ANISA
Aku membuka kedua mataku ketika sinar matahari masuk ke sela-sela jendela kamarku. Kulihat anak bungsuku yang masih tidur lelap disampingku. Kuusap lembut rambut hitamnya, lalu kucium keningnya. Aku beranjak dari tempat tidurku lalu bergegas menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk kedua anakku setelah itu menuju ke kamar anak pertamaku untuk membangunkannya.
Namaku Anisa Rahma. Aku memiliki dua orang malaikat kecil. Malaikat yang mampu membuatku semangat menjalani aktivitas sehari-hari. Lakesha Avalerie Karisma. Anak pertamaku yang masih berusia 8 tahun dan anak bungsuku Ateesha Safira Karisma yang masih berumur 2 tahun. Satu tahun yang lalu, aku bercerai dengan mantan suamiku. Bisma Karisma. Aku bercerai dengan Bisma bukan karena Ia ataupun aku berselingkuh. Keputusan kami untuk berpisah karena memang kami sudah tidak mempunyai kecocokan satu sama lain. Tapi sampai saat ini aku dan Bisma masih tetap berhubungan baik. Setiap pagipun Bisma selalu datang ke rumahku untuk mengantarkan Kesha sekolah serta menjemputnya ketika pulangnya.
Aku tidak mau hanya karena perceraianku dengan Bisma, kedua anakku menjadi merasa kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya. Aku terpaksa membohongi Kesha dan kubilang papanya tidak dapat tinggal bersama kami lagi dikarenakan kantornya pindah ke tempat lain yang letaknya jauh dari rumah kami. Tapi sepertinya Kesha tidak percaya dengan ucapanku. Ia pernah bertanya kenapa papanya tidak bisa tinggal bersama kita lagi tapi setiap pagi dia bisa mengantarkannya ke sekolah. Aku sempat bingung menjawab pertanyaannya itu dan beberapa kali aku mengalihkan pertanyaannya. Tapi lambat laun Keshapun mengerti dengan keadaan orangtuanya yang sudah tidak bisa bersama lagi.
Saat ini aku berada di kamar Kesha setelah aku selesai membuat sarapan. Aku melihat anak sulungku yang sudah rapi dengan pakaian sekolahnya. Aku menghampirinya saat Ia sedang kesulitan merapikan rambutnya.
Off
"Mamaa. Tolongin Kesha dong. Kesha susah nih ngikat rambutnya" Gerutu Kesha yang lagi ribet dengan rambutnya yang susah dikuncir itu. Itulah kebiasaan Kesha ketika Anisa sudah mauk ke kamarnya. Ia selalu meminta mamanya untuk menguncir rambutnya. Sebenarnya Kesha bisa saja menguncir rambutnya sendiri. Ia hanya ingin mendapatkan perhatian dari mamanya saja. Anisapun segera menghampiri Kesha kemudian merapikan rambut anak pertamanya itu dengan telaten.
"Nah udah cantik nih anak mama. Sekarang Kesha sarapan dulu ya. Mama mau bangunin adek Tisya dulu" Ucap Anisa seraya keluar bersama Kesha dari kamar anaknya itu. Keshapun mengangguk lalu segera menuju ke meja makan. Sementara Anisa kembali ke kamarnya untuk membangunkan Tisya yang masih tertidur.
----
Kesha hampir saja menghabisi sarapan paginya ketika papanya datang ke rumahnya.
"Assalamualaikum" Sapa Bisma seraya masuk ke dalam rumah mantan istrinya. Ia langsung pergi ke ruang makan yang terdapat Kesha disana. Kasha yang mengetahui ayahnya itupun langsung saja berlari menghampiri papanya dan memeluknya. Tak peduli dengan sarapannya yang belum habis dimakannya.
"Waalaikumsalam. Papaa" Seru Kesha yang langsung memeluk Bisma. Bismapun langsung membalas pelukan anak pertamanya itu. Lalu mencium puncak kepala Kesha.
"Udah siap berangkat sekolah?" Tanya Bisma yang melepas pelukan anaknya itu. Kesha langsung mengangguk penuh semangat. Bisma yang melihat anaknya masih mengunyah makanan dalam mulutnya itu segera menoleh kearah meja makan. Ia melihat sarapan milik Kesha yang belum habis. Lalu kembali menoleh kearah Kesha.
"Kebiasaan nih anak papa makanannya gak pernah dihabisin. Ayo habisin dulu tuh sarapannya. Nanti mama marah loh kalo sarapannya gak dihabisin. Susunya juga belum diminum kan" Ucap Bisma yang berjalan menuju meja makan sambil menggandeng tangan Kesha. Dan Keshapun kembali duduk di kursi yang terdapat di meja makan tersebut. Kasha hanya meneguk susu yang belum diminumnya tanpa menghabiskan nasi goreng sarapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama..
Short StoryTerkadang sesuatu yang telah pergi akan menjadi lebih berharga. Karena dengan kepergiannya, kita baru sadar betapa cintanya kita terhadap sesuatu yang telah pergi.