Bab 5 - Hanya Jazz yang Mengerti

47 11 0
                                    

Pagi ini, tak seindah hari biasanya. Kepala Valerie rasanya ingin pecah. Deadline yang menumpuk serta permintaan client yang membuatnya kualahan, menjadikan dirinya ingin melambaikan tangan, setinggi-tingginya.

Kayaknya kalau nikah, terus jadi ibu rumah tangga, enak kali ya. Di rumah aja, nggak mikirin tugas yang rumit, nggak ketemu sama orang-orang yang menyebalkan. Valerie mengembuskan napasnya dalam-dalam, seraya menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya.

Kemudian, kedua matanya tertuju kepada beberapa foto yang terpajang rapi, di atas meja kerjanya. Bukan foto keluarga atau pun kekasihnya, melainkan foto Jazz Romario sang pujaan hatinya.

Jazz, aku mau, kamu ada di sisi aku, sekarang juga. Mau disayang, mau dipeluk dan dicium mesra sama kamu. Baru beberapa hari nggak denger kabar kamu, rasanya hampa banget. Kangen, huhuhu. Valerie berbicara sendiri, seraya mengusap-usap bingkai foto Jazz.

Ponselnya bergetar, pertanda ada pesan singkat yang masuk. Valerie tertegun, saat ia membaca sebuah pesan singkat, dari mamanya itu.

Mama: Val, mama mau bicara sebentar boleh? Mas Vano sama Mas Valdi mau pinjam uang ke kamu boleh? Mas Vano dan istrinya mau DP rumah baru, karena rumah yg lama sudah tidak nyaman lagi katanya. Pinjam 50 juta dulu, nanti gantinya dicicil, karena tabungan Mas Vano sudah tidak ada lagi. Mas Valdi mau nikah katanya. Tapi calon istrinya minta nikah di gedung pilihannya. Uang Mas Valdi kurang, jadi pinjam 100 juta dulu Val. Kasihan Mas Valdi sudah ketemu jodohnya malah terhambat di dana. Begitu dapat uang angpaonya, nanti langsung dibalikin ke kamu Val.

Valerie mengacak-acak rambutnya sendiri, serta menendang-nendang kecil, kakinya ke lantai, di bawah meja kerjanya.

Valerie kesal.

Kesal sekali.

Selama ini Valerie sudah bekerja keras dari pagi sampai malam, namun, saat sudah mendapatkan hasil yang setara dengan usahanya itu, keluarganya selalu saja memanfaatkan keadaannya.

Padahal, kakak Valerie dua-duanya merupakan seorang pria yang sudah bekerja dengan mapan. Entah mengapa, segala kehidupan hidup mereka setiap bulan, selalu saja kurang. Valerie lah yang ujung-ujungnya menjadi tulang punggung mereka.

Namun, rasa cinta Valerie kepada sang mama begitu besar. Ditambah usia mamanya, sudah cukup rentan. Ia tak tega jika harus menolak permintaan mamanya. Ia kesal sekali, mengapa sang kakak, selalu menjadikan sang mama sebagai perantara, demi memenuhi kebutuhan mereka.

Valerie : Mama tau ga, setiap hari Valerie kerja dari pagi sampai malam? Mama tau ga, kalau Valerie sering sakit-sakitan karena kecapean? Valerie butuh bahagia juga Ma. Uang hasil kerja keras Valerie, mau Valerie pakai untuk kebahagiaan dan masa depan Valerie sendiri Ma. Masa si Mas semuanya pinjam uang ke Valerie sih Ma? Mereka itu laki-laki loh, emang ga malu pinjam uang terus ke Valerie? Yang dulu aja belum dibalikin, masa sekarang udah mau pinjam lagi.

Mama : Iya mama ngerti Val. Karena cuma kamu satu-satunya harapan di keluarga kami. Mama minta maaf ya, karena mama sudah tua, mama ga punya tabungan banyak lagi untuk bantu Mas-mas kamu. Mama minta tolong ya Val. Mama sayang kamu. Maaf kalau mama sering ngerepotin kamu.

Valerie : Yang ngerepotin Valerie itu, bukan mama, tapi Mas Vano dan Mas Valdi.

Mama : Jadi mau ditransfer kapan Val? Maafin mama ya Val.

Valerie : Bilangin sama Mas Vano, kalau ga punya cukup uang ga usah sok-sokan pingin tinggal di rumah baru. Bilangin juga sama Mas Valdi. Kalau ga punya modal buat nikah, ga usah sok- sokan nikahin anak orang. Nikah itu seumur hidup. Belum apa-apa udah pinjam uang. Emang ga malu ya?

Mama : Maaf ya Val, kalau Mas-masmu jadi beban hidup kamu.

Valerie : Bukan cuma jadi beban hidup aku Ma, mereka juga jadi beban hidup mama. Ga habis pikir 😪.

Mama : Val, kamu juga harus dikurangin ya, beli barang-barang artis yang kurang berguna itu. Lebih baik kamu jual saja, rasanya berlebihan kalau kamu terlalu banyak mengoleksi barang- barang artis.

***

Ketikan dari mamanya, selalu terngiang di kepala Valerie. Padahal Valerie sudah berusaha untuk mengerti keadaan sang mama dan kedua kakaknya, namun saat membahas hal itu, selalu saja membuat Valerie geram.

Val, kamu juga harus dikurangin ya, beli barang-barang artis yang kurang berguna itu. Lebih baik kamu jual saja, rasanya berlebihan kalau kamu terlalu banyak mengoleksi barang-barang artis.

Valerie sudah dewasa, harusnya sang mama bisa mengenali dan memahami dirinya dengan dalam. Bahkan sampai usianya sudah tiga puluh empat tahun, sang mama masih saja sering memarahinya.

Valerie hanya bisa pasrah. Hanya satu yang membuatnya kembali tersenyum, yaitu Jazz Romario. Maka pada akhirnya, ia kembali menatap foto sang pujaan hatinya itu, seraya mengungkapkan seluruh isi hati dan kesedihannya.

Jazz, kenapa sih, semua orang hari ini tuh,nyebelin banget? Cuma kamu tau, yang nggak nyebelin. Mana daritadi si Lala samaRere dihubungi susah banget lagi. Bingung deh, mau cerita ke siapa, huft.

Fangirl's UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang