28. Perkara bikin kopi
_____________________________
huhh..
Renaya membaringkan tubuhnya kasar ke sofa saat baru sampai. Dia sungguh kelelahan hari ini, Belum lagi pelajaran yang dapat memusingkan kepala yang berisikan otak mungil seperti Renaya ini.
"Papa pulang!"
Renaya yang lagi rebahan di sofa langsung bangun untuk meihat Roy yang baru datang. Renaya menyergit heran.
Mata Renaya melirik singkat jam tangan yang melingkar indah di tangannya. "Tumben pulang cepet, kenapa tuh?" Tanya Renaya.
Tidak biasanya Roy pulang lebih awal, lebih-lebih pulang di hari yang masih terlihat cerah. Biasanya Roy akan pulang agak malam atau tidak sore sekali.
Roy mendudukan dirinya di samping Renaya, Tangannya bergerak melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya dari tadi.
"Kerjaan papa ga terlalu banyak, jadi bisa pulang cepet." Kata Roy menjawab, Roy menoleh pada anak bungsunya itu dengan tatapan meneliti.
"Kamu baru pulang juga?" Tanya Roy saat menyadari Renaya masih mengenakan seragam sekolahnya.
Renaya mengangguk singkat untuk menjawab pertanyaan Roy. Dia kembali merebahkan tubuhnya pada sofa.
Roy menggeleng pelan. "Nak, bikinin papa kopi dong." Suruh pria itu pada Renaya sehingga sang empu mendesah pelan.
"Pah, minta buatin bibi aja kan bisaaa..." Kata Renaya mengeluh.
"Sekali-sekali bikinin papa. Lagian kasian bibi udah kerja dari pagi." Kata Roy.
Renaya berdecak malas, saat bangun dari acara rebahan nyamannya. pintu utama kembali terbuka hingga memperlihatkan Elvin beserta kawanannya masuk.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam"
Renaya menatap malas pada empat pemuda yang sudah duduk anteng di ruang tamu. "Ga punya rumah ya lo pada jadi pulang sekolah ke sini mulu?" Tanyanya dengan wajah jutek.
"Mulutnya." Tegur Roy pada Renaya membuat gadis itu mendengus sebal.
Rendy tersenyum tidak enak pada Roy. "Maaf ya om, kami emang anak gelandangan soalnya." Katanya yang mendapat geplakan ringan dari tangan Doni.
"Elo aja si, gausah ngajak-ngajak mau jadi gelandangan." Kata Doni sinis pada Rendy yang menyengir.
Elvin merotase bola matanya. "Gue tinggal dulu bentar, mau mandi. gerah soalnya." setelahnya Elvin berlalu dari sana menaiki tangga rumah menuju lantai dua.
Arka sedari tadi diam sembari memperhatikan Renaya yang sedang berdiri dengan mulut tidak berenti mendumel sehingga terlihat lucu di matanya, secara tidak sadar bibir Arka tertarik membentuk senyum tipis.
Roy menaikan sebelah alisnya heran. Dia ikut melihat arah pandangan 2 pemuda di depannya kebelakang sampai dia terperengah melihat Renaya masih berdiri di sana.
"Renaya, Papa tadi kan minta bikinin kopi ke kamu, kok masih disini?" Tanya Roy heran.
Renaya memaksakan senyumnya. "Kirain papa berubah pikiran." sahutnya.
Roy terkekeh gemas. "Gih buatin, sekalian bikinin mereka minum juga." Suruh Roy lagi dengan mengibaskan tangannya mengusir Renaya.
Renaya menghela nafas panjang, sabar Renaya. Kalo sabar lakinya orang luar. Renaya berbalik ingin menuju dapur membuatkan pesanan papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)
Ficção AdolescenteTransmigrasi 3 Alur lambat. ----- Ini cerita tentang seorang gadis berusia 25 tahun bernama, Renaya Margaretha. Gadis yang hidup hanya bersama Ibunya tanpa tau siapa Ayahnya. Suatu ketika, lebih tepatnya saat Renaya gajihan. Gadis itu membeli sebu...