29.| Duka

42 14 58
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Sejatinya, setiap orang punya luka yang dibisu raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sejatinya, setiap orang punya luka yang dibisu raga."

A novel by Ade Bintang 🌟

_____________________________

    
       Aluna berlari secepat kilat, menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Berharap waktu dapat memberikannya kesempatan untuk mampu menyelesaikan urusannya. Ekspresi panik jelas terukir di wajah Aluna. Jantungnya berdegup kencang.

Hingga, sampailah ia pada tempat yang dituju. Ruangan telah ramai oleh banyak orang. Membuat jemari Aluna merasa semakin gemetar.

Dilihatnya, ranjang megah bercorak rumit itu mengangkat sesosok tubuh rapuh tak asing. Aluna pun berjalan sempoyongan, dengan gimik wajah penuh haru. Alhandra, terlihat sudah sangat tak berdaya, tatapannya hampa nan sayu. Di sisi lain, Isabella merintih menahan isak tangis.

"Ayah... Apa yang terjadi, bukankah Ayah sudah mulai pulih?" tanya Aluna benar-benar dengan nada lembut.

Perlahan, Alhandra membuka matanya yang sendu. Pada saat yang bersamaan upaya para tabib terhenti. Aluna yang menyadari segera meraih tangan Alhandra, dapat Aluna rasakan desah nafas pria ini seakan berada pada titik penghabisan. Dan tangan ini, dingin... Betul-betul dingin.

Aluna tak mampu merasakan kehangatan yang selalu ia rindukan itu. Bulir air mata pun ikut menyusuri selah pipi. Aluna menangis perih, melihat ayah yang sangat ia sayangi ini begitu menderita, beriringan dengan suara seraknya yang mulai keluar. Gadis ini tak mampu mengangkat kepalanya lagi, bahkan ia tak menyadari kedatangan Hiro yang baru saja ikut duduk di samping ranjang Alhandra.

"Jangan banyak bicara dulu, Ayah... Fokus dengan pengobatan dulu, biar bisa sembuh," ucap Aluna dengan suara bergetar.

Alhandra membulatkan pupil matanya, lalu bibirnya tertarik sedikit kebelakang memperagakan senyum terhangat untuk gadis kecilnya itu.

"A-aluna... H-hiro... J-jangan menyerah, -yaa..?" ucap Alhandra seakan memberikan pesan tersirat di dalamnya.

"Jangan t-tewas di tengah per-jalanan... Kalian-lah... Har-rapan Carlotte..." Alhandra yang semakin terbata-bata dalam ucapannya.

Hiro menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, Ayah... Aku tidak bisa diharapkan, Carlotte membutuhkan Ayah, kami tidak akan pernah bisa jika Ayah tidak ada... Bertahanlah... Aku mohon..." kata Hiro berusaha sekeras mungkin menahan derai air mata.

Lagi-lagi Hiro menggelengkan kepalanya, ia terlihat gelagapan tak mampu berucap, wajahnya pun memerah diikuti derai air mata yang mengucur deras. "Aku minta maaf, Ayah telah banyak menyakitimu..." lirihnya. "Walau aku meminta maaf sekalipun tak akan pernah menghapus semua rasa sakit hatimu... Aku mohon, Ayah... Kuatkan dirimu, sehatlah kembali lalu lihatlah aku sebagai anak manis yang sangat menyayangimu."

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang