Pelan-pelan mas

489 16 1
                                    

Aloo gaiss...im back, hehe

"Happy reading"

.
.
.

" I-iya mas "

Samudra membalikkan badannya dengan senyuman tak percaya mendapati Dhika dengan ekspresi mengejek.

Samudra mendekati tubuhnya disamping Dhika dan mendapatkan adik kelasnya masih dengan nafas yang memberat.

" Apa lo bilang? "

" Hah? paan? " ejek Dhika sengaja

" Lagi gak? " Senyum Samudra dengan lesung pipinya

Dhika memutarkan kedua bola matanya menahan rasa yang tidak bisa ia ekspresikan sementara Samudra menggelengkan kepalanya yang menempel pada kepala adik kelasnya itu.

" Yaudah klo ga mau diucapin lagi, mending lo mandi, habis itu kita keluar makan, Mau ga? "

" Makan apaan? "

" Makan lo, boleh ga? " balas Samudra jengkel menampilkan smirknya

-----

Dhika kemudian bergegas membersihkan tubuhnya. Saat keluar ia mendapati Samudra yang sudah menampilkan lekuk otot punggungnya dengan leher terlilit handuk sambil memandang ke luar balkon.

Astaga pemandangan yang ia dapatkan lebih jelas dari pada dibalik pintu ruangan paskibra yang ia lihat tadi. Suhu tubuhnya kembali memanas sepersekian detik.

' ah-anjinghh sadar Dhik, sadar...'

Samudra membalikan badannya mendapati Dhika yang keluar dari kamar mandi.

Dhika membulatkan kedua matanya mengalihkan pandangannya bergegas mengambil bajunya yang masih basah karena keringat. ia mulai gelagapan ketika Samudra mulai mendekat.

Hingga akhirnya sebuah tangan yang lebih besar itu menahan pergerakannya.

=====

" Shhh..ahh....mashh"

Samudra menuangkan beberapa tetes alkohol pada kapas dan perlahan membersihkan luka pergelangan tangan Dhika.

Dhika mengernyitkan dahinya sambil menahan perih. Beberapa kali kapas alkohol itu menyentuh kulitnya yang iritasi, ia menahan sakit dari luka kecil yang tidak seberapa namun terasa sangat perih.

" nghh...ahh... pelan-pelan "

"..."

"Ahh..."

" Jangan gitu... " tatap Samudra tajam

" Perih anjing, lu kira ga sakit " ringis dhika

Samudra terkekeh sambil membalutkan kain kasa dan merekatkan plester ditangan Dhika. Melihat Samudra bersikap kasar ketika latihan tadi dan berubah menjadi perhatian seperti ini membuat Dhika semakin bingung, apa jangan jangan nih anak punya 2 kepribadian kali yak.

"mphhh... pelanh-pelannhh "

" iya iya, ini gua dipelanin "

Dhika menutup matanya dengan dahi yang mengernyit menahan cairan keras itu. Sementara Samudra terkekeh pelan.

" Ketawa lagi lu " timpal Dhika

" Salahin ekspresi lo, kalo ada yang bangun "

Dhika menelan ludahnya tanpa menghiraukan kakak kelasnya itu, sementara Samudra yang mendengar rintihan kesakitan Dhika berharap agar pikirannya tidak kemana mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Kaivan PradanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang