• Playing song : Delladevina - Belum sembuh •
"Di paksa untuk tetap tersenyum dan baik-baik saja, di paksa untuk selalu memahami orang lain. Meski kenyataannya ingin meneriaki dunia bahwa dirinya juga lelah."
—Regi Sabiru
—Preview bab sebelumnya
"Sakit banget gua gak kuat, lemes banget rasanya."
"Lo abis ngapain hah sampai lemes gitu?!"
"Kayaknya gua mau pingsan, Bim."
"Jangan pingsan! Gua sama anak-anak kesana. Tahan, kalau bisa jangan matiin telfon."
"Gak bisa ... Gua lemes banget gak kuat. Perut gua sakit banget."
"Please, Gi!"
Brukk
•• @ ••
Tepat saat kelopak mata itu bergerak dan berakhir kedua matanya terbuka, hal pertama yang ia rasakan adalah sepi. Ada kekosongan dalam dirinya juga dalam hidupnya. Seperti, tubuh tanpa raga.
Menatap langit-langit kamar yang hanya terdapat sedikit kilauan cahaya dari sinar matahari yang muncul melalui celah jendela ... Setidaknya ia tahu jika saat ini pagi telah tiba.
Bip bip
Suara itu, Reyga mendengarnya. Suara yang berasal dari ponselnya yang terletak di atas nakas kecil sebelah tempat tidurnya. Reyga memilih untuk duduk—menyandarkan punggungnya di kepala kasur.
Setelahnya, ia meraih ponselnya dan menyalakannya. Satu pesan dari Alan—kakaknya. Reyga meneguk ludah sebelum ia memberanikan diri untuk membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...