Setelah berdiskusi, Junghwan akhirnya diperbolehkan untuk menginap semalam lagi sebelum diantar pulang ke panti. Jeongwoo menelepon Suster Shin yang dipastikan sedang khawatir dan mencari-cari—mengabarkan kalau Junghwan sedang bersamanya menggunakan ponsel Jaehyuk. Dia mendengarkan dengan seksama Suster Shin yang berbicara mengenai kekesalannya terhadap Junghwan. Serta rentetan alasan yang menjurus pada sikap tegasnya.
Hapal sekali Jeongwoo dengan perkataan wanita paruh baya itu. Dia sudah mendengarnya berulang kali dulu saat memarahi anak-anak nakal yang malas-malasan pergi ke sekolah. Bahkan Jeongwoo pun yang terkenal teladan pernah menjadi objeknya. Sekilas memang menyebalkan diocehi seperti itu tapi Jeongwoo paham maksud dan tujuan Suster Shin selalu baik. Mereka beruntung mendapatkan perlakuan setara orang tua kandung seperti itu. Sayangnya, di usia Junghwan, perhatian Suster Shin justru dianggap membatasi.
Telepon ditutup dengan janji Jeongwoo untuk membujuk remaja itu agar berubah pikiran.
"Terima kasih." Ponsel dikembalikannya kepada Jaehyuk yang duduk bersisian dengan Junghwan di sofa. Jaehyuk menerimanya sambil mengulas senyum.
"Suster Shin bilang apa?" Junghwan tak sabar menunggu Jeongwoo selesai menelepon sedari tadi karena dilarang menguping.
"Apalagi memangnya selain menyuruhmu kembali ke panti dan tetap mendaftar universitas?"
Mendengar itu, Junghwan mendesah kasar. Dia menggeliat-geliat kesal. Jaehyuk sampai ditarik Jeongwoo untuk mengamankan tubuhnya agar tidak tersenggol tubuh besar Junghwan.
"Pokoknya besok Hyung antar ke panti setelah selesai bekerja. Tidak ada penolakan, mengerti?" Suara tegas Jeongwoo itu bagai titah yang mau tak mau dituruti Junghwan. Meski tidak menjawab, dia setuju.
"Apa aku boleh ikut?"
"Bukankah kau ada kelas sampai sore pengganti pertemuan minggu sebelumnya? Lalu perkumpulan mahasiswa jurusan? Kau bilang Asahi akan marah kalau kau membolos lagi." Jeongwoo menyebutkan jadwal Jaehyuk untuk besok.
Oh benar, Jaehyuk baru ingat.
"Lain kali saja. Aku akan membawamu ke panti dan memperkenalkanmu kepada semuanya," janji Jeongwoo itu menerbitkan senyum senang di wajah kekasihnya itu. Bertemu keluarga Jeongwoo adalah salah satu keinginan terbesarnya.
Nyaris saja Jeongwoo akan mengecup bibir Jaehyuk yang terlihat gemas kalau saja Jaehyuk tidak menahan dan memberi kode lewat matanya—mengingatkan ada Junghwan di antara mereka. Dia berdeham kikuk sementara Jaehyuk terkikik geli.
Sesaat mereka menontoni tingkah misuh-misuh Junghwan. Cukup pusing mendengarnya bergumam tak jelas. Tapi baik Jeongwoo maupun Jaehyuk membiarkannya saja. Hitung-hitung untuk mengurangi rasa mengkal di hatinya. Kalau ditahan malah akan membuat penyakit, begitu pikir mereka.
Sampai akhirnya, remaja itu lelah sendiri.
"Aku akan keluar sebentar." Jeongwoo beranjak mengambil jaket untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan kaos lengan pendek. "Tetangga di lantai bawah minta bantuan untuk mengecek lampunya. Mengobrollah selagi aku tidak ada. Kalian perlu lebih mengakrabkan diri."
Jaehyuk dan Junghwan melepas kepergian Jeongwoo lewat sudut mata sampai laki-laki itu menghilang di balik pintu. Selanjutnya, hening melingkupi keduanya. Junghwan yang sudah berhenti bersungut-sungut ganti memasang tampang cemberut. Di sisinya, Jaehyuk sibuk membalas pesan dari Asahi semalam yang baru sempat dibukanya. Berkonsenterasi meladeni Asahi yang marah-marah karena merasa dikacangi dan mengancam memusuhi Jaehyuk. Pada akhirnya, Asahi akan berhenti setelah diiming-imingi sesuatu yang disukainya, tiket konser idol favoritnya yang akan digelar dua bulan lagi.
"Hyung?"
Ponselnya Jaehyuk letakkan sembarang di atas meja begitu dia mendengar Junghwan memanggil namanya. Kebetulan dia sudah selesai berbalas pesan dengan Asahi. Perhatiannya kini beralih kepada Junghwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lucky Find | a Jeongjae Fanfic
FanficGlad it's you out of that fucking 8 billion people bxb fiction! not relate to face claim real life mature