13. Ragu

61 13 2
                                    

Maura menghela napasnya panjang saat dia melihat pesan yang dia kirimkan pada Darren pagi tadi. Di saat dirinya terpaksa harus menemani Jordy sarapan di kantin.

Kak ren jam istirahat temenin aku makan di   rooftop ya. Aku tunggu
/06:52/

Entah kenapa pesan tersebut belum juga Darren baca sampai detik ini, sampai bel pulang berbunyi dan sekolah sudah dalam keadaan sepi.

Padahal tadinya Maura mengirimkan pesan tersebut sebagai salah satu cara dia untuk mengetes Darren. Apakah kejadian tadi pagi benar-benar membuat Darren merasa cemburu atau tidak. Jika Darren cemburu kemungkinan besar Darren akan langsung menolak ajakannya, atau sekalipun Darren setuju datang ke rooftop seperti keinginannya, Darren akan menunjukkan gelagat khas seorang pria yang cemburu. Namun jangankan mengiyakan atau menolak ajakannya, Darren bahkan tidak membaca pesannya. Sampai-sampai Maura merasa bahwa Darren bukan sebatas cemburu biasa, dia betulan marah padanya.

Makannya alih-alih Maura merasa kesal ---meskipun saat jam istirahat Maura sudah menunggu Darren di rooftop bahkan sampai jam istirahat usai--- Maura malah merasa takut dan merasa bersalah. Bahkan perasaan itu terus memenuhi diri Maura selama seharian ini. Dan Maura rasa perasaan itu tidak akan hilang jika Maura belum berbicara langsung pada Darren untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Oleh karenanyalah Maura pun memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Darren di hari ini juga.

Yang Maura tahu, Darren belum pulang, dia berada di ruang OSIS bersama anggota OSIS yang lain. Mungkin kembali membicarakan terkait ulangtahun sekolah yang hanya tinggal menghitung hari. Jelas saja Maura tidak akan melewatkan kesempatan ini, makannya dia menunggu sekolah sepi dan nekat untuk bertemu langsung dengan Darren. Untungnya Metta masih heboh dengan urusan kakinya itu, alhasil saat bel pulang berbunyi Metta langsung pamit pulang pada Maura, sehingga Maura pun terbebas dari banyak pertanyaan yang biasanya Metta lontarkan jika mencium gelagat yang berbeda dari kebiasaan yang Maura lakukan.

Yah, Maura terpaksa melakukan cara seperti ini karena Maura yakin jika dia tidak memaksa Darren untuk berbicara empat mata dan hanya sekedar mengiriminya pesan dengan embel-embel bertemu, Darren pasti akan menghindar lagi seperti saat jam istirahat pagi tadi. Jujur saja, Maura tidak mau permasalahan diantara mereka semakin berlarut-larut dan berubah menjadi masalah besar hanya karena sebuah kesalahpahaman semata. Darren harus tahu kalau yang tadi pagi Darren lihat tidak seperti yang ia pikirkan. Dia dan Jordy hanya sebatas adik kelas dan kakak kelas, itu saja!

Dari kejauhan Maura mendengar suara langkah kaki yang saling beradu dengan lantai. Begitu ditengok, rupanya berasal dari sekumpulan anggota OSIS termasuk Darren dan Elsa yang tengah berjalan melewati area lapangan. Namun sepertinya tujuannya bukan benar-benar untuk pulang, sebab samar-samar dia mendengar obrolan mereka yang membicarakan terkait survei event organizer untuk acara ulangtahun sekolah yang akan mereka lakukan dihari ini juga.

Agar mereka tidak curiga bahwa sedaritadi Maura menunggu Darren di sini, Maura pun langsung menyibukkan dirinya dengan ponselnya kembali. Dari ekor matanya, Maura bisa melihat Darren berjalan paling belakang bersisian bersama Elsa dan seorang siswi yang tidak Maura kenal. Elsa kelihatan sibuk berbicara dengan siswi yang berjalan di sisi kanannya itu. Sependengaran Maura sih mereka membahas terkait dengan kendaraan siapa mereka akan pergi ke tempat yang akan mereka survei. Sementara Darren yang berdiri di sisi kiri Elsa hanya sibuk menatap ke arah ponselnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang sedang dia lihat di sana.

Begitu kumpulan anak OSIS itu melewati Maura tanpa rasa curiga sedikitpun. Maura pun langsung berjalan ke arah yang berlawanan dan---

Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang