Alyza memejamkan mata sembari mengatur pernapasan. Ia tidak boleh marah-marah, apalagi dengan keadaan kedua orang tuanya yang seperti ini. Ingin sekali Alyza berkata panjang dan melampiaskan kekecewaannya kepada Dean. Namun, Alyza masih waras untuk tidak durhaka kepada orang tua.
Arion menatap kakak perempuannya dengan perasaan takut. Ia meraih ujung baju Alyza dengan sedikit gemetar karena mendengar teriakan dari kedua orang tuanya. Alyza membuka mata seraya menghela napas panjang. Ia merangkul pundak Arion.
"Abang masih di jalan. Mending kita di luar rumah aja," kata Alyza memberitahu.
Arion menggelengkan kepala. Tatapannya ke bawah, tanpa sadar mendengar dengan seksama apa yang Dean dan Sylvia ributkan. Bagaimana Arion tidak dengar, bila kedua orang dewasa itu sekarang malah beradu mulut dengan volume suara tinggi.
"Apa? Khilaf? Berbulan-bulan gitu kamu bilang khilaf! Udah busuk banget kelakuanmu." Sylvia mendorong tubuh Dean yang berusaha menggapainya.
Sylvia merasa jijik jika bersentuhan dengan suaminya itu sekarang. Sedangkan Dean lama-lama juga ikut naik pitam. Kesabarannya seolah menguap entah kemana. Ia tega-teganya malah memperkeruh keadaan.
Dean menampar pipi kiri Sylvia hingga wanita itu tersungkur. Kekuatannya bukan main. Beberapa detik setelahnya hanya terjadi keheningan. Sylvia sudah pasti terkejut bukan main.
Seakan-akan jiwanya kembali ke raga, Dean menatap tangan kanannya dengan tidak percaya. Ia main tangan kepada sang istri. Namun, Dean masih merasa marah tidak terima. Alyza yang masih berada di dapur sontak berlari menghampiri kedua orang tuanya. Tepatnya ke Sylvia.
"Ma, Mama, kita ke kamar aja, yuk," ajak Alyza sembari menahan tangis dan mencoba membantu Sylvia berdiri.
"Ly, pergilah," perintah Dean dengan wajah merah padam.
Alyza sebenarnya takut kepada papanya. Tapi sakit hati Alyza lebih mendominasi saat ini. Ia tidak terima melihat mamanya diperlakukan kasar seperti ini. "Papa jahat! Papa bukan manusia!"
Tatapan Dean beralih ke anak perempuannya. Ia menarik paksa lengan kiri Alyza untuk menjauh dari Sylvia. Tentu saja Alyza memberontak. Ia melontarkan kembali kata-kata yang sesuai dengan tingkah biadab Dean.
Sylvia yang sadar akan hal itu langsung membantu Alyza untuk melepaskan genggaman tangan dari Dean. "Jangan sakiti anakku, Mas!"
"Sylvia, diam!" Dean melepaskan cekalan tangan pada Alyza. Menunjuk wajah Sylvia dengan jari telunjuk.
"Bela aja terus selingkuhanmu itu! Bawa sana sampai kalian mati!" Sylvia menepis tangan Dean. "Aly, bawa adikmu keluar rumah."
Alyza menggeleng pelan sambil terisak. Entah sejak kapan, air mata Alyza telah turun. Sylvia yang marah bercampur nangis itu benar-benar membuat hati Alyza hancur.
"Mama gimana?" cicit Alyza.
Sylvia menggelengkan kepala seraya mengelus sebentar kepala Alyza. "Pergi Alyza."
"Tetap di rumah, Aly!" Dean memerintah dengan tegas.
Alyza tidak mau. Ia membujuk sang mama untuk masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan Dean melampiaskan amarah dengan sendirinya. Namun, Sylvia menolak. Ia masih belum puas untuk mengatakan kebenaran.
Dean tidak bisa lagi sabar. Pria itu mendorong tubuh Alyza dengan kuat hingga Alyza jatuh ke lantai. Melihat Sylvia yang hendak membantu putrinya, dengan cepat Dean menghadang.
"Kamu harus diberi pelajaran, Sylvia," kata Dean menarik lengan Sylvia menuju kamar mereka.
Sylvia berteriak dan memberontak. Dean tidak peduli. Ia justru menggeret Sylvia dengan kejamnya. Sebelum mereka masuk, seseorang menendang Dean dari samping sampai pria itu terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Around
Подростковая литератураApa yang akan kamu lakukan jika dihadapkan dengan situasi yang rumit? Terlebih lagi bila harus memilih antara masa depan atau keluarga. Itulah yang dirasakan Alyza saat ini. Masing-masing pilihan menentukan nasib yang akan Alyza lalui. Entah itu mer...