Kalau aku tidak sesusah itu mungkin sekarang aku tidak akan sebahagia ini

19 1 0
                                    


Aku sekarang adalah seorang penulis yang sudah bisa menghidupi diriku sendiri dengan hasil tanganku. Aku bisa membeli apa yang aku butuhkan, bahkan aku bisa membeli beberapa hal yang aku inginkan. Aku ditemani oleh seseorang yang sangat baik. Dia cantik, lembut, agak malu malu, walaupun kadang dia sedikit keras kepala tapi itulah yang membuatnya istimewa. Jarang sekali keras kepalanya hanya untuk diri sendiri. Keras kepalanya selalu berkaitan denganku atau orang lain yang dia sayang.

Sebelum sampai di titik ini aku hanyalah orang biasa yang selalu kebingungan dan khawatir tentang masa depan, saking khawatirnya aku sampai takut untuk melangkah dan memulai hal baru. Aku berulang kali gagal dan jika aku gagal aku tidak bisa memulainya lagi. Aku bukan orang spesial yang ketika gagal bisa mecoba lagi, karena aku adalah anak pertama yang harus menyisakan kesempatan untuk adik adikku mencoba. Aku berfikir kalau aku hanya mencoba untuk gagal lebih baik aku tidak usah melakukanya. Setiap hari aku dibayang bayangi pertanyaan tentang

"aku harus apa? Bagaimana esok? Apakah ini harus kucoba? Kalu aku gagal bagaiman?"

Aku terus hidup di tengah ketakutan berharap semua menjadi lebih tenang setiap harinya. Tanggung jawab, beban, dan suara suara di kepalaku selalu menggangguku. Mungkin kalau saat itu aku pergi ke psikolog, aku sudah langsung didiagnosa sebagai orang gila.

Sampai pada suatu titik dimana aku benar benar berada di titik terendahku. Semua yang aku lakukan menemui kegagalan. Bahkan ketika aku melakukan hal kecil sesimpel mengatur waktu perjalanan. Aku bisa telat karena hal yang tak terduga. Suatu hari aku menulis sebuah catatan tentang semua kegagalanku kira kira bunyinya seperti ini

"Tahun ini adalah tahun yang berat. Aku kehilangan semuanya, semua yang aku punya pergi dan hilang. Semua yang aku usahakan gagal dan aku sekarang tidak tau harus bagaimana. Selain itu kesehatanku mulai menurun akibat stress yang aku derita. Aku mengalami sakit asam lambung yang lumayan parah. Bahkan ketika penyakitku kumat aku tidak bisa bergerak karena kesakitan.

Tahun ini aku gagal dalam menerbitkan sebuah buku karyaku. Pihak penerbit bilang bahwa buku ini belum layak terbit, style tulisanya dan cerita di dalamnya masih biasa biasa saja. Katanya ini bahkan tidak bisa dijual kepada anak SD. Aku juga gagal mendapat beasiswa yang bisa meringankan beban orang tuaku. Setelah itu aku gagal dalam ujian semester karena aku mengalami kecelakan yang menjadikan aku harus istirahat selama sebulan penuh, motorku satu satunya hancur.

Tak lama, aku kehilangan tas kecil yang aku bawa kemana mana berisi dompet hp dan barang barang lainya. Sialnya semua uang hasil kerjaku sebulan ada di sana yang juga ikut hilang. Aku bingung tidak bisa menghubungi siapapun dan tidak punya apapun. Yang lebih menyakitkan lagi, sekarang aku tau siapa yang mengambilnya, yang mengambilnya adalah teman baik ku sendiri. Aku tidak habis pikir soal ini. Tapi aku lebih memilih pertemanan dan pura pura tidak mengetahuinya. Ahh.. sesusah apa kamu sampai setega itu. Apa kalo kita adu nasib kamu lebih susah?

Hal yang paling menyakitkan adalah sesorang yang aku sayangi dan sudah menemaniku lebih dari dua tahun ini berpamitan untuk pergi. Ini bukan sebuah pergi yang akan kembali, dia pergi berganti peluk. Mungkin dia sudah muak dengan aku yang berantakan dan sulit dimengerti. Memangnya siapa yang mau bersama dengan orang yang hancur, orang yang bahkan bingung dengan apa yang sedang terjadi, dan orang yang bahkan ketakutan setiap kali memulai langkah. Aku mengerti hal itu, memang bukan hal menyenangkan bersamaku. Aku menggantukanya sebagai kebahagian tapi dia tidak lagi mendapat kebahagiaan dariku.

Kali ini aku benar benar sendiri. tahun yang sangat berat. Aku ingin semuanya selesai, aku ingin semua berjalan dengan tenang dan perlahan, aku ingin berhenti melakukan semuanya lalu terpejam dengan tenang"

Saat itu aku berfikir bahwa sudah tidak akan ada hal baik yang terjadi padaku. Aku mungkin sudah dikutuk oleh takdir atau Apa mungkin dosaku terlalu banyak sampai harus diselesaikan langsung di dunia. Apa mungkin neraka tak mampu menghukumku sehingga hukumanya langsung di bayar di dunia.

Aku terus merenungi ini berhari hari sampai suatu ketika ada seseorang yang dengan lancang menemukan dan mengambil kertas itu dari tasku. Ya, itu adalah dia. Orang yang sekarang bersamaku, orang yang sangat baik, cantik (ini menurutku, orang lain tidak boleh menganggapnya cantik), sedikit malu-malu, dan agak keras kepala. Dia mengambilnya lalu membacanya sambil memasang muka seram tak karu-karuan seperti mau makan orang. Dia adalah temanku, eh sahabat, atau apa, ya? Yang jelas kita berada di satu kelas yang sama dan kita sekarang berjanji untuk bersama selamanya. Setelah itu menuliskan sesuatu di baliknya.

Tulisanya seperti ini

"Tahun ini adalah tahun yang penuh pelajaran. Semua kehilangan, kegagalan, dan kepergian akan menjadikan aku kuat di masa depan. Aku sangat sedih tapi ini akan menjadi pembelajaran untuk ku di masa depan. Kesehatanku mulai menurun karena stres dan ini kedepanya akan menjadikanku lebih hati-hati dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi, ini juga akan menjadi pelajaran untuk mengatur pola makanku agar penyakitku tidak kambuh lagi dan semoga suatu hari bisa sembuh. Tahun ini aku juga belum berhasil menerbitkan buku yang ku tulis, masukan dari penerbit sangatlah berharga walaupun agak menyakitkan. Ini menjadikanku lebih termotivasi untuk bisa membuktikan kepadanya bahwa aku bisa. Aku juga belum berhasil mendapat beasiswa, kegagalan ini membuatku menjadi terpacu untuk lebih giat dalam belajar.

Aku mengalami kecelakaan yang mengharuskanku istirahat selama sebulan penuh. Ini membuatku mempunyai banyak waktu untuk berfikir tentang apa yang harus aku lakukan kedepanya. Karena kecelakaan itu juga aku jadi lebih berhati hati dalam berkendara di jalan raya dan menjadi mengerti betapa berharganya kesehatan dan bisa bergerak dengan bebas adalah anugerah yang tiada tara.

Setelah kehilangan tas kecilku aku jadi lebih hati-hati dalam berteman dan ini membuatku mengerti mana teman yang benar benar menjadi teman dan membantuku saat aku kesusahan. Ini adalah cara sang maha kuasa untuk memperbaiki lingkungan pertemananku.

Selanjutnya karena kehilangan orang yang aku sayang, aku menjadi mengerti sesorang memiliki batasnya masing masing. Dia tidak jahat, dia hanya salah bertemu denganku yang seperti sedang begini. Ini adalah cara yang maha kuasa agar aku lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu yang sedang aku kejar.

Aku tidak sendiri, ada temanku satu ini yang paling cantik dan imut yang pasti akan menemanimu walau tidak bisa membabtu banyak(hehe canda). Akan ada sesuatu yang baik terjadi kedepanya, mungkin saat ini aku melihat hal ini sebagai hal buruk tapi suatu hari aku pasti akan mengerti kenapa semua ini terjadi kepadaku. Yang maha kuasa sedang menyiapkan sesuatu untuk ku. Sesuatu yang luar biasa sampai-sampai aku harus diuji terlebih dahulu agar aku dapat menerimanya. Berdamai dan menerima semua yang terjadi adalah kunci dari mengiklaskan semua. Jika aku berdamai dan mengiklaskan semua ini aku yakin hal baik dan kebahagiaan perlahan akan datang menghampiri. Mungkin sekarang aku sesusah dan sesakit ini tapi aku yakin suatu hari aku akan sangat bahagia dan sangat tenang sampai-sampai aku bisa menertawaka semua kesusahan ini"

Semua umpatan yang aku tulis di kertas itu dibuatnya menjadi kalimat yang penuh makna, kalimat yang sangat menguatkan ku saat itu. Saat itu aku pikir tanganya ajaib. Dia seolah ingin menyampaikan bahwa selalu ada hal baik yang bisa diambil dalam semua kejadian, walaupun itu hal buruk sekalipun. Dia benar benar seperti cahaya matahari pagi yang datang untuk menghangatkan, ketika aku terpuruk dalam kegelapan. Kalimat terakhirnya adalah kalimat yang paling aku tidak bisa lupa

"Berdamai dan mengiklaskan hal-hal menyakitkan yang terjadi adalah kunci untuk menarik hal baik terjadi. Mungkin sekarang aku sesusah dan sesakit ini tapi aku yakin suatu hari aku menjadi sangat bahagi sampai-sampai bisa menertawakan semua kesusahan ini"

Dengan berdamai dan mengiklaskan kita jadi bisa melihat makna di balik semua hal hal menyakitkan.

Sekarang aku sangat bersyukur dengan kehidupan ini. Aku sangat bersyukur dahulu dia datang dan sekarang dapat hidup bersamanya. Aku ingin hidup bersamanya sampai aku jadi kakek tua yang ompong atau bahkan lumpuh sekalipun tidak masalah asalkan aku masih bersamanya. Aku tidak akan biarkan dia menangis, kalaupun dia menangis aku tidak mau dia menangis sendirian. Pokoknya aku harus ada disampingnya!

Kini aku benar benar sangat mensyukuri semuanya dan kini aku bisa berkata

"Kalau aku dahulu tidak sesakit dan sesusah itu, mungkin sekarang aku tidak akan sebahagia ini"

Note: mungkin suatu hari, entah kapan ketika kamu membaca ini seseorang yang sangat baik, cantik, lembut, agak malu malu, walaupun kadang dia sedikit keras kepala tapi itulah yang membuatnya istimewa itu. Sedang senyum senyum di sampingku xixixi. Semoga saja, ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalau aku tidak sesusah itu mungkin aku tidak akan sebahagia iniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang