Lembar 1 : Mellifluous

731 42 6
                                    

Starting : Mellifluous
Cast : Park Jongseong/Jay (Savian Jayden Alderix), Park Sunghoon (Senandika Jovanka Alderix)
Genre : Brothership, drama

°
°
°
°
❝Tidak ada yang lebih indah, dari suara piano milikmu, kak.❞

•••

Suara lantunan piano menggema memenuhi ruangan. Seorang pria dengan jas bewarna hitam, terlihat damai memainkan satu persatu tuts piano, menghasilkan nada indah yang ketika orang mendengarnya akan terasa terenyuh.

Ia begitu menikmati setiap nada yang ia mainkan. Pandangan matanya lalu bertemu pada binar mata lainnya, yang tengah memperhatikannya. Sudut bibirnya tertarik, tersenyum sangat senang.

Lelah menjadi satu alasan kenapa pria ini berhenti memainkan piano. Ruangan yang tadinya di penuhi gema suara piano, kini berganti dengan suara napas kasar dari pria yang tengah duduk memperhatikan kedua tangannya di depan piano.

Suara pintu mengalihkan atensinya. Seorang wanita berjalan pelan, menghampiri pria itu yang hanya diam.

"Sudah selesai latihannya, Jayden? Aku bawa beberapa lauk makanan. Makan lah dulu." ujar wanita itu, lalu meninggalkan Jayden.

Jayden masih tetap di tempat. Seakan mencari sosok tadi yang tengah memperhatikannya. Namun, sudah mencari ke sana kemari, ia tetap tidak menemukannya. Jayden memperhatikan kedua tangannya, ingin kembali menyentuh tuts piano guna memainkan lagu yang sama.

Namun, ada tangan lainnya yang datang untuk menghentikannya. Jayden mendongak, menatap wanita tadi yang menatap sendu ke arah Jayden. Wanita itu menggeleng dengan mata yang memerah.

"Aku harus main piano, Ara. Aku mau lihat Sena."

Aranika, memejamkan matanya. Membiarkan air matanya meluruh. Ia menarik napas pelan dan berjongkok. Ia genggam tangan Jayden yang di perban, tersenyum kecil ke arah pria yang sudah lama menjadi temannya ini. "Kau bisa melakukannya lagi nanti, Jay. Sekarang istirahat, ya? Jangan paksakan tanganmu, atau cederanya akan semakin parah."

"Tapi, aku mau lihat Sena."

Jayden kembali melihat keseliling teater. Ia melihat ke arah kursi penonton, di mana tadi ia melihat Sena, adiknya sedang menonton pertunjukkannya.  Namun ketika ia berhenti, Sena menghilang begitu saja.

Biasanya, ketika ia selesai bermain. Sena yang akan paling heboh untuk memberikan tepuk tangan atas pertunjukannya. Ia akan melihat adiknya itu berdiri dan memberikan siulan sambil berkata, LUAR BIASA!

Namun sekarang Jayden tidak melihatnya. Setiap kali ia berhenti Sena akan menghilang. Tidak ada lagi teriakan semangat dari sang adik. Jayden jadi tidak mau berhenti bermain piano. Ia ingin terus memainkan piano dengan lagu favorit adiknya, agar bisa terus menerus melihat Sena di kursi penonton dan tersenyum ke arahnya.

"Jayden." Aranika memanggil Jayden. Ia tidak bisa lagi membendung air matanya. Mungkin karena sudah tidak sanggup untuk menyadarkan Jayden, Aranika hanya bisa memeluk pria itu. Menangis sembari mengeratkan terus pelukan nya.

Tatapan Jayden masih mengarah pada Kursi penonton. "Aku mau lihat Sena senyum lagi, Ara. Dia pasti marah karena aku gak main piano. Aku harus terus main Piano supaya dia gak hilang, Ara."

Aksara niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang