Seminggu telah berlalu. Selama itu terjadi perang dingin di rumah Alyza. Bersikap seolah orang asing, tetapi tetap melakukan sesuatu seperti sebelum-sebelumnya. Suasana di dalam rumah itu pun telah berubah menjadi dingin, beku dan mungkin hanya sekelebat rasa hangat datang.
Alyza orang terakhir yang keluar rumah. Ia tengah berdandan di depan kaca lemari. Alyza tak muluk-muluk dalam berpakaian. Ia hanya memakai celana kain panjang warna hitam dipadukan dengan kemeja linen warna sage.
Rambut pendek selehernya tidak membuat Alyza benar-benar seperti cewek tomboi. Namun, cukup terlihat menarik. Ia mengambil ranselnya yang tergeletak di atas kasur. Berjalan menuju dapur untuk mengambil bekal serta uang jajan yang akhir-akhir ini selalu diletakkan di atas meja makan.
Siapa lagi kalau bukan Dean.
Entah sudah ke berapa kalinya, Alyza tidak pernah bosan menatap meja makan yang dulu saat makan bersama selalu dipenuhi dengan canda tawa semua anggota keluarga. Meskipun kadang terkena omel Sylvia karena makan jadi lambat. Terkesan sepele, tapi Alyza merindukannya.
Ia menghela napas panjang sembari mengambil selembar uang warna biru tua. Berangkat kuliah saja rasanya tidak bergairah, tetapi ia harus rajin dan aktif menjadi mahasiswi. Alyza tidak mau bila orang tuanya menyesal di kemudian hari. Sebab Alyza yang pertama bersekolah hingga ke perguruan tinggi.
Aksya menolak masuk kuliah karena sudah nyaman di tempat kerjanya. Lagi pula jika Aksya berkuliah, ia ingin di luar negeri. Aksya mempertimbangkan lagi dan lagi keputusannya tersebut. Itulah mengapa ia lebih memilih bekerja saja daripada berkuliah, tapi tidak sesuai dengan kampus yang diinginkannya.
Aksya juga merasa bahagia tidak jadi berkuliah di luar negeri. Ia jadi bisa lebih mengeksplorasi berbagai bidang di sini. Membuat Aksya tidak bekerja di satu tempat saja.
Di kampus, Alyza datang sedikit telat. Untungnya dosen yang mengajar di kelas Alyza memaafkannya. Tipe dosen yang baik, ramah, dan mudah bergaul dengan mahasiswa. Namun, jangan salah. Mendapat dosen seperti itu perlu diwaspadai, jika ingin mendapatkan nilai yang baik, maka harus aktif di kelas.
Hari ini Alyza hanya memiliki dua mata kuliah. Di jam 08:40 dan 10:20. Satu mata kuliah berlangsung selama dua jam, dan ada yang satu jam lebih empat puluh menit. Tidak mesti memang. Jadi, kemungkinan Alyza bisa pulang di jam 12 tepat.
Di tengah presentasi kelompok lain, Alyza melamun. Teman satu kelompok Alyza di mata kuliah lain memanggil namanya dengan berbisik. Karena tidak ditanggapi dengan Alyza, Rafka melemparkan bolpoin ke arah Alyza.
Tak
Tepat sasaran.
Alyza menggerutu sebal. Ia celingak-celinguk mencari sang pelaku. Menemukan Rafka yang memberi kode untuk membuka ponsel, Alyza menurut.
Rafka 23'
| Ly
Nanti ke perpus bisa nggak? Buat cari referensi lain di bukuJam? |
| Habis matkul ini
Tapi kalau mau makan siang dulu nggak papa sihBisa |
Langsung aja ke perpus
Siapa aja yang ikut?| Delvina
Enzi nggak bisa, ada urusanOke |
Alyza pun keluar dari room chat Rafka. Ia menyimak penjelasan temannya di depan. Walaupun ketinggalan beberapa penjelasan, tapi ia masih bisa melihat PPT dari grup kelasnya di ponsel.
Begitu dosen keluar dari kelas, Alyza turut keluar dengan malas tanpa menunggu Rafka dan Delvina. Ia sudah memberi pesan kepada Rafka kalau mau pergi ke perpustakaan dahulu karena Delvina ingin makan siang sebentar di kantin. Sampai di perpustakaan, Alyza langsung memilih buku yang menyangkut tentang materi di kelompoknya.
Usai memilih buku ia duduk di atas karpet yang sudah disiapkan dengan meja panjang. Membuka laptopnya dan mulai melanjutkan memeriksa makalah. Alyza merasa lapar sebenarnya, tapi ia akan mengerjakan tugas kelompok lebih dulu tanpa menunggu yang lain.
24 menit telah berlalu, Rafka dan Delvina baru sampai. Mereka berdua tak enak hati pada Alyza, tapi Alyza tak mempedulikan hal itu. Meski Alyza belum selesai menulis referensi dari buku perpustakaan, ia alihkan tugas mengetik ke Rafka dan Delvina.
"Kurang dikit kok. Tinggal di halaman itu aja, habis tu kalian cari referensi lain di internet," ucap Alyza datar.
Ia mengambil handphone yang sejak tadi tergeletak di samping laptop. Membalas satu persatu pesan yang masuk. Kemudian ia mematikan data seluler dan menyalakan WiFi yang tersambung dengan WiFi perpustakaan guna melihat sosmednya yang membutuhkan paketan data lebih banyak.
Dari pintu masuk, terlihat Shenna bersama dengan Manda. Mereka berdua pergi ke rak khusus komunikasi. Belum menyadari bahwa ada Alyza juga berada di sana. Karena memang jarak mereka agak jauh.
"Teori komunikasi, ini nggak, sih?" tanya Shenna pada Manda menunjukkan buku yang dicari.
"Kayaknya iya, deh. Coba cari penjelasan teori komunikasi di buku lain," jawab Manda seraya melihat layar handphone untuk mengecek materi yang perlu referensi di buku.
Beberapa saat kemudian mereka selesai mencari dan mengambil dua buku untuk dipinjam. Bertepatan dengan itu Alyza memasukkan laptop miliknya ke dalam tas sambil berkata, "Udah kukirim file-nya. Kalian tinggal tambahin yang belum. Kasih tau Enzi juga nanti di grup yang kurang apanya."
Lantas Alyza pergi dari sana. Meminjam buku yang ia ambil tadi untuk dibaca. Dengan jarak tidak kurang dari lima meter, Alyza merasa tidak asing dengan postur dua perempuan yang sedang duduk di depan komputer. Alyza menghampiri keduanya.
"Weh, kagak bilang kalian ke sini." Alyza menepuk pundak Manda yang baru saja berdiri untuk bergantian mengisi data pinjam buku.
Senyum Shenna semakin merekah melihat Alyza. "Mau pinjam buku juga? Apaan, tuh? Novel ada nggak?"
"Satu-satu kali kalau nanya." Alyza mengerucutkan bibirnya sembari duduk di kursi samping Shenna. "Bukan novel."
Shenna manggut-manggut. "Kamu ada matkul lagi nggak? Aku sama Manda rencana mau makan siang bareng, sih di kost temen sekelasku." Shenna berkata sambil men-scan barcode.
Alyza berpikir sebentar. Bukan berarti ia menolak. Justru Alyza senang sekali jika mereka bertiga hendak makan bersama. Sudah lama mereka tidak berkumpul, karena jadwal mata kuliah yang berbeda.
"Aku mau aja. Cuma makannya jangan di kost temenmu, Shen. Sungkan aku. Kita cari di tempat lain aja, ya, walaupun sebenarnya aku bawa bekal." Alyza memasang ekspresi memohon pada Shenna dan Manda.
Manda mengangguk menyetujui. "Iya, Shen. Lagian aku juga belum kenal banget sama temen kostmu itu. Kasian dianya kalau kita rombongan."
Alyza malah tertawa mendengar alasan Manda di akhir kalimat. Tidak salah juga. Sementara itu Shenna mengetik sesuatu di handphone-nya. Kemudian tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya.
"Yuk, mau di mana? Aku udah kasih tau dia kita nggak jadi makan ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Around
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika dihadapkan dengan situasi yang rumit? Terlebih lagi bila harus memilih antara masa depan atau keluarga. Itulah yang dirasakan Alyza saat ini. Masing-masing pilihan menentukan nasib yang akan Alyza lalui. Entah itu mer...