🩵55🩵

5.5K 329 32
                                    

Percaya Tuhan akan iringi langkahnya menuju bahagia bersama Rony, telah mengantongi restu dari Pak Farid dan Bu Ani membuat Salma mengucap syukur, dan menyakinkan dirinya bahwa dirinya akan mampu melewati semua ujian dalam hidupnya kini.

Jika Rony telah berdamai dan menerima takdirnya bahwa Pak Farid adalah ayah kandungnya, kini saatnya Salma untuk menerima takdirnya bahwa Pak Andrean adalah ayahnya.

Mobil Paul telah berhenti tepat dihalaman kediamannya, membuat Salma yang duduk disampingnya menarik nafas berat, entah mengapa jantungnya berdebar dengan kencang tak seperti biasanya.

"Ayo kita turun." Ajak Paul

"Gue takut, sumpah gue beneran takut Paul, eh Abang Paul." Ucap Salma

Paul pun mengulas senyum melihat raut wajah gelisah dan takut pada wajah Salma begitu tampak jelas, Paul mengerti apa yang Salma rasakan, meski kerap bertemu dengan Papanya tak bisa Paul pungkiri jika rasa takut itu tetap ada terlebih sekarang Salma akan bertemu dengan Papanya dengan status sebagai adiknya bukan sahabatnya.

"Kenapa takut? Enggak ada yang perlu ditakuti, Papa tuh yang Om Andrean yang selama ini lo kenal Salma, jadi apa yang perlu lo takutin." Ucap Paul sembari mengusap kepala Salma.

"Iya gue tau, tapi kali ini tuh beda Bang, perasaannya tuh campur aduk enggak karuan." Ujar Salma

"Ada gue disini, jadi lo enggak perlu takut ya." Ucap Paul sembari mengenggam tangan Salma membuat Salma mengangguk.

Ucapan Paul nyatanya berhasil cukup menenangkannya membuat Salma bisa sedikit bernafas lega.

"Kita turun ya." Ajak Paul yang diangguki oleh Salma.

Mengerti adiknya itu sedang dirundung rasa gelisah dan ketakutan membuat Paul buru-buru turun terlebih dahulu dan langsung menyambut Salma yang keluar dari mobil.

"Ayo bareng-bareng biar enggak takut." Ucap Paul sembari mengulurkan tangannya pada Salma.

"Semua akan baik-baik aja kan Bang?" Tanya Salma sembari meletakkan tangannya diatas tangan Paul yang membuat Paul langsung mengenggamnya.

"Tentu Salma, semua akan baik-baik aja ya, bismillah kita masuk." Ucap Paul sembari berjalan beriringan dengan Salma.

Salma benar-benar merasa takut, Paul bisa rasakan betapa dinginnya tangan adiknya itu, tapi demi kebaikan bersama apapun yang terjadi Paul harus membawa Salma bertemu Papanya.

"Rumah lo sepi banget Bang." Ucap Salma saat memasuki kediaman Paul yang tampak begitu sepi dan sunyi.

"Habis gini bakal rame, kan ada lo disini." Goda Paul berharap bisa mengurangi rasa takut dalam diri Salma.

"Om Andrean belum datang ya?" Tanya Salma

"Ada kok di ruangannya." Jawab Paul yang sudah tau jika Papanya telah berada dirumah sebab sebelum membawa Salma pulang Paul telah bertanya tentang keberadaan Papanya.

"Om Andrean tau gue mau kesini?" Tanya Salma yang dibalas gelengan kepala oleh Paul yang membuat Salma tercengang bukan main.

"Lo enggak bilang sama bokap lo kalau lo bawa gue kesini? Gila ya lo Paul." Omel Salma

"Eh enggak sopan, Abang Paul ya, gue aduin Rony tau rasa lo." Tegur Paul

Mendengar nama Rony dibawa-bawa membuat Salma menghembuskan nafas kasarnya pada Paul.

"Lo yang bener aja dong Abang Paul, lo bawa gue kesini tapi lo enggak bilang sama bokap lo? Sehat lo?" Omel Salma

"Kenapa harus bilang? Emang harus laporan dulu kalau anak mau ketemu Papanya?" Tanya Pauk

ANANTARA  (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang