40 [I'm Not a Villain]

630 41 2
                                    

40
[I'm Not a Villain]

***

Erland memasuki ruangan dengan pistol yang ia sembunyikan di saku jasnya. Pikirannya mulai kacau. Akibat pengakuan Namira yang mengatakan padanya bahwa wanita itu sekarang berada pada pihak Almer, membuat amarahnya memuncak.

Lelaki itu nampak berusaha menutupi detak jantungnya yang berdegup kencang. Perasaannya mencelos penuh kekecewaan. Ia menghapus semua itu dengan kembali mencari sosok mainannya yang saat ini tengah terduduk manis disamping Almer.

Erland menatap penuh kebencian sosok Almer yang melingkarkan lengannya pada perut Elisa. Memeluk mainannya. Tidak, hanya dirinya yang boleh menyentuh si cantik Elizabeth. Pikirnya mulai kembali tak waras.

Tanpa menghiraukan sosok Madeline yang terus menerus mengoceh panjang lebar tentang lukisannya diatas panggung, Erland membidik kepala Almer yang hanya berjarak tak kurang dari 5 meter dari tempatnya berdiri.

Dor!

Erland menatap terkejut pada suara tembakan keras itu. Sebab ia masih belum menembakkan pistolnya. Disamping sana, berdiri seorang wanita dengan wajah sembabnya.

"Namira, apa yang kau lakukan?"

Dor!

Lagi-lagi sebuah tembakan yang bersumber dari pistol milik wanita itu kembali bersuara. Kali ini kesadaran Erland baru terkumpul.

Ternyata, oh ternyata.

Betis kanan dan lengan kirinya-lah yang sedari tadi menjadi sasaran tembak Namira.

Erland tertawa menyeramkan. Ditengah hiruk pikuk penonton yang saat ini berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Dor!

Erland kembali menatap pundak kanannya yang saat ini menjadi sasaran tembak. Namun bukan Namira yang melakukannya. Mata tajam Erland menghunus tepat pada sosok cantik yang saat ini berdiri dihadapannya dengan sebuah pistol mengarah tepat di kepalanya.

"Sweetheart, kau-"

Dor!

"Hentikan omong kosongmu. Sebelum aku membunuhmu detik ini juga, psikopat!"

"Kerja bagus, sayangku!" Almer tersenyum menatap Elisa penuh rasa bangga. Ia bahkan memberikan sebuah kecupan di dahi Elisa. Seraya kembali melingkarkan tangannya di pinggang Elisa dengan erat.

Elisa tersenyum melihat keberaniannya yang terkumpul begitu hebat. Ia bahagia, melihat sosok sang antagonis utama dalam kisahnya yang selama ini bersembunyi akhirnya telah menampakkan diri.

"Sebenarnya kau cukup tampan..." Ucapan Elisa membuat Almer yang berdiri tepat disampingnya, membelalakkan mata lebar. Terkejut dengan kalimat yang Elisa ucapkan.

"Menyedihkan, kau harus berakhir mati ditanganku malam ini juga. Dasar psikopat gila!"

Beberapa tembakan seketika langsung terarahkan pada satu bidikan. Yaitu tubuh Erland yang saat ini justru terus berdiam diri menerima serangan terus menerus dari Elisa dan Namira.

Total 10 peluru yang bersarang di tubuh Erland. Namun lelaki itu tetap gentar berdiri tanpa sekalipun berusaha untuk menyelamatkan dirinya yang tentu saja akan berakhir sia-sia.

Baik Elisa maupun Namira mulai goyah. Melihat Erland dengan tubuh penuh luka tembakan dan darah segar yang mengaliri tubuhnya, justru tetap setia berdiri dihadapan mereka. Seakan tak merasakan rasa sakit sama sekali dari dalam tubuhnya.

"Sudah main-mainnya?" Bahkan suara lelaki itu tak bergetar sama sekali.

Elisa hendak melayangkan beberapa tembakan sebelum ia menyadari bahwa pelurunya telah habis. Begitu juga Namira. Dan sosok Erland dihadapannya tak kunjung mati juga.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang