Happy reading 🖤
“Tuan Yudanta, tuan Damarion telah kembali.” Salah satu maid berjalan menghampiri dengan membawa syal lalu memasangkannya di leher si tuan.
“Aku akan menemui Damar.” Pamitnya tak sabaran setelah syal terpasang apik di leher. Lari kecil tak sabar untuk bertemu suaminya. Ingin membicarakan beberapa hal penting. Berharap sang suami mengiyakan permintaannya.
“Selamat datang.” Sambutnya saat melihat sosok pria tinggi yang sudah cukup berumur. Meskipun ada beberapa kerutan di wajah namun sama sekali tidak melunturkan ekspresi tegas pria itu.
Pria yang tengah sibuk berbicara dengan beberapa maid dan dokter pribadi itu langsung mengalihkan perhatiannya setelah mendengar suara lembut yang tentu saja langsung bisa ia kenali. Suami manisnya ada di sana dan menyambut kedatangannya. Tanpa membuang waktu ia bergegas menghampiri dan memeluk erat. Membubuhi puncak kepala dengan kecupan singkat. “Bagaimana keadaanmu?” tanyanya khawatir. Menatap sang suami yang hanya sebatas dagunya.
“Aku baik-baik saja.” Jawab yang lebih muda dengan singkat. Bahkan pelukan suaminya sama sekali tidak dibalas. Entahlah, sudah 7 tahun lebih pernikahan mereka. Namun si manis tetap merasa ada dinding yang menjadi pembatas dan tidak seharusnya ia tembus. Justru sebisa mungkin ia mengurangi kontak fisik dengan suaminya sendiri.
John Damarion, pria matang yang nyaris berumur kepala 5 itu sudah menjabat sebagai pemegang utama bisnis keluarga Damarion selama lebih dari 2 dekade. Meski akan memasuki kepala 5, belum ada tanda-tanda ia akan menyerahkan bisnis keluarga kepada kedua anak kembarnya yang bisa di bilang sudah sangat mampu untuk mengurus sekaligus mengolah perusahaan. Bukan tak ingin, ia hanya merasa belum saatnya kepemimpinan lepas dari tangannya. Dan ada hal lain juga yang membuatnya harus ekstra hati-hati saat mengambil langkah itu. Biarkan kedua anaknya berusaha lebih keras lagi.
Kehidupan Rion selama 7 tahun belakangan ini berjalan sangat mulus. Ia hidup dengan bahagia bersama pasangan manisnya yang berusia jauh lebih muda. Namun, ia tidak terlalu memusingkan itu. usia hanyalah sebatas angka bagi Rion. Yang terpenting dalam pernikahan adalah perasaan timbal balik di antara kedua belah pihak. Saling mencintai dan melengkapi kekurangan pasangan.
“Sudah meminum obatmu?” tanya Rion pada pasangannya.
“Mn.” Sekedar gumaman saja yang keluar sebagai jawaban. Ia beranjak lebih dulu menuju kamar yang tentu saja langsung diikuti suaminya.
Tidak ada yang spesial kehidupan setelah pernikahan menurut laki-laki manis bernama Yudanta. Semuanya cenderung terasa flat baginya. Baik perasaan ataupun yang lain. Banyak orang bilang kehidupan setelah menikah akan terasa jauh menyenangkan karena kita menjalani hidup bersama dengan orang yang dicintai. Nyatanya Danta tidak merasakan hal seperti itu. Semakin lama ia justru merasa semakin jauh. Bagian paling dalam hatinya selalu merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan suaminya sendiri. Seperti sebuah penolakan yang tidak bisa ia jelaskan maupun pahami. Terlalu membingungkan segala perasaan yang bercampur di dalam hatinya. Bahkan setelah 7 tahun pernikahan ia tetap tidak bisa menemukan potongan memori pernikahan sedikit pun yang terekam di otaknya. Ingin meragu namun bukti yang ‘suaminya’ bawa seakan menepis semua keraguannya dan memaksa agar ia percaya. Sulit namun ia tidak bisa memilih karena keadaan dan dunia seakan tengah mendesaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Ficção Adolescente[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...