"Zoi, tunggu!"
Seorang gadis berlari ke arah Zoi dengan terengah-engah, ditangannya terdapat sebuah buku yang terlihat sudah kumal.
"Zoi, ada yang manggil kamu tuh!"
Lelaki yang berjalan bersama Zoi menyikut lengannya, Zoi melepaskan earphone yang sejak tadi melekat ditelinganya dan menengok ke belakang."Ini bukumu tadi jatuh!"
Gadis yang tadi berlari, kini sudah berada didepan Zoi. Dia meyerahkan buku yang sadari tadi dipegangnya sambil mengatur nafas.
"Lika?! Kamu habis ngapain basah kuyup gitu?"
Zoi kaget melihat gadis didepannya banjir keringat. Lika menyunggingkan senyum sinis kearah Zoi yang tidak sadar kalau dialah penyebabnya harus berlarian sepanjang lorong sekolah.
"Zoi, duluan ya!"Lelaki yang sedari tadi berada disamping Zoi menepuk pundaknya kemudian berlalu.
"Bye, Jon!"Sebenarnya sejak Zoi melihat Lika, dia hampir lupa pada Jonathan, sahabatnya yang tadi megajaknya ke parkiran. Sorry, bro.. Zoi berkata dalam hati.
"Oh iya, thanks Lik bukunya! Ini buku peninggalan almarhum eyang. Untung kamu yang nemuin, kalau hilang bisa gawat!"Zoi tersipu, dihadapannya kini adalah gadis yang selaa ini mengisi hati da pikirannya. Gadis berambut panjang dengan senyum yang menawan dan mata beningnya berhasil membuat Zoi jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Iya, iya.."Lika tersenyum tulus pada Zoi. Teman sekelasnya yang sejak setahun yang lalu, tepatnya saat MOS selalu menarik perhatiannya.
Lama, mereka hanya saling menatap. Kemudian masing-masing pikiran mereka terintas satu sama lain. Zoi tentang Lika dan Lika tentang Zoi. Dua tahun sudah perasaan mereka terus tumbuh, namun baik Zoi maupun Lika menyembunyikannya. Entah apa yang menjadi alasan, namun hati merea berkata demikian. Hanya dengan selalu bertemu dan bisa bertegur sapa layaknya teman biasa saja sudah membuat hati ke duanya senang. Bukan karena Zoi tidak ingin meyatakan cinta, namun karena dia tidak bisa. Ada sesuatu yang mengikatnya yang membuatnya berbeda dari manusia yang lain. Dan hal itu, tidak ada yang boleh tahu. Bahkan Lika.
"Oh iya, mau aku anter pulang, Lik?"Beberapa waktu kemudian, Zoi baru bisa menenangkan jantungnya yang berdetak sangat cepat. Dia merasa bersalah pada dirnya sendiri yang membiarkan Lika berdiri lama didepannya.
"Tapi kan, rumah kita berlawanan arah Zoi.."Lika menatap Zoi ragu. Dia tidak ingin merepotkan siapapun, termasuk Zoi.
"Gak papa, itung-itung buat balas budi kamu!"
Hati Zoi bergetar hebat, perasaannya campur aduk menabak-nebak kemungkinan yang akan terjadi.
"Ya ampun, cuma kayak gitu doang kok!"Lika tertawa ringan, lelaki didepannya bear-benar polos dan lugu.
"Tapi kan.."Zoi kehilangan kata-katanya, kesempatannya untuk mengantar Lika pulang hampir sirna. Jantungnya ksmbali berdegup cepat menimbang-nimbang kemungkinan yang akan terjadi.
"Ya udah deh kalau gak ngrepotin!"Lika tersenyum ke arah Zoi, mendengar peekataan Lika membuat Zoi ingin loncat dan berteriak histeria. Moment seperti ini hanya pernah muncul dimimpinya, dan sekarang menjadi nyata.
Mereka berdua berjalan berdampingan disepanjang lorong sekolah. Pikiran keduanya sibuk dwngan perasaan masing-masing. Untuk mengusir perasaannya yang campur aduk, Lika menendedangkan nada dari soundtrack doraemon yang judul daam bahasa Indonesianya adalah 'Janji Bunga Matahari' dengan pelan. Namun Zoi bisa mendegarnya, dalam hati Ia mengagumi suara Lika yang sagat mersu. Tidak heran jika Lika menjadi vokalis band inti sekolah. Kegiatan organisasi Lika juga banyak, dia menjadi bendahara OSIS dan Ketua Jurnalostik disekolahnya. Tidak heran jika namanya dikenal baik di angkatannya, junior dan seniornya.
Bersambung...
Maaf baru segini, hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE MY HEART
RomanceHalo semuanya, pertama" kenalin, aku Hima_Chan. Aku newbe disini, jadi mohon bimbingannya, ya ^.^ Take My Heart adalah novel pertama yang aku publish disini, sebenernya aku udah lama ada didunia tulis menulis, cuma baru aja kalau disini. Hehe.. Enjo...