11. SAINGAN
Kenapa?! Kenapa Galen selalu saja bertemu dengan Luna walaupun dirinya sudah berusaha menghindar. Ah, gadis itu benar-benar sangat menyebalkan, untuk apa dia mengusiknya terus menerus? Galen itu sangat suka akan ketenangan, jika ada yang berani mengusik saat suasana sedang tenang maka lelaki itu akan sangat marah. Contohnya saat ini, Galen sedang asyik membaca bukunya di perpustakaan.
"Kak Galen, yuhu! Ayo pulang, kak!" Luna duduk di sebelah Galen. Mata Luna melihat ke arah buku yang Galen baca. Gila, dia benar-benar tidak mengerti. Bahasa macam apa itu? Luna memegang lengan Galen lalu menggoyangkannya. "Kak, ayo cepetan. Badan gue pegel-pegel pengin rebahan, nih."
"Lo bisa nggak pulang sendiri? Lo ganggu gua tau nggak?" Galen meninggikan nada bicaranya, lalu melihat ke arah Luna dengan tatapan tajam. Setelah itu, dia kembali menatap bukunya lagi. Tunggu? Apa Luna harus menjadi buku agar bisa lama-lama di tatap oleh Galen?
Bibir Luna cemberut. Ia berdecak kesal. Kemudian, ia memilih untuk duduk di samping lelaki itu sembari meneliti wajah tampan lelaki di sampingnya. Sampai akhirnya pintu kembali terbuka, memperlihatkan Arasya dengan wajah pucatnya. Dia berjalan menuju tempat mereka duduk, lalu gadis itu duduk di samping Galen. Jadi, posisi lelaki itu sekarang berada di tengah-tengah antara Arasya dan Luna.
"Gal, anterin gue pulang, yuk. Ban mobil jemputan gue kempes, jadinya sopir gue bawa ke bengkel dulu, mau pesen taksi online tapi males," katanya panjang lebar pada Galen. Lelaki itu berdecak kesal, ia menutup bukunya lalu melihat wajah Arasya, wajahnya terlihat sangat pucat.
"Mau gue anterin ke rumah sakit?" tanya Galen.
Luna mendelik. "Kak, kalo lo males pesen taksi online, biar gue aja sini yang pesenin. Mana hapenya?"
Arasya benar-benar tidak mempedulikan Luna saat ini. Arasya tersenyum ke arah Galen. "Nggak usah, kok. Ntar gue di anterin Bunda aja."
"Yaudah, yuk." Galen bangkit dari duduknya, di susul oleh Arasya. Gadis itu terlihat tersenyum penuh kemenangan. Luna menautkan alisnya heran, kenapa? Apa Arasya sudah menganggap Luna sebagai saingannya? Oke, oke!
"Loh, gue gimana coba?" Luna menunjuk dirinya sendiri.
"Lo ikutlah, cepetan."
Galen sama sekali tidak melihat ke arah Luna. Lelaki itu membawa bukunya, lalu berjalan keluar dahulu. Arasya tersenyum miring ke arah Luna. "Maaf, Luna. Gue sekarang anggep lo sebagai saingan gue," katanya seraya melihat Luna penuh kemenangan, kemudian Arasya berbalik badan dan berlari mengejar langkah besar milik Galen.
***
Keheningan terjadi di dalam mobil mereka. Mata Luna terus-terusan melihat ke arah Arasya yang berusaha curi-curi pandang ke arah lelaki yang duduk di sampingnya. Sialan. Kenapa Arasya harus duduk di sebelah Galen? Tidak, ini sangat tidak adil. Harusnya mereka sama-sama berada di belakang.
Berkaki-kali Luna berdecak kesal. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika Luna tau mereka pernah sekali berciuman. Apa yang akan Luna lakukan sekarang? Tentu saja dengan percaya diri dia akan mengatakannya pada Arasya, pasti gadis itu sangat cemburu.
"Gal, mau nemein gue ke—"
"I can't, sorry." Galen menjawab cepat sehingga perkataan Arasya langsung terputus dan gadis itu langsung menekuk bibirnya. "Nanti, ya. Gua udah janji sama Luna buat nemein dia ke mall." Melalui kaca dia melihat mata Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]
Fiksi RemajaEntah hal sial apa yang menimpa dirinya. Galen Ashraf Austin lelaki yang mempunyai darah Jerman, dia sangat benci ketika ada orang mengganggunya. Sekarang malah dia satu atap bersama dengan sang pengganggu. Dirinya yang tidak ingin mempunyai adik, m...