Chapter 10

2 1 0
                                    

"Diem kamu, Mas!" teriak Sylvia menunjuk ke wajah Dean dengan wajah merah padam.

Emosi Sylvia benar-benar diuji sekarang. Ia kembali menatap sang lawan bicara. Matanya sedikit berair dan memerah, tapi ia mencoba tak gentar. Sylvia menghela napas berat sebelum melanjutkan perkataannya.

"Pelakor macam kamu memang harusnya dimusnahkan. Tapi bersyukurlah karena hari ini saya masih punya logika yang benar. Nggak kayak kamu yang punya otak saja, tapi nggak dipake," kata Sylvia begitu menusuk.

Wanita dengan make up tebal itu memutar bola matanya malas. Ia bersedekap seolah tak pernah salah dengan apa yang dilakukannya. "Mangkanya, punya suami itu dijaga."

Sylvia tersenyum sinis. Mengangguk membenarkan. "Ternyata sama-sama kurang beradab ya. Pantas saja." Sylvia berucap sembari menatap ke suaminya yang berada di samping kirinya itu.

Dean hanya bisa pasrah. Ini memang kesalahannya yang lebih mengedepankan nafsu. Ia telah melakukan kesalahan fatal. Benar-benar fatal.

"Percuma ngomong sama kalian. Yang ada kalian terus menggonggong." Setelah berkata demikian, Sylvia balik badan. Menyambar tasnya dari atas meja sembari berjalan keluar dari ruangan VIP itu.

Ruang VIP cuma buat selingkuh? Cih, lebih kasian uang ketimbang manusia setengah iblis macam mereka. Batin Sylvia.

Dean tentu saja berlari mengejar Sylvia. Membiarkan wanita selingkuhannya mencak-mencak tidak terima. Namun, dalam hati wanita tersebut kegirangan bukan main.

❤️❤️❤️

"Dua tiga kucing garong. Yahh kasian gosong," ledek Alyza kepada Arion yang tengah mencoba menggoreng telur dadar.

Arion sangat kesal pada kakak perempuannya. Dimintai tolong buat bikin telur malah cuma dikasih tahu tutorial begini begitu. Cuman menjelaskan dengan mulut tanpa mempraktikkan.

"Maaf, maaf. Kakak cuma iseng. Kalau nggak mau telurnya dimakan kasih aja ke kucingnya Pak Kumis. Doyan, tuh dia sama telur dadarmu," kata Alyza seraya mengangkat telur dadar dan menaruhnya di serok.

Arion menggeram marah. "Terus Arion makan apa dong!"

"Nunggu abangmu pulang. Kamu kan tau sendiri kakak nggak bisa masak."

"Ya masa bikin telur dadar aja Kak Aly nggak bisa."

"Bisa, sih, tapi mager."

Alyza lantas tertawa. Mengacak-acak rambut Arion yang sudah memanjang. "Itu rambut kapan potong? Nggak takut kena razia rambut kamu."

"Mas Aden masih di Jogja. Arion ya nunggu Mas Aden pulanglah. Nggak mau di tempat lain. Mas Aden udah the best di hati Arion," jelas Arion seraya mengambil telur lagi untuk ia goreng.

"Jangan sampai gosong lagi, loh. Mubazir kalau nggak dimakan. Apinya dikecilin, jangan besar kayak tadi."

"Iya-iya." Arion tidak berselera adu mulut lagi dengan Alyza. Dia sudah bete gara-gara pulang dari belajar bareng Rei, lauk pauknya sudah habis.

Sebenarnya Alyza sudah menawarkan beli nasi goreng di warung terdekat, tetapi Arion tidak mau. Ia kepengen telur dadar buatan sang mama. Namun, Sylvia malah belum pulang. Mana Aksya masih di rumah sakit jenguk temannya.

Alyza, sih tidak makan malam. Ia masih kenyang makan sore tadi dengan ayam goreng yang tersisa satu. Ketahuan kan siapa pelakunya.

Love is AroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang