Bab 8

4 0 0
                                    

"Setiap diri ini sudah menerima keadaan yang telah terjadi dengan ikhlas selalu saja ada orang yang mengusik."

Selamat Membaca kids ><
.
.
.

"Lea lo deket sama Aidan dari kapan?" tanya Velin.

Mengerutkan kening Lea menghadap ke belakang, "Emm dari SMP kenapa lo nanya itu?" bukankah jika di sekolah dia dan Aidan jarang sekali berinteraksi kenapa Velin mengetahui kedekatan mereka.

"Nggak papa cuma nanya doang,"

"Kenapa lo bisa ngejudge gue deket sama Aidan? Gue kan jarang banget berinteraksi kalo disekolah sama dia," mata Lea menyelisik raut wajah Velin.

Merasa di tatap secara intens membuatnya kikuk. Dia bingung harus menjawab apa. Jikapun tidak dijawab pasti Lea akan berfikir yang tidak-tidak.

"Gue... gue pernah li--"

"Lea..." teriak Ayra yang berlari masuk ke kelas, dia langsung duduk di samping Lea.

"Berisik ege, ada apa sih sampe teriak gitu?" mengusap telinganya yang berdengung akibat teriakan Ayra yang cempreng.

"Mas Arka dia itu, apa namanya ya. Tadi gue liat dia di sekolah, eh kok itu sih. Mas Ar--" Lea membungkam mulut Ayra bicara ngalor ngidul tidak jelas.

"Emph..." menjauhkan tangan Lea dari mulutnya. "Apaan sih Lea, gue mau ngasih info," kesalnya.

"Lo ngomong kaga jelas minum dulu gih," mendengus kasar.

Menuruti perintah sahabatnya, dia meminum air terlebih dahulu. Memikirkan penyusunan kata yang akan dia ucapkan.

"Oke udah... Gue tadi waktu gue mau ke kelas liat mas Arka sama Feby lagi ngobrol. Terus tadi gue denger tuh kalo ma-- ehhh gue mau dibawa kemana main tarik aja,"

Ucapan Ayra terpotong dengan kedatangan Arka yang tiba-tiba menyeret Ayra keluar kelas.

"Apaan sih ga jelas banget," Lea merasa badmood dengan orang sekitar, menyumpal teringanya dengan headset. Dia tidak mau memikirkan hal yang tidak penting.

~•~

A

rka membawa gadis itu di lorong yang sepi, dia melihat sekitar agar tidak ada yang melihatnya.

"Ada apa sih mas?"

"Yang tadi lo liat dan denger saat gue sama Feby jangan sampai lo kasih tau ke siapapun, termasuk Lea. Ingat itu!" ancam Arka.

Bisa kacau rencana yang sudah dia susun jika banyak orang mengetahui terlebih Lea.

"Kenapa? Lea adik lo mas, dia berhak tau. Jangan lo pikir gue nggak tau ya akhir-akhir ini lo jarang banget anterin Lea pulang juga kan, pasti gara-gara cewe gila itu. Benerkan?" ujar Ayra.

Dia memalingkan wajahnya tidak habis fikir dengan kakaknya Lea ini, dia kembali menatap Arka dengan tajam, "Apa yang ada di otak lo anjir. Lo lebih mentingin ce--"

"Lo kalau nggak tau apapun, diem!" menudingkan jari telunjuknya pada Arya, "Sampai lo ceritain ke orang rencana balas dendam gue bisa gagal Ra, lo ngga tau apa-apa jadi diem!!" tutur Arka.

"Oke gue nggak akan cerita ke siapapun,"

~•~

"Lea... ayo main ke rumah guee," rengek Ayra.

"Ah gue males ketemu adik lo," melirik sahabatnya. Lihatlah sikap sahabatnya itu sudah seperti cacing kepanasan.

"Ihh Lea mahh, ayoo ke rumah gue," menghentakkan kakinya seraya menarik lengan Lea. "Gue traktir seblak sama capcin deh janji,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang