Bab 4

18 2 0
                                    

I Wanna Be Yours – Artic Monkey

Aku ketiduran, tepat jam 00.14 malam. Aku melihat notifikasi panggilan tak terjawab dari Laskar. Aku kaget. Dia menelfon. Demi apa? Bangun tidurku di awali dengan hal menyenangkan hari ini. Haha. Senyumku langsung terukir. Jangan tanya seberapa senangnya aku. Hanya karena panggilan pertama darinya saja aku sampai sebahagia ini.

Embun : "gue ketiduran, kenapa?"

Dasar, gengsinya muncul lagi. Padahal hatinya sedang teriak melonjak kesenengan bukan main. Dan dia langsung menelfonku lagi. Tentu saja aku angkat. Dengan suara lemas khas baru bangun tidur tapi masih mengantuk. Tak lama telfon terputus. Dia hanya menanyai diriku. Sedang berada dimana dan lagi apa. Ternyata dia sedang ada dirumah temannya, Tria.

Laskar : "lemes banget suaranya"

Embun : "ngantuk ege"

Laskar : "yaudah tidur"

Laskar : "mau ditemenin ga?"

Demi apapun, aku ingin berteriak sekencang – kencangnya saat ini. Gimana tidak. Malam ini benar – benar membahagiakan untukku. Hanya karena sebuah telfon. Ini memang bukan pertama kali aku ditelfon oleh seorang pria. Pria – pria lain juga menelfonku. Tapi ini beda. Ini Laskar. Seorang Laskara Agra Aswara menelfonku jam duabelas malam dan menawariku untuk ditemani.

Aku tidak pernah mengangkat telfon. Karena aku tidak suka telfonan. Bahkan kepada mantanku. Tapi kenapa kepadanya aku berbeda? Aku memperlakukannya jauh lebih baik dibanding para mantanku. Aku ini aneh. Benar – benar aneh.

Tapi sayangnya, aku ketiduran lagi. Haha bodoh. Dikasih kesempatan sebesar itu malah dilewatkan hingga jam sudah menunjukkan pukul empat pagi.

Embun : "gue ktdran smlm"

Embun : "lo masih main?"

Pesanku baru dibalas jam 12.36 siang.

Laskar : "udah balik, gue ktdran dirumah temen gue"

Laskar : "subuh si baru balik"

Embun : "trs, tdr lagi?"

Laskar : "iyaa, abis balik tidur lagi"

Laskar : "gue mau pada nginep di villa"

Laskar : "ikut ga?"

Embun : "kaga lah. Cowo semua isinya"

Laskar : "Gibran ngajak gebetannya"

Laskar : "tapi gatausi gue juga"

Embun : "kalau gaada cewenya enggamau"

Laskar : "Hemmmmzzzzzz"

Aku pergi kedapur untuk memasak mie, aku meng-foto mie buatanku dan kukirimkan kepada Laskar,

Laskar : "ihh masak mie"

Laskar : "jujur ajasih ga kegoda"

Embun : "kalau seblak kegoda ga?"

Laskar : "engga sih"

Laskar : "mungkin kalau Embun, iya"

Ah sial. Dasar gombalan anak teknik. Sangat menyebalkan tapi berhasil membuatku senyum. Diantara gombalan para pria lain. Kenapa aku tertarik dengan gombalannya. Aneh. Seperti ada magnet yang menarikku agar aku terus menyukainya. Perasaan sukaku semakin bertambah dan aku mulai berfikir dengan penuh percaya diri, bahwa ia juga menyukaiku.

Embun : "Las"

Embun : "sihhimhahthtitmijwbyiwbyiwby"

Aku mengiriminya singkatan lagu I wanna be yours dari artic monkey. Band favorite adikku. Semoga dia sadar. Tapi aku juga berharap semoga dia tidak sadar. Karena aku malu. Takut ketauan bahwa aku sungguh menyukainya. Dan ingin menjadi miliknya.

Aku belum pernah begini sebelumnya. Sungguh. Ini menyebalkan. Mengapa aku harus duluan menyukainya. Tolong. Aku tidak bisa berhenti menyukainya. Aku tidak tau akan bertahan sampai kapan. Sangat menyebalkan. Aku mematahkan hati banyak orang yang ingin bersamaku hanya karena aku menyukai seseorang yang belum jelas hatinya ada padaku atau tidak.

Sepetinya, dia tidak sadar dengan teks yang aku kirimkan. Dia mengabariku bahwa ia sedang dalam perjalanan ke Cilegon. Adik perempuan yang paling kecilnya balapan disana.

Ia langsung mengabariku sesampainya ditempat tujuan. Kita tetap berlanjut saling mengirim pesan dengan topik yang berbeda. Sampai dia mengajakku untuk ikut ke Merak Bersama teman – temannya. Aku menolaknya. Sebenarnya aku sangat ingin bertemu dengannya. Tapi untuk saat ini, sepertinya dia lebih baik menghabiskan waktu bersama teman – temannya. Aku mengiriminya foto sekali lihat. Ya, foto selfieku yang sedang maskeran.

Laskar : "yaampun bocil maskeran"

Apa? Bocil? Bertemu denganku saja dia belum pernah. Bagaimana bisa dia tau bahwa tubuhku ini pendek. Apa dari raut wajahku terlihat seperti anak kecil?

Laskar : "gue gajadi ke Merak"

Aku langsung melonjak senang, tanpa berfikir panjang aku mengajaknya untuk bertemu malam ini. aku menurunkan harga diriku. Benar - benar bukan seperti aku. Kemana Embun yang biasanya selalu dichat duluan oleh para pria. Kemana Embun yang biasanya selalu menolak ajakan pria yang ingin bertemu dengannya. Ah menyebalkan. Aku ingin menarik pesan tersebut tapi sudah keburu dibca oleh Laskar. Aku berteriak kesal.

"aaaaaaaa kenapa dibaca" ucapku dengan sedikit raungan.

Laskar membalas pesanku. Dia mengatakan bahwa tidak bisa bertemu denganku malam ini. Karena dia masih ada acara keluarga dan akan pulang larut malam. Dia menawarkan hari esok. Aku menggerutu. Bukan karena kesal tidak bertemu dengannya. Tapi ini adalah kali pertamaku mengajak pria keluar. Dan ditolak.

Bayangkan saja betapa malunya menjadi diriku saat ini. aku mengabaikan pesannya cukup lama. Hanya untuk menghilangkan rasa maluku. Tak lama dua notifikasi pesan dari dua orang berbeda muncul di layar handphoneku.

Erlan : "malam ini bisa keluar ga?"

Genta : "ke kiara yu. Sama gue"

Aku menggurutu kesal dan membatin dalam hati,

"bukan kalian tau yang gue harepin."

Memang benar. Aku mengharapkan Laskar. Tapi malah dua pria itu yang mengajakku pergi. Ini menyebalkan. Langsung saja kutolak ajakan mereka. Tak lama dari situ notifikasi instagramku pun muncul. Kali ini dari pria yang berbeda.

Raka : "Ayo sini gue jemput. Kita main billiard"
Raka : "cuek banget dari kemarin chat gue gadibales"

Menyebalkan. Aku harus menolak lagi ajakan pria ketiga ini. sama seperti alasan sebelumnya, aku bilang bahwa aku sibuk. Padahal aslinya aku gabut banget woiii. Hanya saja, inilah aku.

Aku hanya ingin keluar dan pergi dengan orang yang aku suka. Aku tidak mau dicap sebagai perempuan yang ngasih kesempatan untuk siapapun pria yang ingin mendekatiku. Aku tidak mau itu. Jadi, ketika sudah terlihat adanya pendekatan lebih untukku. Aku lebih memilih untuk menarik diriku dan menjaga jarak dengannya.

Kadang hal seperti itu perlu dilakukan. Biarkan saja orang menyebutku cuek atau sok jual mahal. Aku tidak peduli. Daripada orang – orang mengataiku dengan sebutan perempuan pemberi harapan palsu pada semua pria yang mencoba mendekatiku. Itu jauh lebih buruk.

Aku kemudian membuka room chat Laskar. Sekitar jam 23.05 malam. Dia sedang berada dirumah ayahnya. Sedang berbincang – bincang dengan para senior balap yang tak lain adalah teman – teman ayahnya. Bergabung dengan para bapak – bapak bisa menambah wawasan daripada main tidak jelas seperti teman – temanku yang lain.
Sekitar jam 00.24 Laskar menghubungiku lagi,

Laskar : "gue balik"

Mr. AntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang