Prabu Thribuwana POV
3 hari setelah terbunuhnya tumenggung Setyo
Keraton Trowulan, Ibu kota Trowulan Majapahit
Suasana kota di pagi hari benar-benar terlihat Asri dan Sejuk. Warga Kota mulai beraktivitas seperti berbelanja, membersihkan halaman dan mencari nafkah. Di keraton Sendiri Prabu Thribuwana sedang memandang Kota dari atas Gerbang Keraton bersama Suaminya Kertawardhana.
"Kakanda, semoga Kerajaan kita selalu makmur seperti ini" Ucap Prabu Thribuwana dengan lembut.
"Tentu Adinda, kita akan memastikan Rakyat kita sejahtera dan menjadi Kerajaan yang lebih baik" Ucap Kertawardhana yang memegang tangan Thribuwana
Lalu, mereka melihat Gajah Mada bersama 10 pasukan Majapahit sedang Menghampiri Gerbang Keraton, membuat mereka berdua segera menyambutnya dengan baik. Mereka pun masuk ke ruang tamu Keraton dan mulai mengobrol.
"Gusti Prabu, hamba ingin melaporkan perihal peristiwa hilangnya puluhan Gerbong tambang kita dalam 3 tahun ini, dan apa yang terjadi beberapa hari yang lalu" Ucap Mada dengan hormat
"Begitu, silahkan laporkan saja Mada" Ucap Kertawardhana
"Baik Gusti. Ternyata penyebab hasil tambang kita berkurang dan juga hilang di sebabkan oleh Tumenggung Setyo dari Lumajang. Ia bersekongkol dengan Sunda untuk memberikan hasil tambang Lumajang yang melimpah. Ia melakukan hal itu sepertinya karena tidak puas dengan jabatan Tumenggung dan ia di tawarkan menjadi Adipati di Sunda" Jelas Mada
"Haih, padahal ia tak pernah diangkat menjadi adipati karena memang pekerjaan nya yang tidak terlalu bagus. Lalu bagaimana nasib dari nya? " Tanya Prabu Thribuwana yang bersabar
"Tumenggung Setyo telah Tewas karena sebuah kelompok misterius Gusti Prabu. Saat 3 hari yang lalu di malam hari, mereka di serang sekelompok orang yang entah siapa mereka. Padahal jumlah rombongan mereka adalah 70 orang bersenjata, tapi semuanya telah dikalahkan.
Selain itu, 11 kereta kuda yang dibawa Tumenggung hanya 10 yang tersisa, dan 1 kereta kuda telah di ambil mereka. Kami juga berhasil menumpas pasukan Sunda yang menyerang di perbatasan. Pertarungan ini melibatkan 150 pasukan Sunda dan 100 pasukan kita. Untung saja dengan adanya cetbang,dan bedil kami bisa mengalahkan mereka dengan mudah.
Kami memiliki korban tewas sebanyak 35 orang sedangkan mereka 70 orang, dan 50 lainnya melarikan diri dan sisanya berhasil di tangkap" Ujar Mada yang menjelaskan semuanya.
Kertawardhana dan Thribuwana sempat terdiam sejenak dengan ekspresi yang rumit. Akhirnya mereka pun bereaksi.
"Kerja yang bagus, dengan ini Sunda dan pengkhianat tak bisa macam-macam dengan kita atas kasus ini. Minta bantuan Senopati Komar dan Selidiki apakah ada pengkhianat lain di kerajaan ini atau tidak, juga selidiki pergerakan kelompok misterius ini" Ucap Prabu Thribuwana dengan tenang
"Baik, akan hamba laksanakan Gusti Prabu" Jawab Mada
"Selain itu, ada masalah baru. Yaitu Kelompok orang yang tidak dikenal. Tak ada informasi satupun tentang mereka, dan motifnya tak diketahui pasti. Apakah ada petunjuk mengenai mereka?. Juga, Sunda sekarang benar-benar sudah berani pada kita" Tanya Kertawardhana dengan menyelidik.
"Saya hanya mendapatkan 1 petunjuk Gusti, yakni mereka adalah orang asli Majapahit. Karena berdasarkan surat ini, tulisannya adalah huruf Pallawa dan bukan Aksara Sunda. Dan yang terpenting, disana tertulis dari Anonim yang sepertinya pemimpin mereka. Dan anehnya mereka tahu keberadaan saya ada dimana. " Ucap Mada yang memperlihatkan surat itu.
Prabu Thribuwana dan Kertawardhana melihat dengan seksama dan juga yakin bahwa Kelompok misterius ini berasal dari Majapahit.
"Begitu... Anonim dan kelompoknya... Maupun mereka warga asli atau bukan, tetap waspada Mada. Kita tidak tahu apakah mereka kawan atau lawan. Karena Musuh kita sudah mulai banyak yang bermunculan baik dari dalam dan luar. Dan kamu harus berhati-hati Mada, kamu adalah orang yang paling kami percayai, jadi bantu kami dalam menghadapi mereka bersama orang-orang yang membela Majapahit" Ucap Prabu Thribuwana yang membuat Mada tersentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI PRABU HAYAM WURUK
Narrativa StoricaWaktu adalah hal yang mutlak dan tak bisa di ubah. Waktu yang berlalu akan menjadi sejarah. Meski dengan fakta itu, kadang, kita ingin ke masa tertentu untuk memperbaikinya. itulah yang di Impikan seorang pemuda Bernama Agra Dewandaru. Ia sela...