41. Asher

21.2K 2.1K 39
                                    

Happy Reading

Saat Eksha melamun menatap luar puskesmas yang cukup sepi. Tiba-tiba ada entitas manusia duduk disebelahnya sambil menepuk kencang paha Eksha.

"Anj-"

"ASHER?!!"

Yang merasa namanya terpanggil malah ketawa terbahak-bahak. Pemuda bersurai pirang terkejut sesaat tak berselang lama, dia ikutan tertawa.

"Lu Asher yang dulu cengeng banget bukan?!" seru Eksha dengan antusias.

Pemuda lain yang berbadan tegap dengan wajah yang tampan itu hanya merespon dengan kekehan. Asher, teman Eksha waktu sekolah dasar. Saat itu Eksha sekolah tentunya di sekolah elit. Asher salah satu temannya selain Degga.

"Bener gak sih?" Eksha ragu sambil memandangi wajah teman lamanya ini, hanya untuk sekedar memastikan. Ada tahi lalat di keningnya, ini sudah pasti Asher, teman kecilnya waktu itu.

"Alah Sha jangan kayak gitu, iya gue Asher"

"Kan! Lu kemana aja kagak pernah nongol. Terakhir nongol reunian gak sih?"

Tampak sangat jelas Eksha sangat bersemangat, padahal hanya beberapa menit sebelumnya dia cemberut. Ini hanya efek bertemu teman lama. Jadi lebih semangat. Mungkin.

"Hahaha gue sekolah kedokteran, depan rel itu"

Mata Eksha membola seketika sambil diiringi tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha yang bener lu? kan lu dulu takut jarum suntik!"

"Ye itu mah dulu, nih gue aja baru beres praktek di puskesmas ini"

"Serius lu?"

"Lah lu kira gue boongan?" Tanpa Eksha sadari tangan Asher mengusap rambutnya.

"Lah gue kira lu mau ngeprank gue"

"Kagak segitunya juga, gue serius sekolah kedokteran. Perlu gue keluarin kartu pelajar gue gak?"

Eksha menahan tangan Asher yang hendak merogoh kantong celananya. Jika dilihat-lihat tangan serta wajah Asher memang sangat bersih. Bahkan tidak ada bekas luka sekecil semut dikulit Asher. Dia akhirnya yakin dengan omongan Asher.

"Iya dah pak dokter" Asher tersenyum dan lagi-lagi tangannya menepuk kepala Eksha.

"Lu sendiri ngapain disini Sha?"

"Oh gue abis nolongin bocil kecelakaan"

"Sendiri?"

"Ngga, tadi sama itu"

Arkie berjalan kearah mereka berdua dengan tatapan meneliti. Dalam benaknya, siapa sosok disebelah Eksha. Kenapa mereka begitu akrab, Arkie sadar dari awal sosok itu mendekati Eksha. Dari beberapa teman Eksha yang dia kenal, entah yang satu ini rasanya berbeda.

Didekatinya mereka berdua sambil meneteng kresek hitam berisi nasi untuk Eksha.

"Gue beli nasi campur" Arkie menyodorkan kresek hitam tadi kearah Eksha, dengan melirik Asher yang tersenyum kecil sambil menatap Eksha.

"Makasih"

Arkie duduk disisi kiri Eksha, jadi posisi Eksha terhimpit oleh dua cowok ganteng.

"Oh ya Kie, kenalin ini Asher, temen gue waktu SD dulu"

Asher menjulurkan tangannya kearah Arkie. Tanpa mengurangi rasa hormat, Arkie menjabat tangan itu sekilas.

"Arkie"

Asher mengangguk, lalu kembali menatap Eksha. Arkie meliriknya lagi sambil memutar bola matanya malas. Arkie mempunyai perasaan tidak mengenakkan mengenai teman Eksha satu ini. Itu kenapa yaa, Arkie tidak begitu paham.

"Sha pinjam hp." ujar Arkie.

Eksha mengambil hpnya dari kantong lalu menyerahkan kepada Arkie. Biasanya Eksha langsung menoleh ke dirinya, tapi sepertinya perbincangan dengan temannya ini jauh lebih penting, daripada sekedar menoleh ke dirinya.

Namun, Arkie tidak berpikir panjang. Punggung lebarnya dibawa untuk bersandar di dinding dengan tangan kanan memegang hp Eksha.

Gelak tawa dan makian kecil terdengar di telinga Arkie. Panas rasanya, hingga netranya melirik ke samping, dimana Eksha seperti mengabaikan keberadaannya, juga nasi yang dia belikan belum sama sekali di sentuhnya.

"Sha, keburu dingin nasinya."

"Eh iya ntar aja" sela Eksha.

Arkie hanya bisa menghela napas, lalu tangannya tergerak untuk membuka galeri di hp Eksha. Hobi baru Arkie yaitu mengoleksi foto Eksha. Jangan salah sangka, Eksha ini termasuk suka selfie random. Lucu bukan.

Arkie mengirimkan semua foto Eksha, entah itu foto Eksha bersama kucingnya, foto Eksha makan, foto Eksha dengan berbagai filter aneh atau foto Eksha bersama teman-temannya. Semua Arkie kirimkan ke hpnya.

Karena menurutnya wajah Eksha itu tidak akan membuatnya bosan. Galerinya hanya berisi Eksha, Eksha dan Eksha. Arkie juga tidak jarang dimarahi Eksha ketika kepergok memotret dirinya diam-diam.
Sebab Arkie menerapkan prinsip seperti ini.

"Meski ini foto gak jelas, tapi ingatlah sama kenangannya. Kenangan yang siapa tau gak akan terulang lagi. Makanya gue selalu abadikan moment meski itu moment ter random sekalipun, karena gue gak mau kehilangan satu moment apapun bareng lu, Sha. Karena gue gak tau kapan lagi moment seperti itu bakal terulang lagi."

Oleh sebab itu Arkie setiap seminggu sekali akan mengirimkan foto-foto Eksha untuk dia simpan di dalam hpnya. Tentunya tanpa sepengetahuan sang pemilik surai pirang tersebut.

Seperti sekarang, Eksha masih asik dengan Asher hingga tertawa berbahak-bahak. Apa Arkie berhak cemburu?

Tapi Asher hanya teman Eksha, bahkan Eksha sendiri yang bilang seperti itu. Namun hatinya memanas aja, melihat Eksha yang sangat akrab, apalagi ketika Asher beberapa kali menyentuh Eksha.

"Sha-"

"Eh Kie gue boleh gak besok sama Asher buat ikutan timnya Asel, yang gue tadi.." potong Eksha sambil menatapnya dengan berbinar-binar.

Arkie menatap lekat manik coklat itu beberapa detik, kemudian dia menghela napas. Akhirnya dia hanya bisa memberikan respon dengan anggukan pelan. Eksha melihatnya ikutan tersenyum sambil meremas pelan tangan Arkie.

"Jangan ikutan emosi, diomongin baik-baik."

"Siap!"

"Eh Sha, kok lu perlu izin ke Arkie sih?" ucap Asher tiba-tiba.

"..." Eksha tidak bisa menjawab, hanya bisa diam. Arkie melihat itu akhirnya dia lah memilih membuka suara.

"Gue temannya yang dikasih amanat sama ortu Eksha, buat jagain Eksha selagi ortunya keluar kota. Makanya dia izin dulu ke gue."

tbc... voment + follow

✎ nv 03/02/24

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang