Usai melewati masa pemulihan yang membosankan, Heana kini sudah merasa bugar kembali, tapi Sam dan Prince masih saja bersikap protektif terhadapnya. Jam menunjukkan pukul sebelas siang, ia sudah menyusui putranya yang sekarang tidur dan dijaga oleh Ami. "Kau sudah makan buah yang aku siapkan di meja?" tanya Prince.
"Sudah."
"Bagus sekali." Prince mengacak-acak rambutnya.
"Beberapa hari yang lalu, pimpinan gringgots bank, Abra Samad terbukti membantu aksi Blaise Zabini, waktu itu Sam memenuhi panggilan persidangan dan sekarang Abra Samad sudah ditangkap," ia melanjutkan.
"Lalu Zabini bagaimana? ia ditangkap juga?"
"Belum, Prince itu mengerti aku, ia bilang akan menyerahkan Zabini bersama Parkinson nanti setelah kita memukulnya bersama-sama!" Sam terkekeh sambil melayangkan pukulan di udara.
"Bisa seperti itu, Prince? jika Abra Samad yang disuap oleh Blaise Zabini sudah ditangkap bukankah otomatis ia akan langsung diseret saat itu juga?"
"Prince bisa melakukannya segalanya." Pria bersurai hitam legam itu menyunggar rambutnya bangga.
"Artinya ia masih bebas sekarang, ia juga sudah tahu bahwa Abra Samad ditangkap, bagaimana jika ia berusaha kabur?" timpal Rexy.
"Kau kan bisa menangkapnya." Prince berkata lugas.
Percakapan mulai terdengar ketika Nielson menonton lewat layar monitor.
"Kita akan menemui Astoria, apakah ia sudah mau berubah pikiran atau belum?"
"Bagaimana kalau belum? Arba Samad telah ditangkap dan aku sedang dalam masalah besar, bagaimana kalau Astoria juga ikut membongkar masalah kita? aku pusing sekali, seharusnya dari awal kita tidak usah menerima tawaran Deepika, sekarang wanita itu tengah bernapas dengan tenang dan menikmati statusnya sebagai nyonya Malfoy sementara kita tidak tenang begini."
Suara terhubung ke monitor disertai video yang menampilkan Pansy dan Blaise tengah bertemu disebuah tempat. Seisi ruangan langsung mendekat ke arah monitor.
"Ayo kita temui Astoria, sudah satu bulan kita tidak melihat keadaannya apakah sudah mati atau masih hidup." Pansy dan Blaise segera melangkah pergi dari sana.
"Perhatikan kemana ia akan pergi," kata Prince.
"Kita akan bagaimana selanjutnya?" Blaise terus melirih pusing membuat Pansy memandangnya marah.
"Bisakah kau diam!" Pansy mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Jauhkan kamera darinya!" ujar Prince di detik-detik sebelum drone kecil itu terpukul tangan Pansy yang sedang mengamuk, hampir saja mengenai drone mereka. Kamera yang mereka pasang memang tidak terlihat tapi fisiknya tidak hilang, jika terkena guncangan keras, mode hilang akan berubah kembali menjadi normal.
Mereka berakhir pergi mengikuti pergerakan Pansy dan Blaise lewat kamera pemantau mereka sampai berada di depan sebuah manor yang sama gelapnya dengan Malfoy manor. Pansy menerobos masuk, ini adalah rumahnya, keduanya berjalan tergesa ke sebuah lorong yang membawa mereka turun ke bawah.
"Ruang bawah tanah, aku yakin mereka menculik seseorang bernama Astoria itu dan menyimpannya di sana," kata Prince.
"Untuk apa mereka menculik Astoria? bukankah Astoria adalah adik dari Daphne? Daphne Grenggrass," sahut Heana membuat Prince dan semuanya melirik, nampak berpikir.
"Kita harus menonton dulu dengan tenang agar paham alurnya." Nielson menarik laci dan mengeluarkan camilan.
Penjara yang lembab, Heana pernah melihatnya, Malfoy Manor juga memilikinya. Di dalam sel itu, terlihat seorang gadis berambut cokelat tengah memeluk diri, keadaannya sudah tak karuan, terlihat mengenaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Heana| D.M|
FanficManusia memang tidak tahu diuntung, dihormati malah menjatuhkan. Siapa sangka, gadis lugu nan aneh itu kini menjadi orang yang paling kejam. Tampilan anehnya kini benar-benar berubah 180° membuat siapapun pangling melihatnya. "Aku yang dulu telah m...