(09)Duka.

2 1 0
                                    

Maudya menghentikan laju motornya di parkiran toko tempatnya bekerja,gadis itu menatap wajahnya yang tampak berantakkan dari kaca spion.

Merapikkan rambut serta mengusap pipinya yang berwarna merah pudar akibat tamparan yang dilayangkan Risa padanyanya tadi.

Lalu tatapannya beralih menatap kaos santai yang ia kenakkan.Tadi gadis itu sempat mengganti pakaian sekolahnya yang tampak penuh darah dengan kaos yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Maudya?,kamu ngapain di situ?",sebuah pertanyaan dari fiyla berhasil menyadarkan Maudya.

"Eh??"

"Ayo masuk dan ganti baju kamu,toko Alhamdulillah lagi ramai", ajaknya yang hanya diberi anggukkan sopan oleh Maudya, karena setelahnya gadis itu beranjak dan mengikuti fiyla memasuki toko yang tampak ramai.

Langkahnya membawa dirinya menuju ruang ganti dan mulai mengganti pakaian kerjanya dan setelahnya iapun keluar dan mulai bekerja.

Mengabaikan rasa sakit pada kepalanya,gadis itu terus saja melayani pelanggan dengan senyum ramahnya serta tutur katanya yang sopan membuat beberapa orang yang tadinya enggan dilayani olehnya pun mendekat.

"Neng pulang sekolah emang gak capek langsung kerja?",tanya seorang ibu-ibu membuat senyuman Maudya luntur sekejap.

"Kalau dibilang capek ya capek Bu,cuman bagi saya nggak ada kata capek untuk cari cuan, hehee"

"Ah,kamu bener banget.Tapi saya perhatikan wajah kamu pucat, kamu sakit ya?"

"Kalau sakit nggak usah paksa cari uang neng,kesehatan itu juga penting"

Memilih tak membalas, Maudya hanya tersenyum menanggapi ucappan ibu-ibu itu.

Inginnya sih begitu,tapi jika ia tak kerja mau makan apa orang di rumahnya?.

"Ini Bu,totalnya seratus lima puluh ribu ya", ucap Maudya dengan senyumannya yang tampak sayu.

Wanita yang tak ia kenali itu tampak menghela nafasnya pelan sebelum menyerahkan tiga lembar uang berwarna merah kepadanya.

"Kembaliannya untuk kamu aja.Habis ini saya harap kamu istirahat aja. Jangan korbankan kesehatan kamu demi uang yang gak seberapa", ujar wanita sebelum berlalu pergi.

Maudya menghela nafasnya pelan, menatap sosok wanita yang ucappannya berhasil membuat sudut hati terdalamnya merasakkan kehangatan yang luar bisanya.

Andai aku punya mama.

***

Tadinya Maudya tak ingin pulang dan bekerja hingga larut malam, namun saat mendengar ucappan wanita yang tak ia kenali itu sungguh membuat sudut hatinya membenarkan ucappannya,jadi mau tak mau iapun terpaksa pulang untuk mengistirahatkan fisik dan batinnya yang seharian ini terasa lelah.

Namun, baru saja memasuki pekarangan rumah gadis itu sudah di buat bingung dengan keramaian di halaman serta dalam rumahnya.

Entah mengapa perasaannya menjadi tak enak, apalagi melihat tatapan-tatapan mereka yang menatapnya dengan pandangan yang ia sendiri tak tahu apa itu.

"KAK MAUDYAAA", teriakkan penuh kesedihan dari Laras berhasil membuat Maudya bergetar tak nyaman, entah mengapa pikirannya tak tenang.

Maudya dengan segera berlari menghampiri Laras dengan raut wajahnya yang penuh dengan kebingungan.

"Nak Maudya cepat masuk ke dalam, biar mbak carikkan mobil tumpangan dulu", ucap salah seorang tetangganya membuat perasaannya semakin tak karuan.

"Ada apa mbak?",tanyanya linglung.

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang