V. Kenyataan Pahit

5.1K 342 38
                                    

"anjing, kalah lagi gue" prash menutup aplikasi game pada handphonenya dengan kesal. ronald yang duduk di sebelah prash melirik ke arah temannya itu sekilas, setelahnya ia kembali fokus membaca buku dealstorming yang dari setengah jam yang lalu mulai ia baca. ronald akhir-akhir ini memang sering membaca buku tentang bisnis. Tentu karena ia sebentar lagi akan mulai terjun langsung ke perusahaan ayahnya.

"Rafan sama davin beli makanan dimana sih lama amat, gue udah lapar banget ini" keluh prash yang kini merebahkan tubuhnya pada bean bag yang berada di black space nama markas oricon. dari setengah jam yang lalu prash dan ronald berada di black space. Bersama dengan rafan dan davin juga, namun kedua temannya itu membeli makan terlebih dahulu, namun sudah setengah jam berlalu, rafan dan davin masih tak kunjung kembali.

Prash membuka aplikasi salah satu media sosial miliknya, ia hanya menscroll-scroll medsosnya itu tanpa begitu tertarik. Namun tiba-tiba prash mendudukan dirinya dan berinsut mendekati ronald yang masih fokus membaca bukunya.

"eh ron, liat deh. Ini si salsa kan ?" prash melihatkan layar handphonenya kepada ronald, yang layar handphonenya itu sedang menampilkan video salah satu acara fashion show yang di adakan di jakarta. Dan ronald dapat melihat salsa sedang jalan di catwalk menggunkanan pakaian salah satu rancangan designer terkenal di indonesia. Ia jalan berlenggak-lenggok di catwalk, terlihat sekali ia sudah sangat terbiasa berjalan di catwalk. Ronald tahu kalau salsa merupakan salah satu model di jakarta. Dengan wajah yang cantik, body yang sangat bagus membuat ia masuk kedalam salah satu agensi terbaik di jakarta.

"gila cantik banget yah dia" prash kembali berkomentar, sedangan ronald hanya melihat sekilas, setelahnya pandangan matanya kembali terfokus terhadap buku yang ada tangannya.

"lo gak tertarik sama salsa ron ?" tanya prash

"nggak" ronald masih tak mengalihkan pandangan matanya pada buku yang ia baca.

"serius ? kayaknya mayoritas cowok di kampus kita pada tergila-gila sama si salsa, dia punya wajah cantik, body goals, badan sexy cuman wajahnya aja jarang senyum judes"

"muka cantik, body sexy, tapi punya otak, otak udang. Di mata gue dia nilainya nol besar!"

"hah ? otak udang ? emang dia bego ?"

Ronald membenarkan posisi duduknya dan juga membenarkan kacamata yang sedikit merosot "iya, gue ngajar statistika di kelas dia. Dia gue kasih soal gampang padahal tapi gak ada satupun yang jawabnnya yang bener"

Prash kini memandang wajah ronald tampak penasaran

"ah serius lo ? dari tampangnya gue kira di pinter anjir. Gue sama dia masih pinteran gue kali yah"

"masih begoan lo"

"yee" prash menendang kaki ronald pelan

"tapi masa lo sama sekali gak tertarik sama dia ? gue kira waktu kita kecil lo suka banget sama dia. Karena nempelin dia mulu"

Ronald hanya diam tak menanggapi ucapan prash. Ia masih melanjutkan bacaannnya walaupun kini ia tak bisa berkonsentrasi dari isi buku yang ia baca.

"tapi sekarang gue malah curiga ron" ronald mengangkat wajahnya untuk melihat ke arah prash

"curiga apa ?"

"sekarang kemana-mana lo malah nempelin gue mulu, bahkan jelas-jelas karin yang suka sama lo aja, gak lo ladenin. Dan lo sama sekali gak pernah keliatan deket sama cewek manapun. Gue jadi curiga sebenernya lo normal gak sih ?"

Ronald menutup buku yang ia pegang, dan melepas kacamatanya. Lalu ia bergerak mendekat ke arah prash dan ditatapnya wajah prash lekat-lekat.

"jadi selama ini lo gak sadar ?"

The Healer - [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang