(14)Elgara

3 2 0
                                    

Kring!,kring!,kring!.

Bel istirahat terdengar nyaring seantero SMA Merah Putih membuat guru yang masih sibuk menjelaskan materi harus dipaksa berhenti untuk memberi jeda istirahat pada muridnya.

Maudya, dengan langkah ringannya berjalan menyusuri koridor menuju kantin.Ya, ini kali pertamanya menginjak kantin dari sekian lamanya ia bersekolah di sini mengingat keuangannya yang dulu belum stabil lantaran banyak pengeluaran.Berbefa dari sekarang,gadis itu merasa sedikit bisa membeli apa yang ia inginkan walaupun di balik itu ia harus bekerja dengan ekstra.

Memasuki kantin, langkah gadis itu dicegat oleh seorang pria yang tampak tersenyum menatapnya.

Arsyad,pria dengan mata sehitam malamnya itu tak pernah melepaskan pandangannya barang sedikitpun dari wajah berisi Maudya.

"Tumben kantin. Biasanya di taman"

"Aku lagi nggak bawa bekal", Arsyad mengangguk lantas menuntun Maudya untuk duduk di bangku tempat biasa dirinya duduki.

Dapat Maudya lihat ada Riyo dan salah seorang pria yang tak ia ketahui namanya, namun ia tahu bahwa pria itu merupakkan sahabat Arsyad.

"Lo pasti bingung dia siapa?", bisik Arsyad bertanya kala melihat Maudya yang sibuk memandang sang sahabat.

Maudya mengangguk mengiyakan,"dia Elgara Refandra Agris, sahabat gue. Jangan suka sama dia,dia makan orang berdaging tebal", bisik Arsyad membuat Maudya melebarkan matanya kesal,tak ayal gadis itu melemparkan cubitan pada lengan Arsyad.

Yah beginilah hubungan pertemanan yang mereka jalin kurang lebih selama satu Minggu.Kini tak ada rasa canggung diantara keduanya seolah mereka adalah kedua orang sahabat yang baru saja dipertemukan kembali setelah sekian lama.Dan Maudya merasa nyaman akan hal itu.

Dipandanglah sosok pria bernama Elgara Refandra Agris.Pria itu cukup tampan atau bisa dibilang sangat sangat tampan, wajahnya tampak bersih tanpa pori-pori, rahangnya tegas dengan hidung mancung bak prosotan, alis hitam yang tebal,tak hanya itu tatapan pria itu juga sangatlah tajam dengan netra yang berwarna biru.

Merasa di tatap pria bernama Elgara itu sontak mengangkat pandangannya hingga bersitatap dengan netra coklat madu milik Maudya.

Sedangkan Maudya yang ketangkap basah pun dengan segera menunduk dan membuang pandangannya kearah Arsyad yang tengah mengantri makanan untuknya.

"Sejauh mana hubungan Lo sama arsyad?", tanya Riyo membuka pembicaraan.

"Maksudnya?"

Riyo berdecak kesal sebelum kembali menatap Maudya dengan tatapan tajamnya,"sudah ke tahap apa pertemanan kalian?,ena-ena?,ciuman??--"

"Aku gak semurah itu Riyo.hubungan aku sama Arsyad pure hubungan pertemanan tanpa melibatkan apa yang kamu bilang tadi", balas Maudya membuat Riyo memutar bola matanya malas.

"Gue tahu lo gadis naif dya. Gue tahu Lo ngejebak Arsyad biar dia mau temanan sama lo kan?"

"Lo tahu?,akibat kegoblokkan Lo sahabat Risa jadi murung setiap hari"

"Aku nggak pernah ngerasa pernah ngerusak hubungan mereka. Dekat nggaknya mereka bukan urusanku", balas Maudya. Gadis itu mengepalkan kedua telapak tangannya menahan gemuruh di dadanya.la tak ingin dianggap lemah lagi, ia tak mau diinjak-injak lagi dengan Riyo yang mulutnya lemes.

Riyo mendengus lantas menatap gadis di hadapannya dengan sinis,"Najis. Sama gue Lo berani jawab giliran ada Arsyad gue ngomong Lo diam aja, naif Lo"

Maudya tak membalas. Percuma ia berbicara dan membela diri sebagaimana toh hasilnya juga sama saja, pria itu tetap membencinya

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang