andai kau dan aku

178 9 1
                                    

Chapter
10

Aku benar-benar heran dengan hidupku. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semuanya seakan berputar melawanku? Aku merasa hidup normalku seakan dicuri seseorang.

Allen.
Mereka tiba-tiba saja masuk dan merusak segalanya. Aku tidak pernah berpikir bahwa seseorang yang ku sukai bakal membuatku membencinya. Hari ini.

Aku masih berpikir tentang hari itu. Rasanya seperti neraka. Aku baru tahu Shane bisa begitu brengsek. Caranya menggagalkan rencana ibuku begitu licik. Dia tak harus berbohong dan menjadikanku objek perhatian.

Ia menjadikanku orang yang paling bersalah di antara mereka.

Aku duduk di belakang konter The patty's sendirian, berharap Millie datang menemaniku. Tapi itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa ku ajak bicara. Rasanya aku ingin menangis saja. Mom tak pernah lagi bicara padaku sejak hari itu.

Mungkin The Patty's akan segera bangkrut. Dari awal musim panas pelanggan kami jarang datang. Hanya ada beberapa lansia yang datang untuk minum teh di sore hari. Tapi mereka hanya datang hari rabu dan jumat saja. Karena ada tempat latihan yoga baru untuk lansia di sebrang jalan.

Aku mempermainkan serbet di tanganku, mengingat-ingat kapan terakhir kali aku merasakan kagum pada Shane.

Bahkan Patt si pemilikpun tidak datang. Aku rasa aku juga harus segera berpamitan. Cleve oak menunggu, menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

Seseorang membuka pintu depan. Aku mendongak secara spontan. Dan Patt tersenyum padaku.
" Tak ada yang datang, ya?"
"Yah, maksudku..belum.."
Ia berjalan menuju dapur setelah melepas topi yang di pakainya. Ku akui dia adalah atasan paling pengertian sedunia. Ia bahkan tak pernah mengomel atau mengeluh tentang keterlambatan. Kadang aku berpikir untuk terus berada di sini.

Pintu di buka untuk kedua kali ketika aku menyiapkan kopi dalam teko kaca. Saat aku berbalik, aku menyesal sekali menemukannya.
" Hai, Julie.."
"Shane.."
Kami terdiam cukup lama. Ia hanya memandangku melakukan pekerjaanku. Aku tak mengerti mengapa aku membiarkannya begitu.
"Aku minta maaf atas apa yang terjadi kemarin..."
Shane mulai membuka suara.
"Ok.." jawabku sambil menunduk. Aku takut menatapnya.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Kopi?" tawarku sambil mengangkat teko.
"Boleh.."
Aku mengulurkan secangkir kopi panas padanya. Dan tetap tak banyak bicara.
"Jadi,..." Shane kembali bertanya setelah menyesap kopinya. Mengarahkan mata tajamnya tepat ke wajahku.
"Bagaimana menurutmu?" tatapku tak kalah tajam. Setidaknya aku berusaha keras untuk bisa menatapnya tajam.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tidak."
"Maafkan aku, Julie..."
"Yeah, thanks untuk semua kekacauan ini. Seharusnya kau tak perlu berbohong untuk memisahkan mereka. Kau menjadikanku bagian dari rencanamu yang..."
"...Aku tidak berbohong. Aku tidak pernah bohong!" Shane memotong. "Aku mencintaimu, Julie..." ucapnya pelan. Matanya tak beralih dariku.

Nafasku sedikit tersengal. Membayangkan ini sekian lama. Dan sekarang, saat semuanya tiba. Segalanya berjalan di situasi yang salah.
"Memangnya kau tidak?" Shane menuntut.
Aku tak sanggup menjawab. Walaupun sebenarnya aku ingin sekali berteriak.

Ia menungguku beberapa detik. Sebelum ia memutuskan untuk pergi.
"Aku rasa, aku tahu jawabanmu.."
Ia meninggalkanku tanpa menoleh kembali.

Aku memandangi recehan yang ditinggalkannya di meja konter. Aku ingin sekali menangis dan memeluk seseorang. Sungguh.

**************

Semalaman aku tak bisa tidur. Ibuku tidak pulang ke rumah kemarin malam. Dan saat aku turun ke dapur, aku melihatnya menangis di meja dapur.

"Mom..." panggilku.
Ia menoleh padaku, buru-buru mengusap air matanya. "Hei, Julie..kau sudah bangun?" kata-katnya terdengar bergetar.
"Mom baik-baik saja?" aku mendekat dan memeluknya.
"Yah, sayang. Aku hanya merindukan ayahmu.."
"Dengar, aku minta maaf , Mom atas semua yang terjadi."
"Untuk apa,Julie? Semuanya bukan salahmu..."
"Aku menyesalkan semua kekacauan ini."
"Ini biasa terjadi dalam sebuah hubungan, julie."

Dari caranya menatapku, aku tahu bukan itu yang ingin dikatakannya. Sepertinya Mom sangat terluka.
"Apakah kau juga mencintai Shane,Julie?" ibuku sedang mencuci selada di bak cuci piring. Tiba-tiba saja ia menanyakan pertanyaan yang tidak bisa ku jawab.
"Oh, well...aku tidak tahu." suaraku terdengar ragu di telingaku sendiri.
"Lalu kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku sebelumnya?"
"Aku bilang aku tidak tahu, Mom. Kenapa aku harus mengatakannya?"
Aku jelas-jelas berbohong.

"Aku mungkin akan pergi ke cleve awal musim gugur, Mom."
"Cleve? Kau akan meninggalkanku, Julie?"
Mom menghentikan gerakannya mencuci dan berbalik ke arahku.
"Kita bisa mencari universitas di kota kan?"
"Aku ingin melihat dunia luar, mom. Aku butuh pengalaman baru. Aku tak bisa terus-terusan di sini."
"Apa yang salah dengan tetap di sini. Kau tidak pernah berpikir bagaimana khawatirnya aku padamu, nak? Kau akan tau rasanya nanti, dan itu akan sangat menyakitkan."
"Percayalah ,Mom. Semua akan baik-baik saja. Aku bisa menjaga diri."
"Ooh, kau pikir ini mudah..."
"Aku hanya ingin mencoba. Setidaknya aku ingin mencoba.."
"Apa kau ingin menghindariku, Julie?"
Ibuku mendekat. Ia duduk di hadapanku.
"Kenapa mom?" aku menatapnya aneh.
Jawabnya adalah Ya. Aku tak sanggup melihatnya dalam keadaan seperti itu. Dan aku tak tahan memikirkan Shane. Karena aku tak bisa berbuat apa-apa dengan itu semua.
"Apa kau sudah bertemu Shane hari ini?" ibuku bangkit dan kembali ke bak cuci.
"Tidak..tak ada yang harus di bicarakan. Kenapa aku harus menemuinya, Mom?"
"Aku tahu, Julie. Aku tahu kau menginginkannya."

Aku tak ingin menyangkal. Tapi aku juga tidak menjawab. Tak ada yang perlu di jawab.
"Pergi dan temui dia, Julie.."
Katanya kemudian.


Sorry telat, vomentnya dooonk. Thanks.
Ps:typo selalu jadi masalah jadi maklumin aja

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang