"Maaf Tuan Clarke, saya tidak bisa menemani Anda. Tapi saya akan bayar gantinya nanti. Anda bisa mengatakan apa yang harus saya lakukan untuk membayarnya."
Rania bukan bermaksud ingin menantang.
Tapi memang dia tak ada pilihan lain kecuali bernegosiasi dan segera keluar setelah mobil berhenti di depan SSG.
Rania berlari sangat cepat sambil menangis sudah tak memedulikan lagi apa yang akan dikatakan Reza. Tujuannya adalah gerbang SSG dan mencari kendaraan.
“Marsha!”
Selama ini hidup Rania sudah tidak lagi didedikasikan untuk dirinya sendiri.
Semua untuk Marsha. Semua untuk putrinya sejak dia mengandung anak itu dan terpaksa harus keluar dari rumahnya. Harapan Rania adalah Marsha.
Apa jadinya dia jika sesuatu yang buruk terjadi pada putrinya?
“Marsha, semoga tak ada masalah serius atau aku tidak tahu bagaimana caranya hidup tanpamu.”
Rania tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada putrinya.
Dan inilah yang membuatnya segera menyetop sembarangan saja motor ojek dengan driver berjaket hijau di pinggir jalan.
Tak peduli dengan harga yang dinegosiasikan abangnya yang pasti Rania setuju karena dia ingin cepat-cepat sampai ke tempat tujuan.
Naik mobil akan membuatnya semakin lama di jalan. Rania ingin kendaraan yang bisa melesat cepat.
Marsha, Tuhan, tolong jangan sampai terjadi sesuatu pada putriku. Aku tidak bisa biarkan ini terjadi. Kumohon, hanya dia yang kupunya.
Telepon tadi memang memberitahukan sesuatu yang buruk terjadi pada Marsha.
Dan ini membuat Rania sudah tidak lagi bisa berpikir jernih. Yang ingin dilihat hanya putrinya dan dia ingin tahu keadaannya.
Bayangan tentang kehamilannya dan bagaimana Marsha tumbuh menjadi sebesar sekarang terngiang-ngiang kembali dalam pikirannya. Dan di ojek pun Rania terus menitikkan air matanya.
"Ini Bang."
Rania membayar dan tak peduli lagi dengan uang kembaliannya. Dia sudah melesat masuk ke dalam dan mencoba menghubungi seseorang yang tadi di teleponnya.
"Rania."
Tapi ada suara yang dikenalinya membuat Rania menengok.
"Amar."
Pria itu ada di administrasi seperti sedang mengurus administrasi putrinya
"Maaf Rania aku terlambat datang. Kejadian itu sebelum aku datang. Pas aku sampai, Marsha sudah berlumuran darah. Dia sempat terbentur juga kepalanya."
"Di mana Marsha, Mar?"
"Ayo aku antar."
Rania sudah tidak peduli dengan kejadian yang tadi yang penting sekarang baginya adalah melihat di mana putrinya berada dan menemaninya. Mendengar cerita Amar barusan malah membuatnya semakin lemas.
"Dia nggak biasa main itu sama teman-temannya. Biasanya dia main di dalam denganku. Tapi mungkin karena aku tidak datang, Marsha bosan jadi dia ikut dengan teman-temannya bermain monkey bar." Amar menceritakan kronologisnya sambil mereka jalan menuju lokasi Marsha berada.
Monkey bar di sekolah itu cukup besar. Dan cukup lengkap. Bukan hanya tiang-tiang kecil saja tapi ada permainan menggelantung, jembatan di atas dengan lorong-lorong seperti penjelajah, di sana juga terdapat jaring-jaring dan masih banyak lagi karena luas permainan monkey bar di sekolah Marsha berukuran 15x10 meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Yang Tak Diinginkan
Romance"Aku mau tubuhmu setiap hari, Rania! Kamu siap?" "Ti-tiap hari Om Reza? Terus sekolahku gimana?" Rania Juwita Raharja yang berusaha mencari sedikit kebahagiaan, berani bermain api dengan mencari sugar daddy di situs dating online hngga akhirnya bert...