Affair 2.0

872 11 0
                                    

Bayangan kejadian itu tidak bisa hilang begitu saja dari pikiranku. Semua kejadian itu begitu membekas dan selalu saja membuatku terbayang-bayang. Seharian aku bersamanya, seharian juga aku memadu nafsu bersamanya. Yang aku sendiri pun heran, kok bisa aku bertahan selama itu. Liarnya goyangan Chika ketika berada di atas tubuhku, membuatku teringat kembali bagaimana batang kejantananku terasa begitu ngilu, tapi nikmat. Ciumannya, sedotannya, dan jilatannya membuat penisku tak bisa berhenti berdiri.

Selama ini, setiap bersetubuh dengan istriku, kami selalu memulainya dengan pemanasan singkat, lalu bersenggama dengan posisi standar. Dia di bawah aku di atas, dan begitu seterusnya sampai kami mencapai orgasme. Sesekali, dia mencoba untuk berada di atas, dan menggoyangkan tubuhnya, tapi tak pernah bisa seliar goyangan Chika.

Aku merasa, selama ini dengan hubungan seks yang kami lakukan seperti itu, sudah cukup. Tidak ada hal lain yang harus dikejar dari hubungan seksual antara aku dan istriku. Aku pun tak pernah melihat istriku tak puas. Kami selalu mengakhiri persetubuhan kami dengan kepuasan.

Namun semenjak aku beradu kelamin dengan Chika, perspektifku jadi berubah tentang seks. Seks ternyata bisa jauh lebih nikmat lagi. Seks ternyata bisa seenak itu. Bisa seliar itu. Dan bisa jauh lebih nikmat ketika aku mencoba hal-hal baru.

Bahkan setelah aku pulang dari kantor, aku masih terus terbayang oleh persetubuhanku dengan Chika. Batang kejantananku yang terus saja berdiri menuntut penyelesaian, membuatku mengajak istriku untuk bersenggama kembali.

Namun anehnya, aku tidak bisa merasakan kepuasan seperti yang aku rasakan dengan Chika tadi. Memang, aku bisa mendapatkan orgasmeku, bersama juga dengan istriku yang juga orgasme. Namun rasanya beda, sensasinya benar-benar jauh berbeda. Hingga hari ini, hari audit untuk perusahaan tempat kami semua bekerja. Audit yang dilaksanakan di ruang meeting besar, di salah satu lantai di gedung ini. Sejak pagi, sejak sampai di kantor aku sudah berpisah dengan istriku menuju ke kantor kami masing-masing.

Di kantorku, aku bertemu dengan Chika. Aku sempat kikuk, bingung bagaimana aku harus bersikap kepadanya. Karena setiap melihat wajahnya, aku terbayang bagaimana janda itu menciumi dan mengulum kemaluanku. Ketika melihat wajahnya aku kembali terbayang bagaimana liarnya Chika ketika bergoyang di atas tubuhku.

Namun yang aku lihat sekarang, Chika malah bersikap biasa seperti sehari-hari yang kami lalui sebelumnya. Dia nampak serius mempersiapkan semuanya. Hingga dia melihatku yang masih menatapnya dengan tatapan kosong, karena aku masih terbayang kenikmatan yang kurasakan bersama dia kemarin.

"Pak, hari ini fokus dulu sama audit ya. Nanti beres audit, aku kasih hadiah." bisik Chika lirih di samping telingaku.

Aku tersenyum mendengarnya dan mengangguk. Hanya dengan bisikan darinya seperti itu langsung mengembalikan lagi fokusku pada pekerjaan, dan audit yang harus aku hadapi hari ini.

...


Audit hari ini berjalan cukup alot untuk bagianku. Semua yang sudah aku persiapkan bersama Chika dan timku, ternyata masih cukup banyak celah yang terus dicecar oleh auditor. Tapi beruntung kami bisa memberikan jawaban dan bukti yang valid sehingga tidak ada masalah. Aku dan timku keluar dari ruang meeting sekitar jam setengah 3 sore. Baru keluar, aku sudah melihat istriku tengah menungguku, nampaknya dia juga sudah selesai di audit.

"Udah beres pah?" tanya istriku.

"Iya mah. Agak alot tadi, harusnya sih udah beres." istriku mengangguk, "Terus gimana? Masih jam segini nih." ucapnya.

Memang ini masih belum jam pulang kantor, meskipun aku tahu banyak orang yang tidak terlibat audit, ataupun sudah selesai di audit, mereka sudah pada pulang, atau setidaknya sudah meninggalkan kantor. Tapi aku sendiri masih belum bisa pulang, karena tadi managerku memberi pesan untuk menunggu dulu sampai semuanya benar-benar selesai.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang