Matahari di atas kepala, membuat semua orang enggan bergerak banyak. Banyak opsi, namun tentu saja yang paling digemari adalah mendapatkan sesuatu yang dingin untuk membasahi kerongkongan.
Seperti halnya perkumpulan remaja ini, mendominasi kebisingan di kantin kampus dengan suara tawa dan candaan yang sudah berlangsung 30 menit lamanya.
"Shotaro putus? Hahahahaha!"
Layaknya aba-aba, kini semua orang dalam sirkel tersebut tertawa terbahak-bahak. Ada yang menggebrak meja, menendang kaki meja, memukul orang terdekat dari badan, atau sekedar tertawa ringan. 6 orang dewasa dan sehat, bayangkan seramai apa.
Sementara 1 orang yang merasa menjadi objek tertawaan hanya mampu merengut, menggenggam erat gelas minumannya dengan kesal.
"Haechan sialan! Tidak sopan sekali kau mengintip ponselku sialan!"
Si terduga biang kerok hanya mampu menipiskan tawanya, sebelum memulainya kembali. Dirinya sama sekali tidak takut atas gertakan tersebut. Diusapnya air matanya yg menggenang karena terlalu tenggelam dalam tawa sesaat kemudian, sebelum melayangkan usapan jenaka ke kepala bulat pirang temannya yang masih kesal.
"Tenang, Shotaro. Aku tidak bermaksud apapun. Hanya saja ini adalah kabar yang terlalu mengejutkan, astaga. Rasanya masih ingin tertawa."
Manusia lain disana merespons dengan kekehan kecil. Kurang lebih reaksi mereka sama. Karena tidak terdapat rahasia di sirkel tersebut. Kecuali jika hal itu di ranah privasi. Jadi mereka 100 persen tahu hal yang dimaksud Haechan.
"Dia tidak baik sama sekali untukmu, Shotaro. Dia mungkin tampan, tapi hanya itu. Selama ini kau hanya dibodohi tapi kau tidak juga sadar. Ck."
Renjun, pemuda bersurai putih itu menimpali setelahnya sambil memegang pipi lembut sahabatnya yang masih muram. Namun ia hanya bisa menghela napas lelah sehabis itu, karena kini dia melihat genangan air mata di manik almond itu.
"Tapi aku mencintainya, Renjun..."
"Ssstt! Itu bukan cinta. Kau hanya terobsesi dengan badan kekar dan kemampuannya di ranjang!"
Sialan sekali. Apakah boleh membeberkan hal sememalukan ini di publik? Ingin rasanya Shotaro memukuli temannya satu per satu.
Tapi, well... Renjun tidak mengungkapkan hal yang salah. Perkataan itu cukup valid, mengingat sekarang yang Shotaro rasakan bukan kesedihan karena percintaannya kandas, namun karena ia takut akan merasa kesepian dan tidak mampu menyalurkan hasratnya yang agak liar.
Semua orang masih tertawa atas celetukan serampangan Renjun. Tidak ada satu pun yang merasa kasihan dengan Shotaro. Bukan karena hati mereka batu, tapi karena mereka sudah sangat hafal dengan pemuda berdarah Jepang tersebut.
Teman mereka yang bernafsu tinggi, memiliki pemikiran yang gila dan tidak kenal takut, namun di sisi lain sangat konyol.
Ada satu hal yang membuat Shotaro menjadi pengecualian bagi siapapun disana. Tidak ada yang sanggup untuk membencinya, meskipun banyak hal fatal yang sudah dilakukan oleh Shotaro.
Berkencan dengan dosen secara blak blakan, misalnya.
Atau menghabiskan satu malam dengan salah satu ayah sambung mereka.
Atau yang paling baru-baru ini Shotaro lakukan, mengajak Haechan untuk bertukar partner seks.Satu hal, yang membuat Shotaro sangat disukai di sirkel itu. Adalah kepribadiannya. Yang hangat, senyumnya yang selalu secerah mentari, dan kehadirannya yang selalu dapat memperbaiki suasana.
Jangan lupakan fakta bahwa wajahnya juga merupakan faktor penentu. Imut, tapi juga maskulin. Matanya yang bulat, bibirnya yang meliuk lucu namun seksi. Perpaduan yang sempurna untuk kepribadiannya yang kompleks.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED [SungTaro]
General FictionShotaro menatap pasangan mesra di hadapannya dengan raut muka tanpa ekspresi. Tidak ada yg bisa menebak jalan pikirannya. Tapi siapapun akan tahu, ada sedikit nafsu disana ketika ia menggigit bibirnya yang tersenyum tipis dengan kelopak mata menyipi...