VILLAINS

78 9 1
                                    

“Siapa??”

Senyum hangat di wajah anak berusia 11 tahun itu seketika hilang, padahal ia awalnya merasa senang karena Ayah dan Mama nya kembali dari pekerjaan mereka bertahun tahun meninggalkan ia dengan sang bibi. Namun semua hanya khayalan semata, kini matanya menatap tajam ketiga orang yang berdiri di depan pintu utama rumahnya.

Sementara salah satunya berjongkok mendekat, “Ini adik kamu Nicho, Maki.” ucapnya bangga dengan tangan yang tak henti menepuk bahu Nicholas.

Bocah 11 tahun itu berlari menaiki tangga, suara Ayah dan Mama yang  berteriak memanggil namanya ia abaikan. Dan dentingan pintu yang tertutup dengan keras membuat bocah lain yang berusia 9 tahun menggenggam erat baju sang Mama.

“Mama, Maki takut..”

Sang Mama mengelus surai Maki dengan senyum termanisnya, “Abang cuma kaget ketemu kamu, gak apa.”

Kini matanya menatap sang suami dengan cemas, sementara sang suami mengangguk mantap lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga hendak menyusul si sulung.

“Ayah..”

Maki hendak berlari mengejar sang Ayah, namun tangannya digenggam erat oleh Mama. Dengan cepat ia mengangkat tubuh Maki dan membawanya ke ruang makan, mendudukkan Maki di sebelahnya.

“Mama.. Ayah..” ucapnya memelas dengan tangan kanan  yang menunjuk ke arah anak tangga sementara tangan kiri menggenggam boneka kesayangannya.

“Ayah mau bicara sama Abang, jadi Maki harus sama Mama dulu. Okay?”

“Okay..”

“Anak pintar..” dengan gemas ia mengecup seluruh wajah Maki.

Sementara itu ketukan pintu tak mengalihkan Nicholas dari acara marahnya kepada Orang tuanya, ia makin mengeratkan selimut yang membalut tubuhnya dari kepala hingga kaki.

“Ayah masuk..”

Suara halus itu masuk ke dalam pendengaran Nicholas, tetapi Nicholas tetap saja bersembunyi di dalam selimut. Meskipun kepalanya diusap dengan lembut, dan sang Ayah terasa tidur di sebelahnya itu tak membuat amarahnya padam.

“Kamu jangan marah sama Maki ya, dia adik kamu. Kamu sebagai Abang harus baik sama dia, padahal dia seneng punya Abang masa Abangnya gak seneng sama adiknya.”

Nicholas menurunkan sedikit selimutnya, memperlihatkan rambut serta matanya saja kepada Ayahnya.

“Apakah anak Mama itu artinya anak Bunda? apa Bunda gak marah sama Nicho kalau Nicho punya adik dari mama?”

Tangannya mengelus surai Nicholas dengan pelan, matanya menatap wajah Nicholas dengan sendu.

“Bunda senang kalau Nicholas terima Mama.”

“Tapi Bunda mar—”

“Nicho.”

Panggilan tersebut membuat Nicholas menatap mata sang Ayah, menyelami mata tajam yang sama persis dengan mata miliknya.

“Maki adik kamu, ingat itu.”

“Apakah Nicho gak akan di sayang lagi? kata teman-teman kalau punya adik, Nicho gak akan di sayang lagi.”

“Bohong, buktinya Ayah sayang kan sama Nicho? Nicho harus jadi anak pinter kalau mau Ayah sayang.”

Nicholas menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah tersebut, “Nicho bakalan jadi anak pinter buat Ayah!! dan buat Ayah bangga!”

•••

“Ayah ujian Nicho hari ini semua dapat 100!”

“Kerja bagus!”

Nicholas kira sang Ayah akan mengusap kepalanya lalu berseru dengan senang ketika ia memamerkan kertas putih dengan angka 100 di atasnya seperti dahulu, namun sang Ayah hanya menatapnya sebentar lalu kembali sibuk dengan handphone miliknya.

•••

“Ayah! Nicho menang main futsall!”


“Sekarang kamu sudah kelas berapa?”

“Kelas 2 SMP, Ayah..”

“Jangan main main, fokus sama sekolah! Lebih baik kamu ikut Olimpiade, Seminar, Les apapun itu yang membuat kamu sukses.”

“Iya ayah.”

•••

“Ayah, aku boleh ik—”

“Apa? Ayah sibuk kamu langsung ngomong ke intinya aja.”

“Ngak jadi Ayah, Nicho mau pikirin ulang dulu.”

•••

“Kamu baik-baik sama Maki, sekarang udah SMA. Bangun relasi jadi Ketua Osis atau apapun itu, Ayah ada kerjaan di Luar jadi kamu jagain Maki.”

“Mama ikut ya Yah?”

Tangan yang awalnya sibuk berkemas kini menatap Nicholas dengan helaan nafasnya yang cukup panjang, ia berhenti berkemas lalu menekan pundak Nicholas dengan cukup erat.

“Kamu sudah dewasa kan? Jangan jadi anak manja. Mama akan ikut Ayah, jadi kamu jaga Maki dengan baik. Paham?”

“Paham Ayah.”

“Jadi anak yang membanggakan ya Nicholas, jangan mempermalukan.”

To be continued...

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nicholas

Nicholas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maki

Villains | Nicholas AndTeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang