Chapter 13

0 0 0
                                    

"Tau nggak, sih," ucap Alyza menggantung, sebab ia menyeruput es tehnya.

"Apaan? Jangan setengah-setengah gitu dong," kata Shenna mengerucutkan kening serius.

"Sebel banget tau! Masa iya, tuh dua orang bikin darah tinggi. Aku nunggu mereka setengah jam di perpustakaan!" lanjut Alyza berapi-api.

Alyza melahap makanannya dengan tidak santai membuat Shenna memperingati Alyza untuk makan hati-hati. Kemudian Manda bertanya, "Kenapa lama banget?"

"Makan siang dulu katanya. Itu si Delvina," jawab Alyza jadi bad mood.

Shenna pun bertanya hal lain pada kedua sahabatnya itu. Air muka Alyza langsung berubah antusias. Mereka akhirnya bersenang-senang sebentar hari itu. Sebelum melanjutkan sesuatu yang membuat mereka tidak seratus persen suka.

Malam harinya, Alyza mengajak Shenna keluar rumah. Untung saja orang tua Shenna tidak melarang karena mereka nanti juga keluar untuk bertemu dengan seseorang. Jadi, begitu matahari sepenuhnya tenggelam tanpa seberkas cahaya lagi, Shenna menghampiri Alyza menggunakan motor Scoopy.

Seperti biasa, cara berpakaian keduanya bertolak belakang, tetapi tetap serasi sebab perpaduan warnanya. Alyza yang selalu memakai celana kain panjang beserta kemeja linen, sedangkan Shenna selalu memakai rok panjang setumit dan kali ini ia padukan dengan blouse. Tak lupa juga tas punggung mini yang pas dengan tubuh mungilnya.

"Emang mau ke mana, sih? Rumah Liana?" tanya Shenna seraya naik ke jok belakang.

"Bukan. Mau ambil pesanan sekalian ke kafe Darri," jawab Alyza.

Mereka berangkat dengan kecepatan sedang sambil mengobrol tentang hal apa pun. Lebih banyak Alyza yang bercerita dan Shenna jadi pendengar. Jujur saja, mendengar cerita random tentang Alyza sendiri membuat Shenna tertawa. Namun, Alyza belum menceritakan tentang masalah keluarganya.

"Ini ke mana?" Alyza bertanya.

"Lurus sedikit, habis tu belok ke kanan. Masuk gang kecil," jelas Shenna melihat maps di ponsel Alyza.

Alyza menuruti. Sempat kebablasan, tapi Shenna langsung menyuruh Alyza untuk putar balik. Kala masuk ke gang kecil itu, mereka sama sekali tidak berekspektasi apa-apa. Dipikir mereka tempatnya bersebelahan dengan jalan besar.

Memasuki gang kecil, enam meter ke depan mereka bertemu dengan satu kafe bernama kafe Friya. Bukan itu tujuan yang dimaksud, mereka terus masuk ke dalam gang dan menemukan kafe Darri yang terletak di samping kafe Friya tepat. Di sebelah kafe Darri terdapat parkir motor dan mobil. Mereka memakirkan sepeda motor di sana.

Lebih mengejutkan mereka lagi rupanya di depan parkiran masih terdapat jalan kecil yang entah ke mana. Di seberang tempat parkiran, juga ada warkop. Warkop yang lebih ramai pengunjung ketimbang di dua kafe yang mereka lewati.

"Bukan malam minggu, tapi masih aja ramai, ya," kata Shenna meletakkan helm-nya di atas kaca spion motornya.

"Ayo, Shen."

Shenna mengikuti langkah kaki lebar Alyza. Dirinya yang berkaki pendek itu harus sedikit berlari. Sampai di kafe Darri, Alyza bersalaman dengan teman sekelasnya yang sudah lebih dulu datang. Ia bertanya di mana pesanannya pada mereka.

"Belum sampai, tuh anak. Tunggu aja sekalian pesan minum di kasir," jawab seorang gadis berkulit putih bernama Regina.

"Acara udah dimulai?" tanya Alyza sembari meletakkan ranselnya di samping tempat duduk Regina.

Regina mengangguk sembari makan pisang coklat. "Liat aja di sana." Regina menunjuk ke timur. Di mana ada ruangan khusus yang terdapat panggung kecil.

"Nanti ajalah, bareng kalian. Ayo, Shen, kita pesan minuman dulu," ajak Alyza menggandeng tangan Shenna untuk pergi ke kasir.

Love is AroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang