Meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya, tunas itu akhirnya menampakkan dirinya.
🌕🌕🌕
Demi merayakan ulang tahun Johnny, sang anak sulung, Sarah sengaja mengundang seluruh keluarga untuk datang ke rumah. Alih-alih meminta Andrea untuk menyiapkan perjamuan, wanita paruh baya itu justru menanganinya seorang diri. Menyulap halaman belakang rumahnya yang luas menjadi tempat pesta kebun di selasa sore yang cerah itu.
Sarah suka perayaan yang hangat. Bercengkrama dengan keluarga dan berbincang santai seraya menikmati hidangan buatan chef pribadi di rumahnya. Momen ulang tahun Johnny adalah momen yang pas untuk mengakrabkan hubungan keluarga yang tidak begitu baik akhir-akhir ini.
"Ma, maaf aku baru datang. Tadi kejebak macet," Andrea berjalan tergopoh-gopoh mendekati Sarah.
Wanita yang sedang memeriksa karangan bunga yang terletak di meja panjang berlapis taplak berwarna putih itu menoleh. Ia tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya, menyambut Andrea ke dalam pelukan hangatnya.
Sarah menepuk-nepuk pelan punggung Andrea, menenangkan sang menantu. "Nggak pa-pa, Mama udah dibantu sama Cantika. Ada staf-staf lain yang ikut bantu juga," pelukan itu kemudian terlepas, namun senyumannya belum juga luntur dari wajahnya. "Masih jam tiga, lho, ini. Acaranya, kan, jam empat. Cepet banget datangnya."
Andrea meletakkan kantung kertas berisi dua lusin tarlet buatan pastry chef di restorannya ke atas meja di sampingnya. Ia tersenyum seraya mengeluarkan empat kotak berisi tarlet dari kantung kertas itu. "Tadi pastry chef aku bikin tarlet. Sebenarnya ini produk yang masih dalam masa development, jadi aku bawa aja ke sini. Sekalian mau tau responsnya gimana tentang produk ini," jelas Andrea lalu menoleh ke arah Sarah. "Makasih, ya, Ma, udah bikinin pesta kayak gini buat Johnny. Kemarin, sih, aku cuma makan malam berdua aja sama Johnny."
"Ultah Johnny cuma alibi aja, An. Mama cuma pengin kumpul-kumpul keluarga aja," kilah Sarah dengan kekehan yang terdengar ringan. "Kamu tau lah panasnya keluarga kita akhir-akhir ini. Jadi Mama cuma pengin kita chill bentar, nggak harus selalu bersitegang."
Andrea tertawa. Bisa-bisanya sang mertua menyelipkan kata "Chill" yang notabene sering dipakai anak gen z dalam berkomunikasi itu ke dalam percakapan mereka. "Mama pake kata "Chill" udah kayak anak zaman now aja," komentar Andrea sambil menutupi mulutnya dengan tangan, sebab ia masih belum meredakan tawanya.
"Adik kamu tuh, Jasper, sering banget bilang gitu. Apalagi itu, apa namanya yang platform buat nonton film ...," Sarah terdiam sejenak, lalu merubah ekspresinya menjadi bersemangat dalam sepersekian detik. "Mama inget. Netflix! "Netflix and chill" he said."
Andrea melotot. Jelas paham sekali tentang istilah itu. "Mama ngerti, nggak, artinya Netflix and chill?" tanya Andrea hati-hati.
"Nonton Neflix sambil nyantai, kan? Chill, santai," ucap Sarah penuh percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a Full Moon
Romance🌕𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒊𝒓𝒔𝒕 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝒇𝒓𝒐𝒎 𝑴𝒐𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔🌕 Warning : 🔞 Akibat sebuah perjodohan yang dipaksakan, Andrea Kartika Lapada harus menanggung rasa kesepian meski tinggal di rumah mewah bersama Johnny Soeseno, suaminya. Hari-harinya ter...