Lo darah tinggi? Darah rendah? Atau darah daging gue? Gasss baca beb!
Ekhem, sebelumnya bisa dong follow akun emak gue dulu gess, senkyuu🖤
- Karang, anak monyet
- - -
Universitas Madaharsa.
Kedatangan tiga orang pasukan 'monyet' dalam keluarga besa...
Niatnya mau gue (Karang) gatelin waktu tidur bhahahah
Cung yang blom mandi? Bau tai ayam woeee😭
- - -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Special playlist ; Bye Bye My Blue - Yerin Baek
- - -
Layaknya upacara bendera, seluruh warga Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Madaharsa berkumpul di lapangan hijau nan asri yang dikelilingi empat gedung. Namun bedanya kali ini diberlangsungkan pada hari selasa, dan bendera tercinta telah berada di puncak tiang putih.
Membuka ransel lilac yang dalam gendongan, Zuka mengeluarkan secarik kertas yang kemudian ia lipat dan mengibaskan di depan wajahnya.
Agaknya mentari pada pagi ini begitu bahagia hingga bersinar terang menembus ujaran kesal hingga sebal dari mahasiswa FMIPA UNARSA, termasuk Mochi yang tak henti mengumpat sembari mengusap wajahnya dengan tisu basah.
"Kita ngapain sih? Buset sunscreen gue keburu sembunyi di balik komedo."
Agak lain, memang.
"Lihat nih Juk, pori-pori gue teriak kepanasan." Tidak cukup mengabsen isi kebun binatang, giliran gadis itu mencak-mencak. Tubuhnya yang tergolong berisi menggambarkan gadis gembul itu bagai tengah berjoget kegirangan.
Sedangkan Zuka hanya terdiam mengipas wajah, merutuk ataupun menendang Mochi pun tidak akan berguna. Ya iya, keburu Zuka mental menembus lapisan awan.
"Tes tes."
Pengawalan pasaran tersebut dibalas lebih riuh oleh mahasiswa.
"Ess pak esssss."
"Bapak ganteng, cepetan bubarin pak."
"Pak Cokrooo, mantu kesayanganmu ini kepanasan uhuy."
"Skincare mahel pak."
Tidak mau kalah, Mochi menarik napas hendak melemparkan dendam kesumat atas aksi sia-sia hari ini. "PANAS WOE! LEMAK GUE CAIR BJIR!"
"Bagus dong," ujar seorang mahasiswi di samping Mochi.
"Lah ketimbang lo kekurangan isi." Mochi menaikkan sebelah alisnya, tidak takut dengan kakak tingkat nya itu.
Memutar bola mata malas, Zuka menarik temannya tersebut ke barisan belakang. Setidaknya emosi Mochi lebih stabil, meski ketinggian gedung mengakibatkan keteduhan hanya sampai betis mereka.
"Juk," panggil Mochi pelan. "Temenin beli gorengan ya, gantiin lemak gue yang kebakar."
