27

485 42 1
                                    

Hansel hanya diam waktu Yolan memegang wajahnya. Lelaki itu seketika melepaskan tangannya dengan menatap Hansel tidak percaya. Mata dari tato serigala itu tampak menyeramkan.

"Bang gue nggak salah liat, kan!? Mata serigalanya gerak sendiri!!" pekik Yolan dengan berlari mendekat Arka.

"Iya, gue juga liat," sahut Arka yang mulai mendekat kepada Hansel.

Harlan yang melihat juga mencoba memegang tato itu. Ia juga melepaskan jarinya dengan mengibaskan tangannya. Mata serigala pada tato itu menatapnya tajam berbeda waktu Yolan memegangnya.

"Tato lo nyetrum jari gue," ungkap Harlan sedikit meringis karena tato itu memberikan aliran listrik ke jarinya.

Harlan kembali menatap tato serigala Hansel. Ia sedikit mengeluarkan feromonnya dengan tato dan mata kanannya menyala terang. Ia menatap tato mata serigala di pipi kanan yang terlihat gelisah. Saat jarinya menyentuh pipi Hansel, tato serigala itu hilang menyisakan Hansel menjauh darinya.

"Lo nggak papa?" tanya Arka yang khawatir saat Hansel sedikit terhuyung ke belakang.

"Nggak papa. Pipi gue cuma ngerasa sedikit panas," jawab Hansel dengan memegang pipinya.

Yolan menghampiri Hansel. Ia terkejut tato itu menjadi hilang dan warna mata Hansel menjadi normal. Ia sangat terkejut menatap Harlan karena lelaki itu dengan sentuhan jari bisa menghilangkan tato serigala milik Hansel.

"Bang Han! Gue baru inget. Kenapa lo bisa punya tato kayak golongan Enigma?!" pekik Yolan dengan menatap Hansel. "Jangan bilang selama ini lo Enigma!"

"Kalo lo bilang dia Enigma itu salah. Sesama Enigma gue harusnya tau dari feromon dia. Feromon dia sangat lemah dan itu nggak mungkin Enigma. Dia aja baru tau hari ini kalo punya tato," celetuk Harlan dengan melirik sekilas Hansel.

Harlan memejamkan matanya. Ia secara tenang mencari ketenangan batin dengan menyerap energi tanaman sekitarnya. Jari telunjuk bagian kanan ia letakkan di keningnya dimana terdapat tato miliknya. Tato mulai menghilang dari wajah Harlan seolah terserap ke dalam pikiran lelaki itu.

Ia membuka matanya dengan perlahan. Jarinya juga sudah tidak bertengger di keningnya. Ia merasa kinerja tubuhnya kembali seperti biasanya. Namun, perubahan dirinya menjadi pertunjukan bagi temannya dan orang yang akhir-akhir ini tinggal bersama mereka.

"Hebat banget, dah!" seru Ravin dengan bertepuk tangan.

"Lo bisa hilangin tato itu sendiri?" tanya Hansel dengan sedikit ragu.

"Ya, bisa. Kan, dari lahir gue punya bakat Enigma. Kalau gue bisa ngeluarin kekuatan sampai tato serigala gue muncul. Gue juga harus bisa hilangin, dong," jawab Harlan dengan mengangkat alisnya.

"Ya, gue ..."

"Lo ngerasa gue nggak bisa hilangin tato kayak lo? Maaf aja, ya, gue sebelumnya emang sengaja nggak hilangin tato. Gue cuman mau ngasih tekanan ke warga desa kalau orang kota nggak lemah," celetuk Harlan dengan mengangkat pundaknya.

"Lalu kenapa hari ini lo pakai hoodie sama penutup mata? Lo takut atau lo malu?" cecar Hansel dengan menyeringai.

Harlan justru tidak menjawab pertanyaan terakhir Hansel. Ia mengajak teman-temannya untuk pergi ke rumah. Ia tampak menjauh dari Hansel yang terus-menerus mengikutinya di samping.

"Lo takut atau malu?" ucap Hansel mengatakan pertanyaan yang sama. Pertanyaannya terhenti tatkala Harlan berhenti berjalan dan menatapnya.

"Seharusnya lo malu sama diri lo sendiri. Udah gede tapi nggak tau kekuatan lo sampai mana aja," desis Harlan dengan mendorong dada Hansel menggunakan jarinya.

Mereka bertujuh yang di belakang menatap perdebatan Harlan dengan Hansel. Mereka menatap satu sama lain dengan menghela napas panjang. Yolan pun hampir memotong perdebatan mereka.

"Jangan banyak omong kalo lo nggak mau kena sembur mereka!" seru Jay dengan membekap mulut Yolan menggunakan tangannya.

Yolan justru menepis tangan Jay yang menutup mulutnya. Ia menatap Jay dengan tatapan tajam. Sesekali mengelap bibirnya dengan cemberut.

"Anjing, bau asem tangan lo!" teriak Yolan dengan meludah ke tanah.

"Oh, mungkin tadi gue bekas garuk ketek!" seru Jay dengan kembali menggaruk ketiak miliknya.

"Huwek!"

***

Hansel berjalan masuk dengan menuju kamar mandi. Badannya sangat lengket sehingga harus segera mandi. Ia bahkan sampai harus main hompimpa bersama yang lain untuk mendapatkan urutan mandi.

Akhirnya ia bisa menghela napas lega. Waktu ia masuk ke dalam kamar mandi. Ia melepaskan seluruh pakaiannya tanpa menyisakan sehelai kain. Ia akan mandi dengan tenang kali ini.

"Hah, tubuh gue bau banget. Bakal lama ini mandinya," lirih Hansel yang merasa tidak akan selesai dalam lima menit saja.

Apalagi setelah kegiatannya yang membersihkan kotoran hewan seharian. Orang-orang di luar seharusnya akan memahami yang dilakukannya.

Ceklek

Pintu terbuka membuat ia melotot. Ia berbalik melihat sosok Harlan yang juga terkejut melihatnya. Ia melemparkan beberapa barang di dekatnya dengan mengumpat kepada lelaki itu.

"Anjing, ngapain lo masuk?! Kan udah ada perjanjian buat gantian mandi!" teriak Hansel dengan menatap tajam.

"Kan, gue nggak tau! Tadi gue nggak ikut waktu kalian ngomong perjanjian apalah itu. Lagian lo juga ngapain pintu nggak dikunci?!" balas Harlan dengan suara keras juga.

"Udah sana keluar! Atau lo mau ngeliat gue telanjang, huh?!" teriak Hansel yang sudah mulai berdiri ingin mengancam lelaki itu.

"Iya! Iya! Gue keluar! Jangan lupa dikunci!" seru Harlan yang keluar dari kamar mandi dengan menutup pintu sangat keras.

Harlan keluar dari kamar mandi dengan raut wajah datar. Ia bisa mendengarkan beberapa suara gelak tawa. Ia melihat Galen, Ravin, Yolan, dan Miko yang berada di dapur dengan melambaikan tangannya.

"Gimana tubuh Han? Bagus, kan?" gurau Miko dengan menyeringai kecil.

"Wuih, Harlan pasti tergoda lah Bang! Tubuh Bang Han itu kan menggoda banget!" celetuk Yolan dengan mengedipkan matanya lalu kembali tertawa.

Ravin tertawa dengan menepuk-nepuk pundak Galen. Ia bahkan hampir mengeluarkan air mata karena merasa kali ini sangat lucu. Biasanya juga Harlan sangat tidak ceroboh seperti sekarang.

"Aduh, nggak bisa bayangin gue! Pasti lo kaget banget, ya? Bukannya liat tubuh seksi omega malah mata lo ternodai tubuh seksi alpha," timpal Ravin dengan mengelap air mata yang hampir jatuh.

"Fuck! Sakit, Vin! Ketawa boleh tapi jangan mukul gue!" desis Galen dengan memukul lengan Ravin.

Harlan tidak lagi mendengarkan perkataan absurd dari mereka. Lalu juga sejak kapan mereka sangat akrab, bahkan tanpa rasa takut mengejek dirinya. Ia meninggalkan keempat lelaki itu menuju Varo, Arka, dan Jay yang diam saja.

"Jay ... Varo ... kenapa kalian nggak ngasih tau ada orang di kamar mandi?" tanya Harlan yang mencoba menahan kesal dalam lubuk hatinya.

"Lah, bukannya udah ada urutan mandi, ya?" tanya Jay dengan menatap heran Harlan.

"Gue nggak ikut dan sialnya gue nggak sengaja liat tubuh telanjang Hansel," desis Harlan dengan mengalihkan pandangannya.

"Kebiasaan banget anak itu," ucap Arka dengan menggelengkan kepalanya.

***

Jangan lupa vote dan komen :v
Lanjut!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang