Thirty eight✓

3.6K 164 3
                                    

"Kalau gue nggak ada nanti, gue pengen donorin hati gue buat luna, lo bisa bantu kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau gue nggak ada nanti, gue pengen donorin hati gue buat luna, lo bisa bantu kan?"

- Haikal Mahendra.

"Maaf tuan muda bukannya saya tidak mau membantu, tapi tumor otak stadium tiga memang tidak dapat sembuh total. Akan tetapi dengan melakukan kemoterapi secara rutin bisa sedikit membantu agar dapat bertahan lebih lama." jelas Dr. Nicholas saat Cakra memintanya mencari pengobatan terbaik untuk penyakit Haikal.

"Tetapi itu hanya perkiraan medis, saya hanya seorang dokter tuan muda. Semua takdir ada pada sang kuasa, sebisa mungkin saya akan membantu Haikal untuk mengatasi penyakitnya." lanjut Dr. Nicholas.

Cakra menggelengkan kepalanya kuat, "nggak, gue yakin penyakit itu bisa sembuh. Lo bodoh! percuma lo kerja di rumah sakit gue kalau buat nyembuhin penyakit gitu aja lo nggak bisa." lelaki itu berdiri dari duduknya menatap nyalang Dokter yang ada di depannya.

Dr. Nicholas tersenyum tipis, dia dapat melihat raut kesedihan dan juga kekhawatiran yang begitu besar di mata Cakra. "maaf tuan muda saya tidak bisa berjanji, saya akan membantu sebisanya."

Brak!

Suara gebrakan meja ulah Cakra menggema di ruangan itu, "nggak! gue yakin Haikal bisa sembuh, gue yakin penyakit itu bisa di sembuhkan, lo - " jari telunjuknya menunjuk Dr. Nicholas dengan tidak sopan. "lo aja yang bodoh! dokter nggak guna!"

Dr. Nicholas tetap tersenyum tipis menatap Cakra yang tengah tersulut emosi. Entah kenapa hatinya tersentuh melihat persahabatan anak muda di depannya ini. Cakra yang begitu sangat takut kehilangan Haikal, dan Haikal yang selalu ada untuk Cakra.

Sedangkan Haikal, lelaki itu terdiam dengan menatap kosong kedepan. Mati rasa, itu yang dia rasakan saat ini, dia tidak tau entah harus sedih atau bahkan bahagia. Sedih karena hidupnya sudah tidak lama lagi. Itu tandanya dia akan meninggalkan Cakra, Peaceable, Ella, Devan bahkan kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Bahagia, karena dia tidak akan kesepian lagi. Dia tidak akan merasakan penderitaan lagi, dapat bertemu dengan neneknya itu yang selama ini Haikal nantikan.

Cakra mengusap rambutnya kasar, "arghh!!!" dia menoleh menatap Haikal yang duduk di sampingnya, kedua tangannya meraih pundak Haikal untuk memaksanya berdiri.

"Kenapa lo diem aja nyet? lo bilang sama dia kalau lo bisa sembuh. Ayo bilang kal, bilang kalau lo bisa sembuh, jangan diem aja anjing!" Cakra mengguncang badan Haikal kencang agar lelaki itu mengatakan bahwa dia benar-benar bisa sembuh.

Haikal diam, dia menatap kedua mata Cakra yang memerah menahan air mata. Bahkan Haikal yakin jika lelaki itu berkedip air matanya akan tumpah detik itu juga. "cak, udah cak udah. Gue gapapa, gue ikhlas kalau gue harus pergi."

Rumah Tanpa Jendela [VER LENGKAP DI NOVELTOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang