LOVE THINGS (CHAPTER 9)

26 4 52
                                    

"Kemarin Yonghoon datang kemari?" tanya Nyonya Chaewoon saat mereka sedang makan malam.

Hyojin menatap wanita itu sekilas lalu kembali menyuapi sepotong wortel rebus ke mulut Euijoo. Dia sambil tertawa mengacung-acungkan sendok yang sedang dipegang.

"Iya Bi," jawabnya pelan.

Hyojin bisa merasakan tatap mata Nyonya Chaewoon menajam. Kepala Hyojin kembali tertunduk menatapi gundukan nasi di dalam mangkuk.

"Kenapa kamu nggak bilang?"

Hyojon tidak langsung menjawab. Mencoba mencari penjelasan yang bisa dimaklumi dan dimengerti namun ternyata sulit.

"Kenapa aku harus tahu dari Nyonya Su waktu dia melihat Yonghoon pergi membawa koper? Apa Yonghoon tidak akan tinggal lagi di sini? Apa kalian sudah menyelesaikan masalah?"

"Kami akan bercerai,"kata Hyojin akhirnya.

"Apa?"

"Maaf kalau aku nggak bercerita selama ini sama Bibi, tapi keinginan bercerai bukan datang dariku. Aku sudah berusaha menyelamatkan kehidupan rumah tanggaku sebisa mungkin, aku yang memutuskan menekuk harga diri demi menemui ibunya untuk membujuk Yonghoon pulang,aku juga yang terus meyakinkan diriku bahwa suatu hari dia akan pulang dan meminta maaf tapi nyatanya semua itu sia-sia,Bi. Yonghoon tidak pernah mencintaiku setulus dia mencintai Yixiang."

"Yixiang siapa?" potongnya.

"Dia cinta pertama dan mungkin satu-satunya di hati Yonghoon."

"Kim Hyojin," nyonya Chaewoon meletakkan sendok dengan nada suara lebih tinggi. "Ini bukan soal siapa yang ada di hati Yonghoon, tapi Euijoo. Kalian seharusnya bisa bicara lagi atas keberadaan anak itu di tengah keegoisan kalian untuk berpisah."

Hyojin mengaduk-aduk bubur tim di hadapannya dengan perasaan gamang. Di benak Hyojin saat ini justru terlintas bayangan Hyungu dan pelukannya yang hangat. Seandainya saja dia bisa muncul di hadapan Hyojon setiap kali dia sedang bersedih seperti ini. Mungkin Hyojin bisa menghadapi segala kenyataan dengan ketenangan yang lebih meyakinkan.

Lalu hati Hyojin mulai merasakan dilematis yang berbentur dengan ego.

Masihkah aku pantas mengharapkan kehidupanku yang kacau terselamatkan oleh seseorang yang kehidupannya jauh lebih baik daripada aku? Sidang baru dijalani dan mungkin masih ada harapan untukku memperbaiki rumah tangga ini. Tapi apa itu memang bisa terjadi? Apa iya aku harus menjalani hidupku selamanya dengan memaksakan hati seseorang untuk tetap bertahan denganku?

"Apa Bibi berpikir kalau aku nggak pernah menyebut nama Euijoo di hadapan Yonghoon? Dia alasan pertama yang membuat aku rela berlutut di hadapan Yonghoon. Tapi apa yang harus aku lakukan kalau Yonghoon bersikeras ingin pisah?"

"Apa ini karena Hyungu juga?"

"Hyungu?" Hyojin terhenyak.

Tatapan Nyonya Chaewoon berubah jadi penuh selidik.

"Bibi tahu dia bukan hanya sekedar teman buat kamu dan suatu kebetulan dia selalu ada di sekitar kamu ketika masalah ini terjadi. Apa karena ini Yonghoon meninggalkan kalian?"

Hyojin sandarkan tubuh ke kursi. Semua selera makan dalam dirinya langsung menguap dengan cepat.

"Aku nggak ada hubungan yang seperti itu dengan Hyungu." Jawaban Hyojin terdengar seperti dongeng yang ia karang.

"Hyungu memang selalu datang ketika aku sedih dan butuh pertolongan. Tapi aku bisa pastiin kalau bukan dia penyebab Yonghoon akhirnya mengajukan gugatan cerai."

Mata Hyojin mulai berkaca-kaca.

"Yonghoon bilang, ini adalah cara terbaik untuk melepaskanku dan membiarkan aku menemukan kebahagiaan lain karena dia merasa selama menjadi istrinya aku selalu tersiksa dengan keadaan, dengan cemoohan keluarganya, dengan pandangan-pandangan orang terhadap diriku. Dia juga bilang kalau_" kalimat Hyojin tersendat sementara air mata sudah berjatuhan tanpa bisa ia tahan.

ENVISION || YONGHOON 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang