🟢Bab 27

764 50 3
                                    

Afdan mengajak Thalita untuk ketemuan di sebuah cafe, katanya mau pamit sebelum pergi ke luar kota tempat dia tinggal sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afdan mengajak Thalita untuk ketemuan di sebuah cafe, katanya mau pamit sebelum pergi ke luar kota tempat dia tinggal sekarang. Tepatnya di Bojonegoro, salah satu kota yang ada di provinsi Jawa Timur.

"Jadi, mau balik kapan?" Thalita bertanya pada Afdan yang duduk di seberang meja. Tepat ketika waiter cafe mengantar es teh pesanan mereka.

"Rencananya sih besok," jawab Afdan. Dia memandang Thalita seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Yah, gak mau diundur bentar lagi?" Thalita cemberut, masih merindukan sosok kakak dalam diri Afdan.

Afdan terkekeh gemas dengan wajah Thalita. Dia lalu menjawab, "Gak bisa, aku udah terlalu lama di sini."

Thalita menghela napas berat, lalu menyeruput minumannya hingga hampir habis. Afdan terkekeh melihatnya.

"Kebiasaan ya kalau minum es langsung dihabisin," kata Afdan.

Thalita nyengir lebar, dan membalas, "Gak bisa nolak yang seger-seger."

Hening. Afdan memandang Thalita lekat, rasanya berat meninggalkan perempuan itu. Apalagi ia mengetahui bahwa Thalita mengalami hal buruk ketika dia tak bersamanya. Hal itu membuat Afdan khawatir.

"Tha, aku mau ngomong sesuatu, boleh?" Afdan bertanya dengan lembut.

"Ngomong aja," jawab Thalita santai.

Butuh beberapa detik bagi Afdan menyiapkan kosakata untuk ia sampaikan pada Thalita.

"Aku sayang sama kamu," ungkap Afdan.

"Aku tahu," balas Thalita. Dia menganggap Afdan mengungkapkan perasaan sayang dari kakak ke adiknya.

"Gak, Tha," ucap Afdan. Thalita mengernyit bingung. Dia menambahkan, "Ini lebih dari yang kamu tahu."

***

Erwin mengendarai motornya dengan kecepatan normal ketika pulang sekolah. Namun, pikirannya fokus pada hal lain.

Berbagai macam pertanyaan yang butuh jawaban bergelut di otaknya. Apa benar jika pengirim buket itu adalah Afdan? Bagaimana dengan isi surat itu? Apa ini ada hubungannya dengan mimpinya semalam?

Kepala Erwin nyaris pecah memikirkan hal ini. Tapi dia yakin satu hal, bahwa Afdan ada hubungannya dengan ini.

"Sial!" Erwin mengumpat karena kondisi jalan tiba-tiba macet. Terpaksa dia harus berhenti di antara banyak kendaraan yang saling berdesakan. Apalagi cuaca sore ini benar-benar panas.

ISTRI RAHASIA ERWIN [SEGERA TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang