Belum sampai ke Panti Asuhan, adzan sudah berkumandang sehingga Abi menepikan mobilnya dan parkir di dekat Mesjid.
"Maaf ya Mbak Mahi, saya shalat Jumat dulu, gak apa-apakan kalau Mbak menunggu di mobil" ucap Abi merasa tidak enak.
Mahi tentu tidak akan melarang orang yang ingin melaksanakan ibadah, jadi dia hanya bisa mengangguk pasrah tapi mengeluh dalam hati betapa makin ribetnya aksi berbagi ini.
Dari dalam mobil dia bisa melihat Abi bertegur sapa dengan beberapa orang sebelum duduk di pelataran Mesjid dan mulai mendengarkan khutbah Jumat. Tidak ingin bosan menunggu, gadis dengan atasan putih dengan corak bunga-bunga kecil dan celana longgar berwarna senada itu memilih menonton salah satu episode drakor favoritnya sampai sekitar 30 menit kemudian Abi kembali ke dalam mobil.
Sekali lagi maaf ya Mbak Mahi, ini saya belikan es teh, takut Mbak kehausan, kita berangkat sekarang"
"Terima kasih Pak Lurah"
Tidak sampai tiga menit berkendara keduanya sampai pada bungunan bertingkat dua tanpa halaman dan terkesan sempit karena mepet dengan bangunan warga yang lain. Abi bahkan harus memarkirkan mobilnya di pinggir got agar pengguna jalan yang lain bisa lewat.
Dua orang wanita paruh baya berpakaian gamis menyambut keduanya mereka berkenalan dan berbasa basi singkat lalu mengarahkan anak asuh yang lebih dewasa untuk membawa semua nasi dus ke dalam rumah.
Makanan itu tidak langsung di bagi, tapi di taruh di tengah ruangan dan semua penghuni panti termasuk Mahi dan Abi duduk mengelilinginya.
Setelah salah satu Ibu menjelaskan dari mana asal makanan tersebut dan siapa pemberinya, seorang remaja laki-laki maju dan memimpin doa agar pemberi dan penerima mendapat berkah serta doa-doa baik lainnya terutama tentang kesejahteraan dan kesahatan. Melihatmya, Mahi jadi terbawa perasaan dan merasa terharu. Sekarang ia merasakan perbedaan membagi di jalan dan di panti asuhan.
"Terima kasih banyak Pak, saya sekarang mengerti kenapa Bapak menyarankan saya membagi di panti daripada di jalan" ucap Mahi tulus saat keduanya dalam perjalanan pulang.
"Keduanya sama-sama baik Mbak, cuma seperti yang saya bilang sebelumnya, kerumunan itu rawan konflik bisa sesekali asal koordinasi sebelumnya, kami siap kok support kegiatan warga selama itu bermanfaat"
"Saya sempat loh kesel sama Bapak karena pikir Bapak ini arogan dan sok pejabat" ungkap Mahi jujur.
Dia tadi tak sengaja melihat Abi menyelipkan amplop di tangan Ibu Panti secara sembunyi-sembunyi, hal itu membuatnya kagum karena Pak Lurah muda itu tidak memamerkan kebaikannya.
Suara tawa langsung terdengar begitu Mahi menyesaikan ucapannya, pria yang selalu terlihat berwibawa itu terbahak tanpa sungkan tapi masih bisa fokus mengendarai mobilnya.
"Saya hanya menempatkan diri sesuai situasi Mbak, maaf kalau menyinggung, tapi saya juga pernah berpikir kalau Mbak Mahi ini jutek, ternyata mandiri dan darmawan, saya jadi salut dan respect"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langsing is My Dream (End)
Chick-LitHimawari yang akrab di panggil Mahi, bisa dibilang meninggal karena kesalahannya sendiri. Berat tubuhnya yang mencapai 110 kg membuatnya mengalami gagal jantung dan meninggal dalam tidur. Mahi sangat menyesal karena abai pada kesehatannya sendiri...