بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Pukul tujuh pagi, Ayah dan Bunda Meera berkumpul untuk sarapan “Bun, Meera kemana?” tanya Ayah, padahal biasanya Meera selalu membantu Bunda nya di dapur
“Ada, mungkin sebentar lagi turun, sejak subuh tadi dia gak lepas dari Laptop nya”
“Suruh sarapan dulu, Meera kan gak bisa kalo telat makan, nanti sakit”
Mendengar itu, Bunda Hana beranjak pergi ke kamar Meera, mengecek putri nya itu, pas ia masuk, Hana sudah di suguhkan dengan senyuman manis Meera yang mengembang “Meera, ayo di suruh sarapan sama ayah”
“Ayo bun”
Lalu mereka berdua turun, dengan meera yang masih memegang laptopnya
Saat mereka semua sedang makan, Tiba-tiba ponsel ayah berdering
Uhukk..
“Halo, iya, baik saya segera kesana.”
Tut.
“kenapa yah?”
“Pasien yah, Bun, Ayah gak jadi sarapan deh, nanti aja, Ayah buru-buru”
“Sebentar yah, tunggu 5 menit” ujar Meera, perempuan itu segera menuju dapur dan membuat nasi goreng
“Ayah, ini Meera udah siapin bekal nya, nanti di makan yah, di sana” ujar Meera, perempuan itu juga menambahkan buah buahan di tempat makan nya
Sang bunda hanya terkekeh “Ayah berasa punya dua istri, ya”
Ayah Heri yang tengah memakai sepatunya mengangguk “Betul bun” Kata ayah setelah berhasil memakai sepatunya ia menghampiri meera “Aduh wangi gini bun, nasi goreng nya, hmm kayaknya enak nih”
Meera terkekeh “Semoga ayah suka”
“Suka dong sayang, masakan kamu kan sama enak nya kaya masakan bunda” Ujar ayah “Wahh beruntung dong ya Azzam bisa menikahi putri ayah ini” tambah nya
Mendengar nama azzam di sebut, membuat Meera salting, ia malu.
“Ah ayah bisa aja”
*****
Perempuan dengan abaya coklat susu dengan kerudung senada itu kini tengah duduk di sebuah cafe, tengah menunggu seseorang
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAMEERA
Подростковая литература⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ ________ "Meera, harusnya saat ini, perempuan yang saya nikahin itu kaatiya, bukan kamu, perhiasan yang kamu gunakan itu harusnya di pakai kaatiya, bukan di pakai kamu, saya, menikahi kamu karena keinginan dari orang tua...