winter

414 30 5
                                    

Jenharu

.

Jeno
Haruto

italic; flashback

.

.

Jeno's side

.

Salju turun dengan deras semalam, menyebabkan tertutupnya jalan dengan salju tebal. Membuat Jeno harus ekstra tenaga membersihkan halaman rumahnya.

Peluh yang turun cukup banyak. Jangan salah, walaupun bersalju, kalian akan merasa kepanasan juga kalau bekerja seperti yang Jeno lakukan.

Salju yang tingginya kurang lebih sekitar betis Jeno itu, kini sudah bersih dari halaman rumahnya. Akibat kerja kerasnya, sekarang ia sudah tergeletak tak berdaya di ruang tamu dengan  boots yang masih dikenakannya.

Masih dengan nafas tak beraturan, Jeno malah tersenyum membayangkan kenangan yang tiba-tiba saja terlintas.

.

❄️

Saat itu sedang musim salju, hanya hamparan putih yang terlihat sejauh mata memandang. Kecuali seorang anak lelaki dengan padding merah serta beanie yang juga senada, sedang membuat boneka salju di taman perumahan. Sangat mencolok dipenglihatan Jeno kala itu.

"Haru, lagi apa?"

Pertanyaan basa-basi, jelas-jelas ia tahu apa yang sedang dikerjakan tetangganya tersebut.

"Buat boneka salju!"

Seru haruto, wajahnya terlihat memerah. Perkiraan Jeno, anak itu sudah lumayan lama di luar, melihat sudah begitu banyak boneka salju yang dibuatnya.

Entahlah, itu perbuatan haruto seorang atau tadi anak kelas lima sd tersebut bersama teman-temannya kemari. Yang jelas, Jeno agak sangsi kalau semua ini murni perbuatan haruto.

"Kamu yang buat semua ini?"

Pertanyaan terlontar karena rasa penasarannya yang begitu tinggi.

Haruto mengangguk, membuat topi dengan bandul bulat hitam itu ikut bergoyang. "Haru sendirian, kak jeno~

"Aku boleh gabung?"

Jeno yang semula hendak pergi ke minimarket depan, kini mengurungkan niatnya. Anak SMP itu malah ikut berjongkok sambil mengumpulkan salju di sekitarnya, dikepal-kepal hingga membentuk bulat besar.

"Ugh! Hatching!"

Sedikit tersentak, Jeno berakhir terkekeh kala mendapati haruto tengah mengusap hidungnya yang memerah. Ketahuan sudah, tetangganya sudah terlalu lama main di luar.

Tanpa memperdulikan karya yang tengah ia buat-yang bahkan belum jadi setengahnya, Jeno berdiri lalu menghampiri haruto yang berjongkok agak jauh darinya.

"Haru, pulang yuk?"

"Eung?"

Anak itu mendongak, tangan Jeno yang berada di kepalanya ia pegang untuk disingkirkan. Haruto tidak suka dipuk-puk selain oleh mamanya omong-omong, bahkan papanya sekalipun.

"Kamu pilek, udahan aja mainnya."

Genggaman tangan mereka masih tertaut dan itu terasa hangat bagi Jeno. Walaupun mereka mengenakan sarung tangan yang sudah terkena es.

"Tapi belum sele- hatchi! sssai, Kak jenoo~"

"Nanti aku yang terusin, kamu pulang ya aku anterin. Nanti mama ngomel kalau sampai tau kamu sakit."

One shot | Haruto HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang