☆゚.*・。゚
Kedua mataku terbuka perlahan seraya menetralkan cahaya yang masuk ke retina. Pandanganku melirik melihat sekitar dan putih adalah warna dominan pada tempat aku terbangun.
Kepalaku mengangguk paham karena tahu bahwa saat ini aku berada di akhirat. Dari banyak hal yang aku tahu, katanya kita pasti akan datang ke tempat serba putih ini. Dan tempat ini adalah yang disebut alam baka.
"(Fullname). Kamu telah mendapatkan kesempatan kedua di hidupmu."
"Huh?!" Dengan kasar aku menolehkan kepalaku melihat ke sekeliling, mencoba mencari asal suara tanpa wujud.
"(Fullname)! Kehidupan keduamu adalah kesempatan untuk mewujudkan keinginan egoismu." Jelasnya lagi.
"Tunggu! Maksudnya apa? Kesempatan kedua..? Keinginan egoisku..?"
"Kamu pasti ingat apa yang terjadi padamu sebelumnya, bukan? (Fullname) telah meninggal karena tabrakan yang menewaskan diri di tempat. Kematian yang datang padamu bukanlah takdir yang ditentukan untukmu saat itu. Oleh karenanya, kamu memiliki kesempatan hidup kembali dan memenuhi keinginan egoismu." Terangnya.
Diam membeku setelah mendengar apa yang dikatakan suara asing itu adalah satu-satunya hal yang terjadi padaku. Ini... ini nyata, bukan?
"Jadi seharusnya aku tidak mati?!" Tanyaku was-was.
"Itu benar. Masa hidupmu di dunia masih terbilang panjang daripada yang kamu kira. Namun takdir seakan memaksamu untuk pergi dari dunia, walaupun begitu..." Jedanya sejenak, "...doa-doamu, pertanyaanmu, pernyataanmu, pemikiranmu serta semua keinginan egoismu telah didengar oleh Petinggi Agung."
"Petinggi Agung..? Maksudmu itu Tuhan?!" Ucapku terkejut.
"Kamu bisa menyebutnya demikian karena manusia di duniamu memang memiliki sebuah keyakinan. Dan juga, Petinggi Agung memerintahkan aku membawa jiwa (Fullname) ke ruang hampa sebelum menghilang menjadi ketiadaan ataupun musnah tanpa jiwa yang bisa diadili. Itu adalah takdir bagi para manusia yang meninggal sebelum waktu menjemput mereka. Kamu...(Fullname)! Telah membuat Petinggi Agung turun tangan hanya karena ke-egoisanmu." Kata suara asing itu dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Aku membelalak tidak percaya pada perkataan dari suara asing itu. Bahkan dibuat semakin terkejut bahwa aku dapat membuat '-Nya' mengabulkan permohonan egoisku. Petinggi Agung yang suara itu maksud atau Tuhan yang aku pernah yakini telah mendengar batinku yang pilu ketika itu.
Tubuhku bergetar walau sekarang aku hanyalah sebuah jiwa. Dapat aku rasakan pula bahwa napasku naik-turun dengan semua hal yang terjadi. Aku telah meninggal, lalu bagaimana dengan pekerjaan dan keluargaku? Keadaanku saat itu memang sedang emosional tapi aku sendiri tidak menduga akan mati secepat ini.
Sentuhan lembut kurasakan pada punggung belakangku selagi menepuk-nepuk seirama. Pandanganku menoleh pada sosok yang ada di sampingku seraya menenangkan diriku.
Rambut perak berkilau bagai mutiara serta mata emas yang lebih bersinar dari sebuah logam mulia. Tatapannya yang mengarah padaku seakan mengatakan 'Semua baik-baik saja.' begitu jelas terpampang dengan ekspresi datar yang di milikinya. Bibir yang sedikit tebal namun semerah ceri serta hidung yang terbentuk jelas semakin membuat seseorang di sampingku tampak sempurna.
"Kamu tidak perlu memikirkan pekerjaan dan keluarga yang membuatmu menderita selama 23 tahun hidupmu di dunia, (Fullname)." Katanya tegas.
Aku tersentak kaget, 'Bagaimana dia tahu?! Dan juga, bagaimana bisa suaranya mirip dengan suara asing yang berbicara denganku sejak tadi..?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂
AcakMemiliki sekitar 5 pekerjaan paruh waktu di saat umurnya yang ke 23 tahun adalah hal biasa bagi seorang wanita bernama (Fullname) atau biasa di panggil dengan (Y/n). Hidupnya hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang untuk dirinya dan juga... kelu...