Seiring berjalannya waktu, hampir dua bulan sejak mereka terdampar di pulau tersebut, suatu pagi yang cerah mengubah segalanya. Tim penyelamat tiba di tepi pantai, dan Soonyoung yang pertama kali melihat mereka berlari ke arah yang lain untuk memberitahu. Rasa tidak percaya dan lega melanda semua orang, termasuk Mingyu yang memeluk Wonwoo erat-erat, menciuminya dengan penuh kebahagiaan. Wonwoo tersenyum dengan ragu, tidak sepenuhnya yakin akan semua ini.
Rescuernya datang karena kondisi cuaca buruk dan ombak besar membuat misi penyelamatan ditunda. Namun, setelah perjuangan dan keteguhan hati, tim penyelamat berhasil sampai ke pulau mereka. Semua orang bersorak dan memeluk satu sama lain, menyadari bahwa akhirnya mereka akan kembali ke rumah.
Mingyu memeluk Wonwoo dengan begitu erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Bibirnya menyentuh lembut pipi Wonwoo, menciptakan momen yang penuh emosi di antara mereka berdua. Wonwoo hanya tersenyum dengan ragu, hatinya masih terisi dengan ketidakpastian tentang masa depan, terutama mengenai rahasia besar yang masih bersemayam di dalam dirinya.
Segera setelah mereka kembali ke pusat penyelamatan, proses evakuasi dan perawatan medis dimulai. Mereka mendapat perhatian dan perawatan yang pantas, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga sesi konseling untuk membantu mereka mengatasi trauma yang mungkin mereka alami selama di pulau terpencil.
Seminggu berlalu, dan mereka akhirnya diberangkatkan pulang ke negara mereka masing-masing. Perpisahan dengan pulau itu membawa campuran perasaan. Ada kelegaan karena mereka selamat, tetapi juga ada kehilangan karena mereka meninggalkan tempat yang, meskipun sulit, telah menjadi rumah mereka untuk beberapa waktu.
Wonwoo keluar dari pintu kedatangan bersama keluarganya yang sangat merindukannya. Senyum bahagia melingkupi wajah Wonwoo, tetapi di balik itu, ada juga tatapan penuh arti yang ditujukan pada Mingyu yang mengikuti dari belakang. Mingyu, tanpa keluarga yang akan menjemputnya, tetap setia mendampingi dan menyaksikan kembalinya Wonwoo ke dunianya.
Keluarga Wonwoo bersalaman dan bertukar pelukan, mengekspresikan kebahagiaan mereka melihat kembalinya anak mereka yang disayangi. Namun, di tengah kegembiraan itu, mata Wonwoo dan Mingyu saling bertemu, membawa dengan mereka keintiman yang tumbuh selama perjalanan yang sulit di pulau terpencil.
Wonwoo mencoba menyelipkan kata-kata terima kasih dan apresiasinya kepada Mingyu, meskipun hanya melalui pandangan mata. Mingyu, seolah membaca isi hati Wonwoo, tersenyum dengan hangat, menunjukkan bahwa dia tidak pernah merasa sendirian selama perjalanan itu.
Mereka berdua, bersama keluarga Wonwoo, meninggalkan bandara untuk kembali ke rumah. Perjalanan pulang menuju kehidupan sehari-hari adalah langkah pertama dalam menghadapi tantangan baru. Meskipun pulau terpencil mungkin telah ditinggalkan, kenangan dan ikatan di antara mereka tetap utuh.
***
Setelah meninggalkan bandara, keluarga Wonwoo menuju rumah mereka, tempat awal yang penuh kenangan dan kenyamanan. Namun, perjalanan menuju kehidupan sehari-hari membawa tantangan baru bagi Wonwoo. Trauma dari pengalaman di pulau terpencil terus menghantuinya dalam mimpi buruk yang terus-menerus.
Menyadari dampak psikologis yang dialami oleh Wonwoo, orangtuanya memutuskan untuk mendaftarkannya dalam terapi. Mereka menginginkan yang terbaik untuk anak mereka dan berharap terapi tersebut dapat membantu Wonwoo mengatasi trauma yang masih membekas. Mingyu, yang selalu ada di samping Wonwoo, juga mendukung keputusan ini.
Setiap sesi terapi menjadi kesempatan bagi Wonwoo untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan detil pengalaman sulit yang dialaminya di pulau. Mingyu tetap setia di sisinya, memberikan dukungan dan kenyamanan. Proses penyembuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi mereka berdua bertekad untuk melaluinya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESERTER [MINWON FF]
Fanfiction⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Ketika sebuah kapal pesiar mewah mengalami kecelakaan mengerikan, Wonwoo, seorang anak kaya yang terbiasa dipanjakan, dan pengawalnya yang setia, Mingyu, terdampar di sebuah pulau terpencil. Terlepas dari perbedaan kelas dan ke...