02 : Morning

310 36 7
                                    

"Kenapa kamu kamu kaget gitu?"

Itu adalah pertanyaan yang Bryana lontarkan ketika melihat suaminya yang baru saja bangun tidur itu menatapnya tanpa berkedip. Raut wajahnya terlihat terkejut ketika melihatnya tengah sibuk di dapur. Seolah tak percaya jika ia bisa memasak dan memberikan sarapan untuknya.

Menanggapi pertanyaan tersebut Alby tersenyum seraya menggelengkan kepalanya singkat. Dia menghampiri Bryana yang sedang memasak dan memperhatikannya dari jarak dekat.

"Kamu pasti mikir aku enggak bisa masak, kan?" ujar Bryana sambil menatapnya sinis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pasti mikir aku enggak bisa masak, kan?" ujar Bryana sambil menatapnya sinis.

Alby terkekeh dan menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan. Ia menyandarkan tubuh besarnya pada kulkas sambil memperhatikan istrinya itu.

Oh iya sekedar informasi mereka tidur di kamar yang terpisah. Sesuai dengan keinginan Bryana sebelum mereka melangsungkan pernikahan.

Katanya sampai wanita itu bisa menyesuaikan diri dan menerima pernikahan ini dengan sepenuh hati mereka akan tidur di kamar yang terpisah. Alby sama sekali tidak keberatan akan hal itu karena sudah sejak awal dia mengatakan jika dia akan setia menunggu.

"Katanya kamu orang yang gila kerja, jadi..."

"Memang, tapi dari dulu aku sering bantuin Mama. Oh iya gimana soal kerja? Aku bisa kerja atau enggak?" tanya Bryana sambil menghentikan sejenak kegiatannya.

"Kalau itu kita ngobrol langsung aja sama Papa. Sore nanti kita ke rumah mereka," jawab Alby.

Bryana mengangguk faham. Kemudian dia melanjutkan kembali pekerjaannya dan meminta Alby untuk tetap duduk sampai ia menyelesaikan masakannya.

"Kopi atau teh?" tanya Bryana sebelum pria itu pergi dari hadapannya.

"Kopi."

"Alright. Tunggu aja nanti aku bawa sarapannya," kata Bryana tanpa menatap Alby.

"Ann."

Bryana bergumam menanggapinya. Sedangkan Alby tak berhenti tersenyum ketika menatapnya.

"Boleh peluk enggak, sih?" tanya pria itu yang berhasil membuat Bryana berhenti dan menatapnya dengan sinis.

Alby terkekeh ketika mendapat tatapan sinis itu. Dia malah kembali wanita yang berhasil membuat jatuh hati sejak pertemuan pertama mereka.

"Beneran enggak mau, nih? Peluk dari belakang gitu biar romantis," kata Alby lagi.

"Bikin sarapan sendiri." Bryana bicara dengan ketus hingga membuat Alby panik.

"Bercanda, Ann. Aku pergi ke ruang makan," kata Alby sambil berlari meninggalkannya sendirian.

Melihat itu Bryana memutar bola matanya malas. Dia tidak suka bercanda apalagi berbasa-basi makanya dia kesal.

Di sisi lain Alby kini sudah duduk manis di ruang makan, menunggu hingga istrinya selesai membuat sarapan. Diam-diam ia tersenyum karena mulai sekarang hari-harinya akan berbeda dari biasanya.

Sometimes Home Is A PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang