Bab 1

25 2 2
                                    

Namanya Sera dia anak kedua dari tiga bersaudara ia memiliki seorang kakak laki-laki Bernama Raihan dan seorang adik Perempuan Bernama lucy . Sera berumur 14 tahun, ia cukup pendek dari teman-teman nya yang lain, berkulit putih dan sering di kucir kuda dengan sedikit poni tergerai di samping kening nya yang membelah dua.

Matahari belum juga memancarkan sinarnya. Disaat rumah-rumah tetangga masih gelap dan sunyi terdapat sebuah rumah yang dimana penghuninya telah bangun dan seperti biasanya rumah itu selalu menyambut hari baru dengan cek-cokan sepasang suami-istri.

"pulang jam berapa tadi malam?" ujar sang istri,

"apa urusanmu? Bukannya kita sepakat untuk tidak mengurusi satu sama lain?" jawab suami nya,

" setidaknya beritahu aku jika engkau ingin pulang telat agar aku tidak perlu repot-repot terbangun dan membukakan pintu untukmu".

Pagi itu sera dengan segera membersihkan badan dan membereskan kamar nya yang sedikit berantakan, setelah itu sera langsung menuju ke dapur untuk membuat sarapan pagi seperti biasanya. Selagi menyiapkan sarapan ia dengan santai menyetel lagu pumped up kicks. Setelah ia selesai menyiapkan sarapan ia segera ke atas untuk membangunkan kedua saudaranya dan memanggil kedua orang tuanya,

tok tok tok "lucy... sudah waktunya untuk sarapan pagi".

Setelah dari kamar adik nya ia segera menuju kamar kakak laki-laki nya

"kak sarapannya sudah siap".

Tanpa peduli apakah mereka berdua sudah bangun atau belum ia langsung menuju kamar mama nya kemudian ia pergi ke kamar ayah nya untuk memberitahu sarapannya sudah jadi.

Setelah menunggu beberapa menit yang ia tunggu-tunggu akhirnya turun satu per-satu, di mulai dengan ayah nya yang langsung ambil ancang-ancang duduk dua kursi di sebelah Sera, kemudian disusul dengan lucy yang langsung duduk di sebelah ayahnya, dan raihan nya yang duduk di depan Sera. sedangkan ibunya? beliau tidak akan turun kecuali ayahnya telah pergi dari dapur.

"makan yang banyak lucy biar tumbuh besar dan bisa terus membanggakan ayah"

"ngga mau ayah, soalnya kak Sera ikut makan dengan kita" ujar adik nya

"Sera, lebih baik kamu makan di kamar saja jangan nganggu adik kamu yang lagi makan" ucap ayahnya

"tapi ayah aku tidak melakukan apapun kecuali makan dengan tenang" balas Sera

"apa susah nya mengikuti kata adik mu sekali saja"

"ta-tapi ayah aku janji aku tidak akan melakukan apapun selain makan"

"kamu mengganggu pemandangan disini Sera" kata kakak nya yang sedari tadi diam saja

dengan hati yang sedih Sera pun membawa makan nya ke kamarnya seperti biasanya. Padahal hari itu ia sangat ingin makan di meja makan bersama keluarganya tetapi mau tidak mau ia harus menuruti kemauan ayah nya kalau tidak ia akan kembali di pukuli seperti hari-hari sebelum nya.

begitulah hari-hari Sera yang sangat memperihatinkan, ia anak yang serasa seperti orang lain bahkan seperti pembantu di rumah nya sendiri.

Setelah semua sudah selesai makan Sera segera merapikan alat makannya yang langsung ia cuci di wastafel, setelah semua urusan dapur telah selesai ia langsung kembali ke kamar nya dan bersiap untuk berangkat sekolah.

Tin...tin... "lucy sayang ayo berangkat nanti kita telat lhoo..." panggil ayahnya yang telah siap di dalam mobil untuk mengantar lucy.
seperti hari-hari biasanya lucy selalu di antar dengan ayah nya, sedangkan Raihan sudah naik motor dari beberapa menit yang lalu.

 Melihat waktu yang tersisa 20 menit lagi bel kelas berbunyi, ia akhirnya fokus mengikat sepatunya dan segera keluar gerbang dan menuju halte terdekat.

ya, benar. Sera menggunakan angkutan umum untuk berangkat ke sekolah setiap hari karena ayah dan adiknya ke arah yang berbeda.

Di sisi lain, kakaknya tidak mau ikut bersamanya, padahal mereka satu sekolah.

suatu hari, Sera mengatakan hal ini kepada kakaknya

"kak, tolong antar aku ke sekolah sekali saja."

"aku tak mau, kau jelek sampai membuatku malu"

bom... saat itu juga, hati sera hancur, padahal sudah kesekian kalinya kakaknya berkata begitu tetapi tetap sakit.

Air mata sera mengalir, dan akhirnya, seperti biasa, sera berangkat sendiri lagi, tanpa diantar siapapun

hope even though it's impossibleWhere stories live. Discover now