Ekhem, hai beb! Dengan Karang di sini, selaku junyir (juru nyinyir) emak.
Absen dulu yokk nemu ini dari mane? Terus alamat di mane? Otewe pedekate ama bapak antum🤩
Btw follow ig emak dulu ye, @vra.stvnaa__ (jangan kaget, iye tau akun nolep)
Lapak ni BUKAN lapak promosi ye, lop u uhuy🖤
- - -
- - -
Mengesampingkan rintik hujan yang menubruk pundak ringkihnya, gadis mungil itu kian menelusuk masuk ke dalam laboratorium sembari sesekali menoleh ke belakang.
Jangan sampai ada yang mengetahui keberadaannya.
"Lalu bagaimana?"
Nada bariton menggema ke seluruh penjuru ruangan, memantulkan gelombang bunyi ke indra pendengaran Zuka yang kini berjongkok di balik daun pintu. Beberapa temannya yang terhubung melalui earphone bluetooth turut menyimak percakapan tersebut.
Desahan napas kasar dibalut kepuasan berlantun tegas disusul tawa nyaring dari seorang wanita. Jelas Zuka mengenal suara itu, suara yang digadang akan memajukan FMIPA Universitas Madaharsa.
"Jalankan program sebagaimana kesepakatan kita," terang seorang pemuda singkat, seolah menitahkan kedua orang lebih berusia yang sebelumnya bersuara.
"Tidak mudah, kita harus targetkan lebih banyak mahasiswa."
Dirasa tepat, Zuka lekas mengeluarkan sebuah kamera pengintai yang ditautkan pada mainan berbentuk kecoa. Penuh harapan menggiring kecoa itu masuk melalui celah bawah pintu dan dikontrol oleh kamera penghubung pada remot dalam genggaman Zuka.
Menempatkan kecoa di sebuah sudut yang aman, Zuka beralih mengatur tingkat volume dari kamera.
"Mahasiswa sekarang sangat penuh ambisi, Mas," seru si wanita bangga. "Insiden kecil saja mereka langsung panik."
"Kuat banget memang mentalnya." Pria dengan pegangan pada tongkat kayu itu berdiri meraih setumpuk kertas.
"Saya akan mencari mereka." Sang pemuda hendak berbalik, tetapi dicegah oleh pria berkumis tipis tersebut.
"Tidak perlu." Kerutan pada kening si pria menekuk lebih dalam, senyuman tipis membuat si pemuda mengangguk paham. "Karena dia datang sendiri ke sini."
Tawa pecah dari ketiganya mengisi ruangan, menimbulkan tanda tanya pada pemikiran Zuka dan juga teman-temannya.
Apa maksudnya?
Dia? Siapa?
Di sela tawa lepas, si pria menaikkan sebelah tangan mengangkat balok besi berisikan tombol merah. Setelahnya, ia menekan tombol tersebut.
Hening.
Tiada lagi yang bersuara.
Zuka menunggu apa yang terjadi, tetapi tidak ada apa pun. Ledakan bom atau letusan nuklir, tidak ada.
Dalam pusaran kebingungannya, Zuka melotot dalam sekejap.
Sesak. Hanya itu yang ia rasakan kala sepotong kertas ditekan kuat pada hidungnya. Dibandingkan sulit bernapas, napas Zuka lebih tepatnya tercekat dalam kerongkongan dengan kesadaran yang mulai menghilang.
Puas akan aksinya, ketiga orang di dalam ruangan laboratorium tersebut kembali melepaskan tawa seakan menikmati pertunjukan komedi.
Teriakan-teriakan pada earphone di telinga Zuka tidak menyadarkan gadis itu. Kepanikan jelas melanda, kekhawatiran tergambar dari nada panggilan yang menyerukan namanya.
Hingga ditemukan kesimpulan, jika alur pemberhentian mereka tepat di malam itu.
25 Januari 2024.
Ditemani rintik hujan, sebuah jebakan spesial menelan korban yang telah menyiapkan jebakan sederhana.
Dan dengan berakhirnya kesederhanaan tersebut, maka kisah istimewa mereka pun dimulai.
- - -
- - -
Biar kagak ketinggalan, beli tiket kereta dulu ye.. Belinya pake vote unch
Sama spam disini, "#KarangPacarAkoehh"
Gue hadiroh nya di next part, see u beb🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Alert
Teen FictionLo darah tinggi? Darah rendah? Atau darah daging gue? Gasss baca beb! Ekhem, sebelumnya bisa dong follow akun emak gue dulu gess, senkyuu🖤 - Karang, anak monyet - - - Universitas Madaharsa. Kedatangan tiga orang pasukan 'monyet' dalam keluarga besa...