semakin dekat dengan target

1K 126 23
                                    

'A-Arlan?'

Freen mematung menatap orang didepannya, bagaimana ia tidak mematung, orang yang beberapa hari lalu dia incar tiba tiba saja ada dirumahnya, Bahkan didepan dirinya saat ini.

Pandangan mata Arlan dan Freen bertemu beberapa saat seakan sedang mengamati dan mempelajari apa yang tidak terlihat. Freen memalingkan wajahnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah ibunya.

"Duduk dulu, ini pak Arlan dan asistennya pak Alex. Orang yang akan bertanggung jawab atas kasus ayah kamu."

"Kasus ayah?"

"Iya yang kemarin ibu ceritakan"

Freen menatap ke arah Arlan kembali dan memasang wajah sedih.

"Apa pak Arlan sudah menemukan bukti siapa pelaku yang membunuh ayah saya?"

Arlan menggeleng, ia menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Belum, kami masih menyelidiki secara menyeluruh, terutama jenazah yang tidak bisa dikenali menjadi kendalanya. Kita tidak tahu apakah itu jenazah dari pak Bram atau bukan."

Isal tangis dari Freen mulai terdengar, ia berpura pura sangat terpukul saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa saya bisa ke TKP melihat penyelidikan secara langsung?"

Alex menatap Arlan lekat, seakan mengatakan bahwa itu tidak mungkin, mereka tidak mungkin membawa orang asing dalam tahap penyelidikan.

Tapi Arlan hanya diam sambil melipatkan tangannya didepan dada. Kemudian..

"Baiklah, kamu boleh ikut. Tapi, hanya untuk hari esok saja, selebihnya biarkan kami yang menangani."

Freen mengangguk senang, bukan karena senang ia akan kembali ke TKP atau melihat jenazah ayahnya. Tapi, ia senang karena setidaknya ia bisa mengambil informasi lebih banyak jika Arlan berada disekitar dirinya,

'Ini adalah kesempatan yang ku tunggu tunggu. Jika perlu aku bisa langsung membunuhnya nanti.'

Arlan melihat jam yang melingkar ditangannya.
"Ini sudah malam, saya izin pamit. Maaf sudah mengangguk waktu istirahat anda, nyonya Bram."

"Tidak apa apa pak, anda bisa menanyakan apapun perihal Bram kepada saya. Saya menunggu hasil yang memuaskan dari anda."

Arlan dan Alex sama sama berdiri diikuti dengan Freen yang berdiri juga, percayalah matanya tidak berpaling dari Arlan dan Alex sedetikpun. Matanya mempelajari postur tubuh keduanya, cara bicara, kebiasaan, semuanya tidak luput dari pandangan Freen.

Setelah mengantarkan Arlan dan Alex, Freen segera kembali ke ruang tamu bersama ibunya.

"Kenapa pak Arlan mengunjungi ibu malam malam seperti ini?"

"Dia sebenarnya ingin menanyaimu juga."

"Aku? Aku bahkan jarang sekali melihat ayah" Bantah Freen secara langsung.

"Ibu tau, kami jarang pulang. Makanya ibu memberitahu pak Arlan bahwa kamu pasti tidak akan ada sangkut pautnya."

Freen mengangguk nganggukkan kepalanya,  syukurlah ibunya ini tidak melibatkan dirinya dengan alasan Bram jarang sekali pulang ke rumah.

"Kami adalah seorang dokter yang tidak sempurna, banyak juga nyawa yang tidak bisa tertolong dan tak sedikit keluarga korban menaruh dendam pada kami. Tapi, ibu tidak berpikir bahwa mereka akan melakukan pembunuhan ini."

"Sudah bu, kita bahkan belum tau jenazah yang polisi temukan itu jenazah ayah atau bukan. Freen yakin ayah akan pulang secepatnya"

Ia memeluk ibunya dari samping, mencoba menguatkan keluarga satu satunya saat ini.

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang