Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Rheas sudah menyadari bahwa ini adalah saat untuk dirinya bangun. Apalagi dengan semua kegaduhan itu. Rheas meski malas akhirnya bangkit untuk duduk, meregangkan sedikit tubuhnya sebelum kemudian dia memanggil pelayan dengan membunyikan lonceng.
"Oh, astaga! Maafkan hamba yang mulia.. Tapi, anak kecil yang tertidur itu adalah yang mulia putra mahkota! Kaisar sejak pagi tadi mengamuk karena tidak menemukan yang mulia putra mahkota di kamarnya.." Si Pelayan buru buru bersujud. Bukannya ucapan selamat pagi, Pelayan itu malah berbicara tidak jelas.
"Harusnya kau mengucapkan selamat pagi dulu, Selena.." Rheas kembali menguap malas.
"Yang mulia! Kaisar sedang mengacak ngacak seluruh istana untuk mencari putra mahkota! Dan yang mulia putra mahkota adalah anak di samping anda!!!" seru Selena frustasi. Mungkin jika dia tidak ingat posisinya sebagai pelayan dia sudah menjitak majikannya itu.
Rheas mengerjap pelan, apa tadi katanya?
"Jadi, Kaisar itu.. Dia ada dimana sekarang?" tanya Rheas dengan kesadaran belum sepenuhnya pulih.
"Dia ada Istana selir oh astaga yang mulia, ini bukan saatnya untuk itu. Saya dengar dia akan segera kemari ayo bersiap!!" seruan Selena diikuti secara tertatih tatih oleh Rheas.
Jadi, karena dia asal mencomot anak.. Ternyata itu adalah putra mahkota dan Kaisar mengamuk. KAISAR MENGAMUK!!
"Ah, Selenaaaa~ Kenapa kau tidak bilang dari tadi sih!!" rengek Rheas. "Aku tidak mau bertemu kaisar.." akhirnya otak kecil Rheas berfungsi 100%.
"Yang mulia! Saya sudah menjelaskan sejak masuk ke kamar!" protes Selena, si pelayan.
Akhirnya acara bersiap siap itu rusuh, pertama karena selena dikejar waktu dan Rheas yang tidak mau segera bersiap.
Setelah sekian lama drama, kerusuhan semakin menjadi karena akhirnya kaisar tiba di Paviliun Corner. Rheas bisa mengintip takut takut keluar melihat semua pelayannya bersujud pada sang kaisar.
Mata mereka tidak sengaja bertemu, Rheas berjengit. Tatapannya yang tajam dan dingin membuatnya menutup mulutnya rapat rapat. Sekelebat ingatan merasuki kepalanya.
Adegan pedang berdenting, petir yang menyambar dan sorot tatapan yang haus darah.
Tubuh Rheas langsung gemetar, dia tersedak ludahnya sendiri demi mengingat secara samar apa yang dia imajinasikan pada sebuah buku novel thriller yang tidak sengaja dia beli saat mampir ke festival buku.
"Kau.. dimana-"
"Heuk" belum sempat si Kaisar menyelesaikan ucapannya Rheas malah mengintrupsi dengan suara cegukan.
Hiks, mati Rheas..
"Kenapa Paman ada di sini?" Suara Jishan terdengar, matanya yang sipit memicing melihat sang Kaisar menodongkan pedangnya pada Rheas.
"PAMAN! TURUNKAN PEDANGMU!!" seru Jishan sambil buru buru menghalangi tubuh Rheas dengan tubuh mungilnya.
"Apa yang paman lakukan? Ini bukan situasi darurat jadi jangan ayunkan pedang paman seenaknya saja!" protes sang keponakan.
Tubuhnya dia balik untuk melihat kondisi Rheas yang sepertinya tidak baik, wajahnya pucat dan nafasnya tidak beraturan.
"Rheas.." ujar Jishan lirih, dia segera memeluk Rheas erat. "Tidak apa apa, aku akan melindungi, Rheas.. Tenang saja.."
Rheas masih mencerna semuanya. Gila, dia memang pernah mengeluh soal hidupnya yang membosankan. Meski begitu dia jelas tidak mau menukar hidupnya yang aman nyaman dengan hidup mewah tapi di bawah tekanan batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Original Anti Villain | Noren
Fanfiction(ON HOLD) Renjun kira dia adalah orang yang paling beruntung, tapi ternyata dia sedang sial! Renjun selalu mengira dimanapun dia hidup genrenya akan selalu slice of life biasa, tapi nyatanya dia salah. Hidupnya yang awalnya bergenre slice of life ja...