☆゚.*・。゚
Angin menelisik lembut helain rambut kala manik hitamku menatap lamat perpaduan warna antara pink, ungu, dan jingga itu.
'Aku tidak akan pernah bosan memandangnya.' Bantinku sembari memandang matahari terbenam dengan tersenyum tipis.
Ini hari yang melelahkan sama seperti hari-hari sebelumnya. Tapi hari ini sedikit berbeda karena aku ada di sini. Itu benar... tidak setiap waktu ataupun hari aku berada di sini. Bukan berarti aku tidak bisa kemari, hanya saja aku orang yang cukup pemalas. Apalagi jika hari itu lebih sangat melelahkan daripada yang biasanya.
Aku sedikit menghela memikirkan bahwa hari ini adalah hari yang lebih sangat melelahkan itu. Seharusnya aku ada di rumah sekarang, lebih tepatnya berada di kasur sambil menghalu di aplikasi oren. Tapi, entah kenapa aku sangat ingin kemari dan menikmati senja.
Matahari semakin turun dan langit pun semakin menunjukkan perpaduan warna yang menakjubkan. Dan disisi berlawanan, langit mulai menggelap dengan awalan biru malamnya.
Senyuman tipis terukir di kedua sudut bibirku saat melihat itu. Aku merasa emosional dibuatnya walau hanya diam sepanjang waktu.
Banyaknya panjatan harapan, doa dan kemauan terus-menerus ada di dalam benakku. Tanpa henti aku mengatakan berbagai keinginan mustahil untuk ada di hidupku. Dan tanpa henti pula untuk menyingkirkan semua keinginan mustahil itu.
'Aku ingin bahagia...'
Kurasakan kedua mataku memanas dan air mata mulai membuat penglihatanku sedikit buram karenanya. Kurasa, aku memang sudah dikuasai oleh perasaanku sendiri.
Aku usap lembut kedua pipiku yang mulai basah karena air mata dan memantapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk mengucapkan sesuatu. Lalu aku menatap senja dengan lekat seolah sebagai bukti dari keinginanku.
"Aku ingin keinginanku seluas lang— Tidak! Aku ingin semua yang aku harapkan seluas semesta!" Kataku dengan jelas namun dengan nada sendu.
"...aku sadar bahwa itu egois. Tapi aku memohon... biarkan aku menjadi egois untuk kali ini saja." Lirihku.
Ini benar-benar membuatku merasa sesak. Hatiku sesak karena terus merasa tidak berdaya pada emosi yang terkadang datang tanpa diundang. Dibuat lemah tanpa ada penawar untuk mengobatinya. Ini menyiksaku.
'Waktu bukan obat yang sebenarnya...'
Cerita hidupku, yang di mana aku adalah tokoh utama di dalamnya, bukanlah sebuah kisah yang ingin didengar oleh siapapun dan manapun.
Walau demikian, aku masih berusaha untuk tetap menapaki hidup yang panjang, seolah-olah dunia ini hanyalah berisi aku seorang.
"Aku sangat egois, benarkan? Memohon pada sesuatu yang mustahil seluas semesta dan apakah itu akan terkabul?" Tanyaku selagi menatap senja dengan sendu yang tertera.
Kedua mataku menutup dengan rapat dikala aku merasa ingin menangis dengan keras secara tiba-tiba. Perasaan emosional ini benar-benar telah menguasaiku untuk kesekian kalinya sepanjang hidupku. Walau aku telah berusaha untuk menekan emosi ini, semuanya hanya akan berakhir sia-sia karena pada akhirnya akan terlepas tanpa aku sadari.
Kepalaku menunduk selagi aku membekap mulut dengan kedua tanganku, berusaha untuk menahan isak tangis yang pecah.
'...aku ingin berada di sekitar orang-orang yang bisa aku percayai... aku ingin di sekitar orang-orang yang sungguh peduli padaku... aku ingin di sekitar orang-orang yang dapat khawatir padaku... aku benar-benar ingin ada di sekitar orang-orang yang menyayangiku... dengan tulus.' Batinku sedih.
*
*---------------
*
*Sudah 1 jam lebih aku berada di sini dengan kedua mataku yang masih sedikit bengkak. Aku juga masih merasakan panas pada keduanya dan yakin pula bahwa mataku masih memerah.
Aku menarik napas dengan dalam lalu menghembuskannya lembut seraya untuk menenangkan diri. Dan dengan perlahan mencoba berdiri dari tempat duduk yang aku singgahi, lalu aku langkahkan pijakan untuk memutar dan pergi tanpa peduli berbagai macam hal yang akan dilontarkan padaku saat kembali pulang nantinya.
Selagi aku mencoba menyeberangi jalan, samar-samar aku mendengar teriakkan dari jauh. Semakin keras dan jelas bahwa itu datang menghampiriku yang sedang ingin menyeberang.
Aku menoleh dan melihat sekumpulan warga meneriaki maling pada seseorang yang menuju ke arahku dengan berlari cepat.
Napasku tercekat dikala orang itu semakin dekat menghampiriku dengan tas perempuan yang ia pegang dengan erat di pelukannya. Aku pun terus mendengar para warga yang menyuruh maling itu untuk 'Berhenti!' ataupun 'Jangan lari!' dan juga-
"Dek! Awas! Lari! Malingnya bawa pisau..!!"
"Minggir! Kamu yang di sana! Ada maling!!"
"Awas, nak!! Menjauh..! Ditangan malingnya ada pisau!!"
"Kak! Lari, kak!! Malingnya lari ke arah, Kakak!!"
"AWAS!!"
Bruukk—
Maling itu mendorongku dengan keras ke jalanan aspal. Rasa nyeri dan berdenyut datang menyerang tepat ketika tubuhku mencium jalanan yang padat.
Aku langsung merasa lega bahwa seseorang yang disebut maling itu tidak menyerangku seperti yang aku pikirkan saat melihat ia membawa pisau sambil berlari ke arahku.
TIN! TIIINNNN!!
Dengan cepat aku menolehkan kepalaku ke arah suara nyaring itu. Kedua mataku membelalak lebar dengan jantungku yang serasa berhenti seketika itu juga. Napasku tertahan melihat motor yang cukup besar datang ke arahku dengan laju.
Secara reflek kedua mataku tertutup dan merasa pasrah pada kemungkinan yang akan terjadi. Toh, dengan laju motor itu aku tidak bisa melakukan apapun karena sudah tersungkur sejak awal.
'Maling syalan!!' Batinku mengumpat.
BRAAAKKKK—
Rasa sakit yang luar biasa datang dengan cepat di sekujur tubuhku. Sangat sakit, hingga aku merasa bahwa lebih baik aku mati seketika saja saat ini. Aku pun dapat merasakan banyak tulang yang patah pada tubuhku.
Kedua mataku terbuka perlahan dan samar-samar melihat banyak orang mengerubungiku yang tersungkur dengan banyak darah. Aku terbatuk keras bersamaan dengan darah yang keluar dari mulutku.
Ini sangat menyakitkan. Aku memohon untuk segera mencabut nyawaku daripada harus merasakan sakit luar biasa ini.
Secara perlahan kedua mataku pun menutup kehilangan kesadaran. Walaupun begitu, aku sempat melihat orang-orang itu.. mereka merekam tubuhku yang mengenaskan tanpa peduli bahwa aku telah meninggal di tempat.
'...setidaknya biarkan aku pergi dengan tenang...'
*
*---------------
*
*"(Fullname)! Kamu telah mendapatkan kesempatan kedua di hidupmu."
"Huh?!"
☆゚.*・。゚
Lumayan panjang juga cuma buat prolog, tapi semoga kalian pada suka 🤍🩷💜
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂
De TodoMemiliki sekitar 5 pekerjaan paruh waktu di saat umurnya yang ke 23 tahun adalah hal biasa bagi seorang wanita bernama (Fullname) atau biasa di panggil dengan (Y/n). Hidupnya hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang untuk dirinya dan juga... kelu...