang jahat. Dan orang jahat memang mengerikan. Seperti itulah kira kira isi pikirannya.
'Erat, ayo kembali, nenek pasti akan mencari. Sudah hampir sore!'
Erat mengangguk saat meraba bibir Matar.
Kemudian Matar berlutut di depan Erat, menawarkan punggung nya sebagai bangku berjalan untuk Erat.
Erat tak lumpuh. Kakinya normal dan bisa berjalan, hanya saja Matar sangat suka menggendong Erat di punggung nya.
Erat tersenyum saat meraba punggung Matar. Tanpa banyak basa-basi dia langsung naik ke punggung Erat dan mengalungkan tangannya di leher Matar.
"Matar, janji ya jangan jadi orang jahat. Hanya Matar dan Nenek yang aku punya."
Matar mengangguk.
Sepanjang perjalanan Erat terus berbicara, dan Matar yang senantiasa mendengarkan, sesekali mengangguk atau menggeleng untuk menyatakan pendapat nya.
Begitulah cara Erat dan Matar untuk berkomunikasi. Si buta meraba bibir si bisu untuk tetap terhubung di dalam kekurangan mereka. Karena orang buta dan orang bisu agak sulit untuk berkomunikasi satu sama lain.
Di tengah perjalanan menuju tempat tinggal mereka, beberapa anak nakal dari desa depan yang tengah main layang layang datang lalu menghadang jalan Matar dan Erat.
"He! Hei... Lihat anak buta dan bisu itu!"
"Sudah buta, bisu! Hidup lagi!"
"Hahahaha! Miskin lagi!"
Erat merasa sangat terganggu degan suara cemoohan dari anak anak desa. Dia takut dan marah saat itu, tapi Erat tak bisa melakukan apapun kecuali menyembunyikan wajahnya di celah lekukan leher Marat.
"Matar, ayo cepat pulang, aku takut." Erat berbisik di dekat leher Matar. Tapi Matar yang bisu tak bisa menjawab apapun. Hanya hembusan napas hangat Erat yang mampu ia rasakan saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Buta Milik Si Bisu (BL)
Teen FictionErat dan Matar adalah dua pemuda cacat yang saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Erat, si manis yang buta adalah pemuda ramah yang sangat ceria. Dia begitu cerah dan mampu membuat suasana di dekatnya menjadi berwarna. Matar, bisu. Dia tak b...